12. Taman Bermain

651 103 8
                                    

"Kamu khawatir?"

Jessi menarik napasnya dalam dalam kemudian menatap kembali ke arah Freya yang kini berada di depannya. Keduanya sudah berada di sebuah taman dekat danau. Jessi memilih tempat ini karena ia tak tahu harus kemana lagi untuk menghibur sekaligus membuat Freya bercerita di satu tempat.

"Jes?"

"Iya gw khawatir," jawaban itu membuat Freya tersenyum.

"Aku gapapa kok,"

"Bohong,"

Freya tertawa kecil dan tentunya itu membuat Jessi bingung, "Malah ketawa?"

"Kamu emang beneran sayang ya sama orang orang di sekitar kamu," ucapnya sambil menatap ke arah air mancur yang ada di dekat keduanya.

"Selama beberapa minggu ini aku sadar sih. Kamu emang orangnya susah bergaul kan? Makanya ketika kamu punya temen kamu bakal ngehargain dia dan sayang banget sama dia,"

"Aku pun begitu," lanjut Freya setelah menjeda kalimatnya barusan.

"Terus ga salah dong kalo gw nanyain lo kenapa? Gw ga mau gengsi buat kali ini. Gw khawatir sama lo Fre,"

Freya tersenyum, "Kamu ga salah kok. Aku emang lagi ga baik. Tapi kamu ga perlu tau kok. Maaf ya?"

Jessi menghela napasnya. Memang benar ia tak perlu tau semuanya. Tapi keadaan Freya yang berbalik 180 derajat itu membuatnya khawatir seperti sekarang.

Freya memberanikan diri. Ia meraih tangan Jessi, hal itu membuat Jessi menoleh ke arahnya. Keduanya bertatapan, "Mending sekarang kita seneng seneng aja yuk?"

Jessi tersenyum dan mengangguk, ia mengalah pada Freya kemudian membiarkan Freya membawanya pergi darisana. Langkah kaki Freya itu begitu riang, bahkan mulutnya pun tak berhenti untuk bernyanyi. Gadis itu sesekali berputar kemudian menatap ke arah Jessi.

Senyuman itu.
Senyuman yang begitu manis.

Langkah mereka terus berjalan hingga sampai di sebuah taman bermain anak anak. Freya melangkah kesana ia berbalik ke belakang, "Ayo!" ajaknya sambil melambaikan tangannya ke arah Jessi.

Jessi berusaha untuk tersenyum, benar kata Freya. Mereka harus berbahagia. Jessi pun segera berlari mengejar Freya yang sudah melewati jaring laba laba. Freya terlihat begitu riang seperti anak kecil. Jessi pun ikut dalam suasana permaiann itu.

Freya tertawa melihat Jessi yang kesusahan melewati jaring itu, "Ada gelantungan tuh. Kita balapan gimana?" tantangnya ketika Jessi sudah berhasil melewati jaring laba laba.

"Ayo siapa takut. Terakhir lo nantangin kan kalah terus,"

"Kali ini ga bakal kalah!" ucapnya begitu semangat. Mereka pun memposisikan diri mereka di gelantungan itu.

"Tiga..."

"Dua..."

"Satu!"

Freya dan Jessi pun segera bergelantung cepat dari ujung satu ke ujung yang lainnya. Jessi berhasil dengan mudah mengalahkan Freya. Ia bahkan sempat berjalan ke depan Freya sebelum gadis itu sampai di tempat tujuan.

"Kalah level kalo ngajakin gw,"

"Hah hahh hahh.." Freya tampak kecapekan, ia pun tersenyum.

"Oke aku ngaku kalah telak,"

"Udah gausah nantang nantang. Perosotan aja!"

"Yuk!" Freya dan Jessi pun segera menuju ke perosotan. Mereka berdua melewati perosotan yang pendek itu maklum saja ini kan memang taman bermain untuk anak? Bukan untuk umur 16 tahun yang bertingkah bocil seperti keduanya.

Jessi dan Freya menjajal mainan disana satu persatu. Mulai dari globe, jungkat-jungkit, ayunan, mangkuk putar dan berakhir di ban warna warni. Freya dan Jessi duduk disana sambil mengatur napas mereka yang kelelahan.

Kaki Jessi terlihat memar karena terkena ayunan tadi. Freya dan Jessi tampak bahagia disana. Mereka benar benar menikmati sore hari itu.

"Makasih ya,"

Jessi yang tengah memperhatikan memar di kakinya pun menoleh ke arah Freya. Freya tersenyum begtu manis ke arahnya. Jessi membalas senyuman itu disertai anggukan.

"Gw seneng kalo lo seneng," ucapan Jessi itu membuat Freya lega. Ia bersyukur mempunyai teman seperti Jessi.

"Fre,"

"Ya?" Freya kembali menatap Jessi yang kini berjalan tertatih ke arahnya.

Freya terdiam ketika kedua tangannya itu diraih oleh Jessi.

"J-Jess..."

"Dari beberapa orang yang sekarang jadi temen gw. Gw ngerasain sesuatu yang berbeda waktu gw ngehabisin waktu waktu gw sama lo... Ahh bentar bentar.." Jessi menjeda kalimatnya. Jujur memar di kakinya itu sedikit menganggu.

"Aku berusaha sadar semua hal ini lebih cepat, aku berusaha sadar sama apa yang aku rasain ke kamu itu memang bukan perasaan biasa. Aku suka sama kamu Fre,"

Freya hanya diam, ia terpaku dengan keberanian Jessi. Tatapan matanya yang begitu serius. Kata katanya yang semula gw-elo pun berubah menjadi aku-kamu. Tapi Freya seakan tak bisa untuk ini. Ia belom siap..

Walaupun..
Ia merasakan hal yang sama.

Sejak awal mereka bertemu, Jessi menarik perhatiannya. Dari caranya berbicara, mata yang penuh denial kepada teman temannya walaupun di beberapa momen Jessi memang menyebalkan.

Bagaimana bisa dia mengajak anak baru untuk membolos dengan santai dan tanpa rasa berdosa sedikitpun?

Tapi Freya selalu menikmati waktu bersama Jessi. Apalagi hari ini...

"Freya?"

"Aku.. Aku juga suka sama kamu Jes,"

Mata Jessi membulat, kedua ujung bibirnya terangkat membentuk senyuman kebahagiaan.

"Tapi untuk hal lebih lanjut.. aku belom bisa.."

Senyuman itu seketika hilang, "Kenapa?" tanya Jessi bingung. Perasaan keduanya bukannya sama? Mereka sama sama suka, kenapa harus menunda?

Freya menggeleng.

Lagi.
Jessi dibiarkan penasaran.
Jessi dibiarkan menerka apa yang terjadi.

"Pulang yuk?"

Jessi menyerah. Ia hanya mengangguk. Freya membantu Jessi selama perjalanan menuju parkiran. Jessi mengaduh sesekali ketika mereka berjalan.

Mereka hanya diam selama perjalanan pulang. Freya tentunya merasa tidak enak dengan Jessi. Jessi sudah melenyapkan rasa gengsinya untuk menyatakan perasaan yang akhirnya tertolak. Jessi sendiri bukannya larut dalam rasa kecewa. Ia hanya merasa bingung dengan perasaannya.

Sampai akhirnya mereka sampai di rumah Freya. Freya segera keluar dari mobil itu.

"Jessi. Sekali lagi makasih ya?"

Jessi hanya mengangguk kemudian tersenyum sebelum meminta supir pergi dari tempat itu.

Selama perjalanan Jessi beberapa kali terdengar menghela napas kasar tentunya membuat supirnya itu pun mengetahui ada sesuatu yang terjadi dengan Jessi.

"Non gapapa?"

Jessi menoleh ke arah spion. Ia hanya menggeleng.

"Gapapa kok pak,"

Dijawab seperti itu membuat supirnya itu memilih untuk diam. Sampai akhirnya Jessi sampai kembali ke rumahnya. Ia segera turun dari mobilnya. Disana ia melihat Ashel yang duduk di gazebonya dan langsung berlari ke arah Jessi.

"Kok lo disini?"

"Gw... Gw jadian sama Adel!"

Jawaban yang membuat Jessi bimbang antara harus bahagia karena itu atau sedih terhadap nasibnya yang berbeda dengan Ashel.

Tbc

Teman BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang