25

723 117 24
                                    

Jessi berjalan di kerumunan yang begitu ramai.

"Ini..."

Matanya menatap kesana kemari mencari sesuatu hingga ia menangkap Freya dari kejauhan. Kakinya pun segera melangkah, ia berjalan cepat mengejar Freya.

Langkahnya itu makin lama makin cepat. Jessi yang semula hanya berjalan cepat itu bahkan sampai berusaha untuk lari demi mengejar Freya yang hanya diam mematung menatap ke arahnya sambil tersenyum.

"Freya!"

Deru napas Jessi semakin kencang diiringi dengan langkahnya yang makin lama makin lambat karena lelah. Saat langkahnya mulai melambat disaat yang sama wujud Freya itu tiba tiba hilang dari pandangannya.

"Freya!" Jessi kembali berteriak, ia memaksa kakinya untuk kembali melangkah dan mengejar Freya sampai akhirnya ia terjatuh. Pandangannya seketika buram dan kabur, begitupula kesadarannya.

*****

Jessi terbangun dengan keringat yang membanjiri. Freya, Ashel dan Marsha sudah berada di sekitarnya menatap ke arahnya. Freya menangis, ia segera memeluk erat Jessi... sangat erat. Jessi hanya bisa diam, ia melirik ke arah Ashel yang menatap kasihan padanya.

"Mimpi itu lagi?"

Jessi mengangguk, ia memilih membalas pelukan Freya dan membisikkan bahwa ia baik baik saja pada Freya.

Freya menggeleng, pelukannya kian erat. Ia jelas khawatir, ia belum pernah melihat Jessi dalam keadaan seperti tadi. Ashel yang pernah melihat itu tentunya tau dan sudah siap dengan air putih yang ada di tangan.

"Freya, biarin Jessi minum dulu.."

Kali ini Freya menurut, ia menjauh dan membiarkan Ashel memberikan air minum pada Jessi.

"Kamu hari ini ga usah ikut jalan jalan. Disini aja sama aku," ucap Freya pada Jessi.

Jessi malah tertawa dan itu membuat Freya kesal, "Jessi nurut!"

"Hari ini jalan jalan kita yang terakhir. Besok kita harus pulang kan?"

"Jess..."

"Udah gapapa kok. Tenang aja," ucap Jessi berusaha menenangkan Freya dengan mengelus kepala Freya dengan lembut.

Freya mengalah, ia mengangguk.
"Siap siap yuk kita mau jalan jalan hari terakhir kan?" ajak Jessi yang disetujui oleh teman temannya. Jessi pun segera bangkit dan mandi.

Di kamar mandi, Jessi sempat terdiam sejenak, membiarkan percikan air dari shower itu membasahi tubuhnya. Matanya terpejam membayangkan apa yang terjadi, dan kenapa itu semua harus terjadi. Jessi paham betul ia akan kehilangan Freya nantinya, tapi hanya melalui mimpi seperti ini saja dapat membuat hatinya sakit. Apalagi hal itu benar benar terjadi?

Jessi hanya bisa menggigit bibirnya, tangannya mengepal kuat. Ia tak siap dengan semua ini. Jika benar apa kata Freya bahwa hari ini akan jadi hari terakhir mereka...

Bisakah Jessi meminta untuk mereka kembali bertemu?

Long distance relationship bukan hal buruk kan? Tapi apa ia bisa? Apa Freya mau? Membayangkan Freya tak lagi ada di sisinya saja itu sudah sangat menyakitkan.

Jessi menghela napasnya, ia memukul keras tembok yang ada di depannya. Rasa sakitnya masih tak sebanding dengan apa yang ia bayangkan nantinya.

******

Usai mandi, Jessi segera turun bersama ketiga temannya untuk sarapan. Freya hari ini memeluknya dengan erat, ia tak peduli dengan ejekan teman temannya.

"Freya why u so clingy,"

"Zee ngaca!"

Azizi memanyunkan bibirnya membuat yang lain tertawa, makanan pun satu persatu mereka ambil. Untuk beberapa saat Freya pun melepaskan pelukannya dan membiarkan dirinya dan Jessi mengambil makanan.

Teman BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang