Selamat membaca.
"Sekangen itu gue sama lo, Ja, sampe-sampe bau parfum lo gue rasain sampe sini." Kekehnya.
Tiba-tiba tubuh gadis itu dipeluk dari belakang. Ia memberontak, tapi tenaga nya sangat kecil.
"Lepasin anjing, lo ngelecehin gue!" Bentaknya.
Ezra, pemuda yang tadi memeluknya langsung melepaskan pelukan itu, dan menghadap ke arah Ananta. Ananta terdiam, ia benar-benar kaget dengan hal yang terjadi didepannya.
"G-gue mau healing bukan mau uji nyali," Lirihnya. "Eja, maaf ya kalo Tata nakal, Tata emang kangen kamu tapi kamu balik aja ke alam kamu, ya." Sambungannya.
Ezra tertawa pelan, ia memberikan sebuket bunga Aster yang tadi sudah Gama beli. "Ambil, sayang." Ucapnya pelan.
"Hantu bisa kasih bunga, ya?" Ananta kembali bersuara sembari menerima bunganya.
"Aku bukan hantu." Kesal Ezra kembali memeluk gadis itu.
Ananta kembali mematung, ia berfikir ini nyata atau hanya mimpi? Jika ini mimpi ia harap tak ada yang membangunnya.
"Kamu beneran bukan hantu kan?"
"Bukan, Tata sayang." Ucap Ezra kemudian menarik pelan hidung mancung gadis itu.
Ananta langsung berhambur kepelukan Ezra, ia sangat merindukan pelukan hangat dari kekasihnya ini. Ia terisak pelan didada bidang Ezra, Ezra menoleh dan langsung menghapus air mata kekasihnya.
"Gaboleh nangis, aku ga izinin kamu nangis."
Ananta mendongak, "Kamu jahat tau gak! Kamu kemana aja selama ini? Kamu pikir aku sekuat itu?" Ucapnya lirih.
"Maaf." Jawab Ezra.
"Aku gabakal maafin kamu kalo kamu ga cerita."
Ezra menghela nafas, "Ayah, dia yang udah palsuin kematian aku. Kamu tau kan ayah ga suka sama kamu? Jadi, dia berbuat gitu karna mau jauhin kita."
"Bukannya kamu meninggal gara-gara sakit?"
"Bener. Aku sebelum itu memang sakit, tapi sehari sebelum aku di nyatain meninggal aku langsung dibawa keluar negeri untuk menjalani pengobatan. Aku waktu itu mau pamit dulu sama kamu, tapi ayah ga izinin. Dia malah langsung palsuin kematian aku, dan pas aku ke luar negeri waktu itupun aku masih dalam keadaan koma. Pas aku udah disana dan hampir seminggu aku baru sadar aku langsung marah-marah sama ayah dan ingin langsung pulang. Tapi, ayah marah balik sama aku dan ngancem akan nyelakain kamu. Aku pasrah dan nuruti semua keingin ayah, dan ini baru beberapa minggu lalu aku balik ke Indonesia."
"Kamu sekarang masih sakit?"
"Alhamdulillah, 70% udah sembuh, cuma kalo kebanyakan kerjaan sering drop aja."
"Alhamdulillah, aku seneng banget dengarnya. Tapi, disisi lain aku sedih karna ayah kamu gasuka sama aku."
Ezra mengelus pelan surai rambut Ananta, "Gausah khawatir, jika aku udah 85% di nyatain sembuh aku boleh ketemu kamu sepuasnya lagi. Kalo masih di bawah itu ayah larang, katanya kamu bakalan ganggu proses pemulihan aku, padahal kalo ada kamu aku bisa lebih cepat sembuh."
Ananta tersenyum tipis, "Gapapa, ayah kamu mau yang terbaik. Makanya cepat-cepat sembuh biar bisa ketemu aku sepuasnya."
"Aamiin."
"Sayang, kita gabisa sering-sering ketemu. Ini aja aku sama Gama diem-diem ikutin kamu soalnya ayah lagi ada kerjaan diluar kota."
"Loh kamu sama Gama? Dia dimana?"
"Gatau, biarin aja."
"Gapapa jarang ketemu, yang penting rasa sayang nya engga berkurang. Daripada ketemu mulu tapi rasa nya terus berkurang."
"Iya, cantikk. Bdw, aku denger dari Gama ada yang naksir kamu? Siapa tuh? Cerita sini."
Kening Ananta menyernyit, "Siapa yang naksir aku? Aku gatau."
"Ternyata kamu masih sama, engga peka terhadap lingkungan."
Ananta menyengir kuda, "Hehe, emang siapa yang naksir aku?"
"Nama nya Aksara kalo ga salah."
"Loh, Aksa suka sama aku? Pantesan gerak-geriknya mencurigakan. Tapi tenang, rasa cintaku udah habis di kamu kok." Cengirnya.
"Bucin nih bocil, gombal mulu, belajar dari siapa?"
"Belajar dari Mbah Gugel, kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSANANTA
Fiksi RemajaBagi Aksara, Ananta itu ibarat sebuah Kanvas dan ia kuas sekaligus tinta-nya. Aksara membutuhkan Ananta, seperti Ananta membutuhkan kuas dan tinta untuk melukis. Hanya ketidak sengajaan yang membuat mereka bertemu, yaitu ketika ia menemukan sosok An...