7. Minggu Pagi

786 107 8
                                    

Ashel terbangun dari tidurnya, ia mengucek matanya saat ia ingin bangun ia tersadar ada tangan yang melingkar di perutnya. Saat ia menoleh ke belakang rupanya itu adalah Jessi.

Ashel tersenyum, pantas saja tidurnya nyenyak. Biasanya ketika ia sedang sedih, ia selalu terbangun beberapa kali. Tidurnya selalu tak tenang, tapi malam ini ia tidur begitu tenang. Ashel menyingkirkan tangan Jessi dari perutnya. Ia beranjak mencari ponselnya.

Banyak pesan masuk di ponselnya. Ia mengceknya rupanya Mamanya mencari dirinya. Dan di akhir pesan Mamanya sudah tau bahwa ia berada di rumah Jessi.

"Jadi Jessi udah ngasih tau ya?" batinya sambil membalas pesan ke Mamanya mengabari bahwa ia lupa dan ketiduran tak sempat memberitahu Mamanya.

Saat selesai dengan ponselnya ia memilih meletakkan ponselnya itu di meja dan berniat untuk pergi turun ke lantai 1. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat Jessi bergerak begitu.

"Jes? Jes?"

"Jes????" Ashel memanggil manggil Jessi dengan panik ketika melihat Jessi bergeram begitu gelisah, wajahnya bahkan mulai mengeluarkan keringat.

"Jes??"

Jessi akhirnya terbangun, napasnya terlihat begitu tak beraturan. Ia menengok ke arah Ashel. Matanya kembali terpejam, ia menarik napas panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan.

"Lo kenapa? Minum dulu ya? Gw ambilin,"

Jessi mengangguk kemudian Ashel pun pergi ke lantai 1 meninggalkan Jessi yang masih mengatur napasnya.

"Mimpiin itu lagi..."

Mimpi yang sama seperti seminggu lalu. Mimpi dimana ia mengejar seorang gadis tapi ia gagal karena gadis itu pergi begitu saja sebelum ia berhasil mencapainya.

Jessi benar benar masih bingung mengenai mimpi itu. Kira kira apa maksud darinya? Sudah 14 kali mungkin mimpi itu muncul dalam tidurnya. Hanya saja mimpi itu hanya berubah durasinya saja. Ia merasa semakin lama, larinya makin jauh dan menjadi makin dekat dengan gadis itu.

Ashel datang membawa segelas air putih. Ia kemudian meminta Jessi untuk duduk, lalu memberikan minum itu pada Jessi. Ashel cukup khawatir melihat tubuh Jessi yang bersimpah keringat.

"Ini yang terjadi tiap lo mimpi itu?"

Jessi mengangguk, "Makanya gw males masuk sekolah,"

"Wajar sih,"

"Trus gimana biasanya?"

"Ya gak gimana gimana sih. Itu cuma kejadian waktu mimpi aja ga berefek besar buat kehidupan nyatanya,"

"Ga pusing?"

"Dikit,"

"Mau makan?"

"Ntar deh ga mood, ambilin hape gw aja," Ashel pun mencari ponsel Jessi. Setelah menemukannya ia pun memberikannya pada Jessi. Ponsel Jessi seketika berdering sebelum sampaj ke tangan pemiliknya.

"Siapa?"

Ashel melihatnya dan rupanya itu adalah Adel, "Adel.." ucapnya lirih.

Jessi segera merebut ponselnya tapi Ashel malah mematikan panggilan itu.

"Kenapa lo matiin?"

"Jangan hubungin dia,"

"Hah? Justru gw harus hubungin dia,"

"Tapi Jes..."

"Udah lo diem dulu," Jessi sedikit meninggikan suaranya kemudian melakukan panggilan lagi pada Adel.

Teman BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang