Selamat membaca.
Ananta berjalan santai meninggalkan perkarangan rumahnya, jarak dari rumahnya menuju ke tokoh kopi Djawa cuma sekitaran sepuluh menit.
Sesampainya di sana Ananta langsung menghampiri temannya yang ternyata sudah tiba duluan.
Disana juga ada Aksara dan teman-temannya, tak lupa juga ada Nakula yang senantiasa menggandeng tangan Aleana.
"Gue gabung sama kalian nih, gapapa kan? Cewek gue maksa gue ikut soalnya."
"Gapapa kok, kak. Santai aja, kita emang suruh Lea ajak kakak kok."
"Oke deh."
"Aksa, Ana, Ervan, Idar, sama gue di mobil Idar. Naresh, Haura, Lea, kak Nakula dan Jeano di mobil Naresh. Gimana?" Ujar Ayesha.
"Oke, ayo kita berangkat." Setuju mereka.
Di perjalanan Ananta dan Ayesha sibuk memakan camilan, sedangkan ketiga lelaki itu sibuk dengan urusan masing-masing.
"Masih lama ya, Dar?"
"Bentar lagi sampe, sayang."
Ayesha memangut-mangut mengerti, "Oke."
Tujuh menit berlalu, kini mobil mereka sudah terparkir rapi di parkiran.
"Ayo masuk."
Setelah masuk mata Ananta berbinar, ia memang sudah lama tak mengunjungi pasar malam.
"Kita naik bianglala, yuk?" Ajak Ayesha.
"AYOO!!"
Mereka pun menaiki bianglala dengan antusias, setelah bermain bianglala mereka memainkan permainan lainnya yang ada di pasar malam. Seperti, memancing ikan, lempar kaleng, komedi putar, dan kulineran karna memang banyak sekali makanan yang dijual.
"Kita masuk rumah hantu, yuk?"
"Kalian aja." Ucap Haidar.
"Kita main yang lain aja ya, sayang?"
Aleana mendengus, "Yaudah kalo kamu gamau!"
"Iya oke, aku ikut masuk."
"Ga gentle banget lo, Dar. Udah ayo masuk semua."
Mereka pun memutuskan untuk memasuki rumah hantu itu. Awalnya biasa saja tapi makin kesini makin seram.
Naresh memegang tangan Haura agar tak terpisah, Haidar dan Nakula bersembunyi dibelakang tubuh kekasih mereka sembari terus mengikuti langkah kaki didepannya.
Hihihi
"AAAA AYA JURIG, MAMAAA!!!" Teriak Haidar kencang, membuat mereka semua bergelonjak kaget.
"Lebay lo, Dar. Cuma pocong doang." Sinis Aksara.
"Itu Kunti, Sa." Ralat Ananta.
"Sama aja, Na."
"ANYING MAMAAA AYA JURIG, MAAA!!"
"BABIIII ANYING JURIGG, MAMIII!!" Kini Nakula ikut berteriak.
Aleana memegang pundak kekasihnya dan memegang erat tangan kekar Nakula, "Jangan teriak kenceng gitu, liat hantunya kaget."
"AAAA MAMAAA AYA HANTUUU MUKA JELEKK!!" Hiadar berlari kencang hingga akhirnya keluar dari rumah hantu itu.
Nafas nya ngos-ngosan, ia menetralkan nafasnya terlebih dahulu sembari menunggu temannya.
"Ini minum." Ayesha menyodorkan satu botol air mineral.
"Huh, huh! Makasih." Ucapnya meminum air itu.
"Badan doang kekar, dihantu takut." Ledek Naresh.
"Gue ga takut tuh!"
"Ayo kita masuk sekali lagi." Ajak Ayesha.
"GAKKKK!!!" Terial Haidar dan Nakula bersamaan.
"Astaga kak Nakula muka lo merah banget." Ujar Haura.
Aleana melirik kekasihnya, ia mengusap lembut rambut Nakula, "Maaf ya kak, udah maksa kakak ikut masuk."
"Gapapa, sayang."
Sedangkan Ananta dan yang lainnya hanya menggelengkan kepala memperhatikan dua pasangan bucin didepan mereka. Bahkan Naresh dan Haura yang hts pun terlihat sangat mesra.
"Sialan, lo pada mending pergi aja ke pluto!" Ketus Jeano.
"Lo aja yang pergi ke Pluto." Jawab Haidar.
"Gue duluan balik, cewek gue udah nelpon." Jeano pergi meninggalkan mereka semua.
Mereka dibuat bingung, apa katanya? Cewek? Sejak kapan Jeano memiliki kekasih?
"EH WOII JEAN, CEWEK LO SIAPA ANJIR!" Teriak Haidar, tapi Jeano tak memperdulikannya ia tetap terus berjalan untuk menemui kekasihnya yang sudah menunggu diri nya lumayan lama.
"Gue juga balik ya, mau main dulu." Ujar Ervan.
Haidar, Naresh dan juga Aksara mengangguk, "Udah lama kek nya lo ga main, udah sok sana. Setelah itu langsung shalat tobat yah, brow!" Ucap Haidar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSANANTA
Fiksi RemajaBagi Aksara, Ananta itu ibarat sebuah Kanvas dan ia kuas sekaligus tinta-nya. Aksara membutuhkan Ananta, seperti Ananta membutuhkan kuas dan tinta untuk melukis. Hanya ketidak sengajaan yang membuat mereka bertemu, yaitu ketika ia menemukan sosok An...