Selamat membaca.
Angin berhembus menusuk wajah Ananta, ia tak menghiraukannya. Ia hanya fokus pada laptopnya.
Hari ini Ananta akan diam dirumah seharian, walaupun akan membosankan tapi tak apa, ia lagi males keluar.
Ia tertawa kecil melihat film yang ia tonton sembari memakan gorengan yang ia beli tadi.
Setelah film itu selesai Ananta memutuskan untuk turun ke bawah. Menuruni satu persatu anak tangga dan bergegas menuju dapur.
Setelah selesai mengembalikan piring bekas gorengan tadi ia kembali ke kamar.
Ia menghela nafas kasar saat melihat ternyata stok makanannya sudah habis, ia beranjak dari kasur dan memutuskan untuk membeli camilan.
✧
Ananta memilih beberapa jenis camilan ringan dan menaruhnya dikeranjang yang tadi ia ambil.
Ia mendengus kesal saat melihat salah satu jajanan favoritnya ada di rak paling atas.
Tangannya berusaha untuk mengambil jajanan itu tapi tak bisa. Ia menghela nafas, kemudian langsung pergi dengan hati kesal.
Setelah itu Ananta langsung pergi ke kasir untuk membayar belanjanya.
"Terimakasih ya, Mba." Ucap Ananta kemudian langsung pergi.
"ANA!"
Ananta menoleh mendapati sosok pemuda yang tadi memanggilnya. Aksara, Pemuda itu menghampirinya.
"Ada apa, Sa?"
Aksara menyodorkan satu kantung plastik kepada Ananta, Ananta menyernyit kemudian menerimanya.
"Apa nih?" Ananta membuka kantung plastik itu, banyak beraneka jajan yang ada didalamnya, bahkan ada jajanan yang tadi mau ia ambil tapi tak jadi karna tidak sampai.
"Kenapa kasih gue jajan?"
"Buat ganti cokelat kemaren, lo kan alergi cokelat. Jadi itu gue beliin jajan yang gada rasa cokelat nya."
Ananta mengangguk kemudian tersenyum tipis, "Makasih ya, Sa. Harusnya lo ga perlu repot-repot gini, ngabisin duit aja."
"Sama-sama. Ga repot kok, itu juga ga banyak. Ah iya, lo habis ini mau kemana?"
"Mau balik."
"Jalan yuk? Lo gada acara kan hari ini?"
Ananta menggeleng, "Gada sih. Gue belum mandi,"
Aksara melirik gadis itu dari atas sampai bawah, sungguh penampilan gadis ini terlihat seperti sudah mandi, jauh dari kata 'belum mandi.'
"Gapapa, lo tetap cantik. Malah gue kira tadi lo udah mandi."
Ananta tertawa pelan, "Yaudah, ayo deh."
Mereka berdua pun langsung menuju mobil Aksara dan melajukannya kesebuah tempat. Tak lama diperjalanan, kini mereka sudah sampai di tujuan.
Ananta membawa kantung plastik jajanannya tadi dan mengikuti langkah kaki Aksara. Aksara mengajaknya kesebuah tempat yang sama sekali belum ia kunjungi, ia bahkan tak tahu tempat ini.
Senyumnya mengembang, ia mengucapkan beribu-ribu ucapan terimakasih pada Aksara.
Aksara yang melihat gadis itu tersenyum manis padanya hanya diam, ia terpaku pada senyum manis gadis didepannya. Tanpa sadar ia mengusap rambut Ananta.
Dan entah setan dari mana, Aksara membawa Ananta kedalam pelukannya. Ananta terdiam memaku. Ananta seakan kembali merasakan pelukan itu. Pelukan hangat yang sama persis selalu ia dapat kan dari kekasihmu dulu.
Ananta tak melepaskannya, karna jujur ia sangat merindukan pelukan hangat seperti ini. Walaupun Gama sering memeluknya tapi pelukan dari Aksara lebih membuatnya merasa nyaman dan tenang secara bersamaan.
Aksara tersadar atas perlakuannya, ia hendak melepaskannya tetapi Ananta malah semakin mengeratkan pelukan itu.
Ananta melirik Aksara yang kini menatap bola matanya, sungguh Aksara sesempurna itu. Bahkan tiap pahatan di tubuh Aksara sangat detail.
"Lepas, Na."
Ananta langsung melepas pelukannya dan memalingkan wajahnya, "Maaf, Sa, Gue udah peluk lo."
Aksara mengangguk, "Gapapa, lagian gue yang duluan meluk lo."
"Iya, bdw pelukan lo nyaman banget." Ucap Ananta asal, ia bahkan tak sadar atas ucapan nya tersebut.
"Pelukan lo juga nyaman, gue bahkan gamau lepasin." Kekeh Aksara.
"Ana, gue mau nanya sesuatu boleh? Tapi kalo lo gamau jawab gapapa kok." Sambung Aksara.
Ananta mengangguk ragu, "Boleh, apa?"
"Pacar lo siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSANANTA
Genç KurguBagi Aksara, Ananta itu ibarat sebuah Kanvas dan ia kuas sekaligus tinta-nya. Aksara membutuhkan Ananta, seperti Ananta membutuhkan kuas dan tinta untuk melukis. Hanya ketidak sengajaan yang membuat mereka bertemu, yaitu ketika ia menemukan sosok An...