19. Backstreet

708 98 3
                                    

Jessi dan Freya berhasil menahan diri mereka agar tak diketahui siapapun selain Jesslyn dan juga Mira. Tingkah mereka tiap di sekolah tak menunjukkan mereka berdua merupakan sepasang kekasih.

Dan itu semua berlangsung 2 minggu lebih.

Kini bel pulang sekolah pun sudah berbunyi. Guru yang tengah mengajarpun seketika menghentikan pelajaran hari ini dan pamit dari kelas itu. Para siswa dan siswi segera berhamburan keluar dari kelas.

"Jessi! Gw nebeng dongggg,"

"Ga bareng Adel?"

"Adel kan ekskul,"

"Biasanya juga nungguin,"

Ashel mengerucutkan bibirnya kemudian menggeleng, "Sekalian mau curhat,"

Jessi dan Freya saling bertatap satu sama lain. Ashel yang melihat itupun merasakan kejanggalan, "Oh gw ganggu lu berdua mau jalan ya? Sorry ya,"

"Tapi aneh deh lu berdua. Perasaan nih ya gw sering liat lu berdua bareng. Bahkan gw juga liat lu berdua jalan jalan di mall berdua doang. Gandengan pula,"

Jessi dan Freya sama sama terkejut dengan pengakuan Ashel barusan, "Tadinya gw mau nyamperin cuma udah ditungguin Adel. Jadi yaudah deh gw langsung pergi aja deh,"

"Eee... Itu cuma jalan biasa kok,"

"Hmmm.. Yakin kalian masih belom jadia-" Ashel tiba tiba dirangkul kemudian ditarik pergi oleh Marsha. Marsha seperti mencubit Ashel karena terdengar teriakan dari Ashel ketika mereka pergi.

Freya dan Jessi menghela napas lega, "Untung ya,"

Freya hanya tertawa, "Hahaha kalo ga rencana kita bulan depan buat ngasih tau kita pacaran bakalan gagal,"

"Beneran pas study tour aja?"

Freya mengangguk, "Itu mau kamu kan?"

"Iya sih. Tapi gak enak aja sama kamu. Kesannya kayak aku ga bangga punya kamu,"

"Mulai nih ngelantur ngomongnya," kesal Freya pada Jessi yang sudah entah berapa kali berkata seperti itu, "Udah ayo jalan,"

******

"HP kamu mati? Astaga!" itulah kata kata yang keluar di tengah hujan yang mendera kota itu. Freya dan Jessi tak menyangka hujan datang dengan cepat dan membasahi jalanan itu. Keduanya tak mungkin untuk menembus hujan saat itu juga.

Mereka akhirnya memilih untuk tetap duduk di gazebo taman itu.

"Dingin,"

Jessi menoleh, ia meraih tangan Freya kemudian menggenggamnya. Freya tersenyum, "Thanks,"

Keduanya hanya diam disana, hujan bukannya mereda justru semakin deras, angin mulai berhembus dengan kencang.

"Gara gara kamu ish. Udah dibilangin mending pulang aja,"

"Tapi kamu seneng kan akhirnya ngasih makan burung burung disana tadi?"

"Ck. Itu gabisa jadi alasan ya. Lagian itu bisa lain waktu,"

"Tapi kamu udah minta itu beberapa kali dan belom dapet dapet loh. Baru tadi kan bisa?"

Freya berdecak, ia masih kesal dengan Jessi yang membuatnya terjebak dengan hujan.

Jessi pun mengalah dan memilih untuk hanya menggenggam tangan Freya agar gadis itu tak terlalu kedinginan.

Setelah beberapa menit berlalu seseorang datang menghampiri mereka, "Kak butuh payung?" rupanya seorang penjual payung datang ke tempat mereka membuat Freya segera tersenyum.

Jessi mengangguk, "Iya kak berapa harganya?"

"Tujuh puluh ribu kak,"

"Hah mahal banget biasanya juga tiga puluh sampe empat puluh doang?" protes Freya.

"Yaudah kak ini,"

"Makasih Kak,"

Jessi pun menerima payung itu, Freya mendengus malas. "Jes itu terlalu mahal buat payung doang,"

"Udah gausah mikir. Lagian kita juga kan yang perlu banget?"

"Tapi ga bisa gitu dong!"

"Udah.." Jessi pun bangkit dari duduknya sambil menarik tangan Freya agar berdiri. Freya masih menggerutu tapi ia tetap melangkah bersama Jessi pergi darisana.

Keduanya berjalan bersama, Freya menjaga jaraknya lantaran masih kesal dengan Jessi. Jessi mengalah, ia mencondongkan payung itu ke arah Freya. Hal itu membuat sesekali air hujan masih menetes mengenai dirinya.

"Terus sekarang ini kemana? Bukannya mobilnya disana? Kok kamu malah jalan kesini?"

Jessi hanya menghela napasnya, ia hanya mengikuti Freya daritadi karena ia tak bisa membuat gadis itu mengikutinya.

"Cepet jalan kesana!"

"Kamu lagi pms ya?"

"Kamu emangnya gatau jadwalnya? Bukannya beda dikit ya sama kamu? Kamu ga-"

Jessi menempelkan jari telunjukknya di bibir Freya membuat omelan Freya berhenti, "Jangan jauh jauh, udah deketan sini ntar kamu kehujanan," Jessi menarik tubuh Freya agar menempel dengan dirinya.

Hal itu membuat Freya tersenyum, ia berusaha menahannya tapi tindakan Jessi barusan membuatnya tak bisa lagi menahan senyumannya. Ia hanya menunduk sambil menahan rasa gesrek yang menggebu.

Langkah keduanya menuju tempat yang tepat. Jessi mengetuk kaca mobilnya sebelum akhirnya ia membuka pintu belakang mobil. Freya segera masuk diikuti Jessi.

"Kenapa ga telepon saya Non?"

"Hp saya mati Pak,"

"Oh gitu,"

Jessi kemudian mencari sesuatu di belakang. Sebuah selimut yang selalu tersedia disana pun diambil olehnya. Jessi memberikan selimut itu pada Freya. Menyelimuti tubuh Freya yang menggigil karena dingin.

"Non,"

"Ya pak?"

"Hari sabtu saya kosong. Saya bisa ajarin non nyetir,"

Jessi meringis mendengarnya, ia sebenarnya ingin merahasiakan itu dari Freya.

"Kamu mau belajar nyetir?"

"I-iya,"

"Ngapain? Ntar aku dibawa bawa kemana mana ini. Biar bisa enak kan kalo bolos juga? Ish parah banget,"

"Hadehhh,"

Tbc

Teman BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang