Selamat membaca.
"Gam, gue hari ini mau ziarah. Bisa ga lo temenin gue?" Ananta berbicara lewat sambungan telepon.
"Aduh kok lo baru bilang si, Na? Gue hari ini ada jadwal moto pengantin. Mana gabisa di cansel lagi, lo bisa sendiri aja, gak? Atau gak di undur jadi besok?"
"Oh yaudah deh gapapa, gue sendiri aja. Semangat Gama! Byee!" Ucap Ananta sebelum akhirnya mematikan sambungan telepon.
Ananta melirik balutan gamis beserta hijab pasmina yang sudah melekat ditubuhnya. Ia terlebih lebih cantik dari biasanya.
Ananta kembali kekasur dan memutuskan untuk mengajak orang yang dulu nya ingin bertemu dengan kekasih. Aksara. Ia akan mengajak pemuda itu untuk berziarah hari ini.
Setelah telepon sudah tersambung dengan Aksara, Ananta langsung membuka pembicaraan.
"Aksa, gue hari ini mau kerumah cowok gue, lo mau ikut ga? Kan kata nya lo pengen ketemu sama dia."
"Boleh, Na. Sekarang?"
"Iya sekarang, cepetan ya! Gue tunggu lo dirumah, boleh request pake mobil aja ga sih?" Kekehnya.
Aksara tertawa pelan, "Boleh kok, nanti gue kesana bawa mobil. Tunggu ya, 15 menit!"
Ananta langsung menuju kebawah selagi menunggu Aksara. Rumahnya sepi karna memang hanya dirinya yang ada di rumah, orangtuanya bekerja sedangkan Sabina sekolah. Dirinya tidak sekolah karna hari ini Sabtu, anak SMP hari Sabtu tetap sekolah, dan anak SMA hanya sampai hari Jum'at.
Tak menunggu lama kini Aksara sudah sampai. Aksara terdiam memaku melihat penampilan gadis didepannya, matanya tak berkedip, ia meneguk ludah susah payah. Ananta, gadis itu sangat cantik.
Tapi disisi lain ia heran, kenapa gadis itu memakai gamis? Apa mungkin pacar gadis itu seorang ustadz atau bahkan lelaki yang taat pada agama?
Ananta menyadarkan lamunan Aksara, "Hei! Ayo berangkat, jangan melamun."
Aksara pun langsung memasuki mobil diikuti Ananta, mobilnya berjalan dengan kecepatan sedang di jalan raya.
"Kerumah cowok lo kan, Na?" Tanya Aksara.
"Iya, Aksa. Kan udah bilang dari tadi."
"Kok lo pake gamis sama hijaban sih? Gak biasanya."
Ananta tersenyum tipis, "Kita mampir dulu di depan, ya? Gue mau beli bunga."
Walaupun Aksara bingung, ia tetap menuruti keinginan Ananta. Setelah usai membeli bunga Aksara kembali melajukan mobilnya.
"Aksa, lo nanti jangan kaget ya?"
Kening Aksara menyernyit, "Kenapa sih, Na? Gue bingung. Lo pake gamis, beli bunga dan sekarang lokasi yang mau kita tuju di pemakaman. Kita mau ziarah dulu ya? Baru ketemu cowok lo?"
Ananta menghela nafas, "Iya kita mau ziarah, Aksa. Ziarah ke makam cowok gue."
✧
Aksara terdiam tak berkutik, ia memperhatikan gadis yang tengah antusias bercerita didepan batu nisan.
"Aksa, kok bengong sih? Nanti kerasukan ribet."
Aksara tersadar dari lamunannya, "Eh sorry, Na."
"Gapapa. Lo jadi mau ngomong sama cowok gue, Sa?"
Aksara mengangguk, "Gue ngomongnya dalam hati aja boleh kan, Na?"
"Boleh kok."
Aksara langsung menatap nisan itu, Ezra Pradipta nama yang sangat indah. Ia mengelus batu nisan itu sembari berbicara dalam hati.
"Hai, Ezra! Kenalin gue Aksa. Gue mau minta maaf karna waktu itu sempat ngomongin pacar lo ga bener, gue juga minta maaf karna gue ada niat ngerebut dia dari lo. Lo pasti baik banget sama dia dulu, makanya dia sayang banget sama lo padahal lo udah gada. Gue bolehkan ambil dia dari lo? Tenang, dia tetap milik lo. Gue cuma mau jadi sandaran dia, gue mau dia ngerasain sosok lo hidup lagi. Dan kalo takdir berpihak sama gue, gue mau dia jadi pendamping gue di masa depan nanti."
"Aksa, udah belom?"
Aksara mengangguk, "Udah kok, Na."
"Aksa, janji ya sama gue, jangan bilang ke siapa-siapa tentang cowok gue."
"Iya, gue janji, Na."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSANANTA
Novela JuvenilBagi Aksara, Ananta itu ibarat sebuah Kanvas dan ia kuas sekaligus tinta-nya. Aksara membutuhkan Ananta, seperti Ananta membutuhkan kuas dan tinta untuk melukis. Hanya ketidak sengajaan yang membuat mereka bertemu, yaitu ketika ia menemukan sosok An...