13. Gimana?

643 105 7
                                    

Freya sampai di kelasnya. Ia menengok ke arah Jessi, mata keduanya bertemu tapi Jessi dengan cepat memutuskan pandangan mereka. Freya menghela napas pelan sebelum berjalan menuju kursinya. Tapi tangannya seketika ditahan oleh Ashel.

"Temenin ke kamar mandi yuk?"

Freya seakan tahu maksud Ashel pun mengangguk dan meletakkan tasnya. Jessi hanya melihat mereka dan membiarkannya.

Freya ditarik oleh Ashel ke tempat yang lebih sepi.

"Aku ga kenapa kenapa," ucap Freya ketika mereka berhenti di sebuah tempat yang lebih sepi. Ashel berdecak, "Lo nolak Jessi?"

Freya mengangguk.

"Kenapa? Kenapa Fre? Lo suka kan sama dia? Kenapa lo tolak?"

"Aku punya alasan tersendiri Shel," Freya tersenyum seakan menyskinkan Ashel.

"Fre..."

"Udah gausah dipikirin ya?"

"Apa alasannya?"

"Aku ga bisa ngasih tau,"

"Gw gak akan ember ke Jessi. Ke siapapun!"

Freya hanya terkekeh, ia kembali menggeleng pelan.

"Alasan ini cuma alasan sementara aja kok. Aku bisa aja berubah pikiran. Tapi bukan sekarang. Aku butuh waktu lagi,"

"Beneran?"

Freya mengangguk dan itu membuat Ashel tersenyum, "Kalo gitu jangan jauhi dia. Karena gw yakin dia bakal berusaha jauhin lu atau jaga jarak sama lu,"

"Kalo dia emang dia kayak gitu. Yaudah ga sih? Artinya aku emang gaperlu deketin dia lagi?"

"Tapi kan lo suka sama dia?"

"Iya sih," Freya jelas membenarkan itu.

"Gw tunggu tanggal jadian kalian. Kalo bisa tanggal 20 juga biar sama,"

"Oh iya..."

"Kenapa?"

"Pajak jadiannya mana?"

*****

Kini mereka tengah berada di kantin. Jessi, Freya, Marsha, Azizi, Christy, dan tentunya Adel dan Ashel yang baru saja menjadi sepasang kekasih. Mereka semua tengah menikmati istirahat mereka sekaligus pajak jadian yang diberikan Adel pada teman temannya.

"Rangkulan terossss..." cibir Azizi yang melihat Adel terus merangkul Ashel seakan tak ingin melepaskannya.

"Adel nih manja banget!"

"Oh gamau nih dirangkul? Oke," Adel melepaskan rangkulannya tapi Ashel segera menahannya dan meminta Adel untuk tetap merangkulnya.

"Lagian Azizi nih ga berkaca pada kaca deh. Kamu sama ce Pio kan juga rangkulan mulu!"

"Iri kan kamu Ngel?"

"ENGGA!"

"Iri bilang aja sihhh, kasian banget ga jadian jadian sama Muthe,"

"Apa sih? Orang gamau jadian juga kita berdua,"

"Halahhh... Padahal ngarep banget kan?"

"Diem!" Christy pun membekap mulut Azizi lantaran kesal. Mereka semua tertawa melihat tingkah keduanya. Tapi Ashel dapat melihat tawa Jessi yang dipaksakan. Ia hanya menghela napasnya dan itu dapat didengar oleh Adel.

"Kenapa?"

Ashel menggeleng, dan memilih untuk meletakkan kepalanya di pundak Adel sambil menikmati kentang yang dibawanya.

"Gw duluan ya. Makasih buat traktirannya Del," Jessi bangkit dan segera pergi darisana. Freya hanya melihat punggung itu pergi dan menghilang ditelan keramaian kantin itu.

"Kalian ada masalah ya?" Adel kini bersuara lantaran ia melihat hal berbeda dari Freya dan Jessi.

Ashel yang mendengar itu menginjak kaki membuat Adel mengaduh sakit.

"Kemaren dia nembak aku?"

"Uhuk!" hampir semua yang berada disana terbatuk seketika. Hanya Ashel seorang yang tahu mengenai itu.

"Kamu ditembak sama Jessi?" tanya Marsha setengah terkejut. Adel dan Azizi pun menatap Freya yang tengah menggaruk belakang kepalanya. Begitupula Christy masih dengan mulut yang terbuka karena kaget.

"Jadi kemaren..." Freya menceritakan kronologinya. Ia memulai cerita saat Jessi tiba tiba datang ke rumahnya dan mengajaknya untuk pergi.

Freya tak menceritakan itu secara detail seperti apa yang membuat semua itu terjadi. Ia hanya bercerita ketika ia dan Jessi bermain bersama dan akhirnya momen menembak itu terjadi.

"Kenapa lo tolak Fre?" Azizi yang heran itu pun penasaran.

"Iya padahal kan cakep tuh Jessi," Marsha pun ikut bertanya.

"Iya weh kenapa weh????"

"Udah ih gausah kepo kalian!" Ashel pun memecah keributan mereka membuat Christy, Azizi dan Marsha murung.

******

Jessi berdiri menunggu jemputannya. Setelah pelajaran hari ini ia bergegas menuju ke parkiran tanpa menunggu di kelas seperti biasanya. Ia benar benar menjauhi Freya, menjaga jarak dengannya. Walaupun berat, karena Freya memang teman sebangkunya.

Jessi menghela napas pelan. Kemarin ketika ia pulang dan Ashel bercerita panjang lebar mengenai Adel. Jessi pun memutuskan untuk bercerita mengenai dirinya. Itu sebabnya Ashel mengetahui dan bertanya pada Freya tadi pagi.

Tapi selama ini Ashel tak tahu mengenai perasaan Jessi ke Freya. Ia tak menyangka temannya yang seperti es itu bisa mencair karena senyuman hangat dari Freya.

Teman baru mereka itu bisa membuat Jessi menemukan apa itu rasa suka pada manusia lain. Membuat Jessi tau bagaimana rasanya menyukai seseorang. Membuat Jessi tersenyum disaat menghabiskan waktu berdua dengan orang yang membuatnya nyaman. Tapi Freya juga membuat Jessi tau bagaimana pahitnya percintaan.

"Emang udah bener gw pendem aja," keluhnya sebelum ia merasakan sebuah tangan menggenggam tangan kanannya. Jessi menoleh dan melihat Freya berdiri di sebelahnya.

"Freya.."

"Kenapa mau kamu pendem? Udah bagus kok kamu nyatain kemaren,"

Jessi menoleh ke arah lain, genggaman tangan Freya pun berusaha dilepas oleh Jessi. Tapi Jessi tak bisa karena genggaman itu terlalu kuat.

"Aku kan udah bilang. Aku juga suka sama kamu,"

"Aku cuma butuh waktu,"

"Sampe kapan?" Jessi kini mulai bersuara dan menatap ke arah Freya yang berbalik menatap ke arahnya. Kini mata keduanya bertemu, Freya menatap dengan serius ke arah Jessi.

"Sampe kamu bener bener kenal aku,"

"Kalo gitu sekarang kamu nginep di rumah aku," jawab Jessi sambil menarik Freya.

"EH? JESSI!"

Tbc

Teman BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang