Bonus Part

916 122 15
                                    

Jessi duduk di kursi panjang bersama dengan Ashel di sebelahnya memandang ke arah air mancur di depan mereka.

"Kalo emang ini takdirnya.."

Tiba tiba seorang anak kecil berlari di depan mereka dan terjatuh menyebabkan ice cream yang dibawanya pun ikut jatuh. Jessi yang melihat itu pun dengan sigap membantunya berdiri, "U alright?"

"Jessi.."

Jessi mengenal betul suara ini. Ia segera mendongak dan melihat orang yang selama ini ia cari.

"F-Fre-Freya!"

*******

Jessi dan juga Ashel kini sudah berada di sebuah cafe bersama dengan Freya. Jessi menatap Freya seakan meminta kejelasan tentang semua hal yang terjadi pada keduanya.

"Dia Rania, sepupu aku yang tahun lalu ditinggal sama Mami Papinya," jelas Freya lebih dulu mengenai anak kecil yang bersamanya.

Jessi menatap ke arah Rania yang sedang membeli es krim tak jauh dimana mereka duduk sekarang.

"Terus soal selama 7 bulan ini?"

FLASHBACK

5 Bulan sudah Freya berada di Singapore dan hari ini ia mendapatkan jadwal check up entah sudah ke berapa kalinya dalam minggu ini. Kondisi tubuhnya menurun begitu saja, dokter pun masih menganalisa dengan apa yang terjadi pada pemasangan alat pacu jantung pada tubuh Freya itu.

Freya berjalan keluar dari ruangan dokter setelah pemeriksaan, ia diminta untuk duduk di luar selagi orang tuanya berkonsultasi dengan dokter mengenai kondisinya.

Freya memejamkan matanya, ia sendiri tak merasakan hal aneh selama beberap hari terakhir tapi hasil check upnya selalu mengatakan ada yang salah dengan dirinya.

Freya memutuskan untuk membuka ponselnya melihat keadaan teman temannya melalui ponselnya itu. Jessi seringkali menghubunginya, ia menjadi si paling perhatian di antara semuanya. Jessi benar benar tak melupakan janjinya untuk tetap memikirkan keadaan Freya apapun yang terjadi.

Jessi seakan tak mempunyai kesibukan lain selain memikirkan dirinya, itu membuat Freya sayang terhadap Jessi tapi..

Di satu sisi..
Ia juga merasa bahwa Jessi melakukan hal yang sia sia. Hubungan keduanya mungkin saja akan berakhir tak lama lagi. Freya sendiri merasa bahwa ia tak pantas untuk Jessi perjuangkan seperti ini. Jessi layak menemukan orang yang lebih pantas untuk dia sendiri. Orang yang bisa berada di sisinya, tersenyum bersamanya dan membagi waktu untuk menjalani kehidupan berdua.

Jika dibandingkan dengan apa yang terjadi pada keduanya kini. Hal itu tentunya sangat terbalik. Freya dan Jessi hanya bisa bersua melalui alat komunikasi ini.

"Freya,"

"Eh? Iya Ma?"

Mata Mamanya terlihat berkaca, Freya menjadi khawatir. Ia meraih tangan Mamanya, "Eh Mama kenapa?"

Mama memeluk tubuh Freya, ia menangis dalam pelukan Freya. Freya terdiam, ia hanya bisa melihat ke arah Papanya yang melihat ke arah lain seakan tak ingin melihat apa yang terjadi pada Freya dan juga Mamanya.

"Ma?"

Freya tentunya semakin heran dengan apa yang terjadi saat ini. Mamanya pun melepas pelukannya menatap Freya sebentar, Freya hanya bisa menatap baliknya dengan penuh keheranan.

Sebenarnya apa yang terjadi?
Itu lah yang Freya pikirkan.

"Ma? Jangan bikin aku bingung,"

"Kamu mau apa? Ada sesuatu yang kamu mau gak?"

"Aku mau sembuh Ma, aku mau ketemu Jessi lagi, aku mau ketemu temen temen aku lagi," setelah ucapan itu, tangis Mama Freya malah semakin banjir lagi. Freya menggigit bibirnya, ia bingung. Sekali lagi ia menatap ke arah Papa nya.

"Pa?"

Papanya menarik napas dalam sebelum akhirnya mendekati Freya. Papanya duduk dihadapan Freya sebelum akhirnya mulutnya mulai mengucap apa yang menjadi masalah kali ini.

Mata Freya langsung melotot mendengar penjelasan Papanya.

"Ga! Ga mungkin! Terus selama ini aku ngapain Pa? Terus selama ini aku berobat buat apa? Terus selama ini aku berjuang nahan ini semua buat apa Pa?"

"Freya..."

"Papa.." Freya menangis dengan keras. Papanya bilang bahwa umurnya tak lama lagi. Hidupnya hanya tersisa satu bulan lagi, Freya tak tahu harus berkata apa. Ia sudah tamat.

******

Singkat cerita akhirnya mereka tiba di penginapan. Freya segera berjalan masuk ke kamarnya, pintu kamar itu dibanting menimbulkan suara yang cukup keras.

Freya menjatuhkan tubuhnya di kasur. Ponselnya daritadi tak ia sentuh sama sekali. Beberapa pesan masuk dari Jessi dan juga teman temannya pun tak ia pedulikan.

"Kayaknya aku ga butuh ini lagi," ucapnya sebelum menjatuhkan ponsel itu ke dalam laci dan menutupnya. Ia tak lagi ingin membuat momen sekecil apapun pada teman temannya. Hal itu akan membuatnya sakit, prinsip dirinya yang dulu sempat diubah oleh Jessi itu kembali lagi ke settingan awal.

Freya memilih untuk menghindari semua kejadian yang ada.

FLASHBACK END

"Berarti kamu?"

"Hidup aku tinggal sebentar lagi Jes. Mungkin Tuhan emang merencanakan ini buat kita berdua. Buat aku sama kamu mengakhiri semua perjalanan ini dengan baik. Tuhan mau kita satu sama lain tau keadaan di akhirnya. Jadi Tuhan sengaja kasih kita waktu buat ucapin selamat tingg-"

Jessi tiba tiba memeluk Freya. Tangisnya pun pecah, Freya hanya bisa tersenyum. Air mata pun ikut mengalir dari ekor matanya yang indah itu.

Ashel hanya termenung, pemandangan dihadapannya ini terlalu menyakitkan untuknya.

Perjalanan kisah Jessi dan Freya berakhir. Sebuah perjalanan yang tak disangka pihak manapun, siapa yang bisa menyangka teman baru yang berawal dari ketidaksengajaan dapat menjadi sebuah hubungan yang manis, walau berlangsung begitu cepat.

"Jessi, Makasih ya?"

End

Update karena diucapin tgif sama jessi di pm

Teman BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang