10. Maps

709 107 5
                                    

Hari hari terus mereka lalui. Freya sudah membaur dengan baik di sekolahnya yang baru. Ini semua berkat peran Ashel dan Jessi. Tanpa keduanya mungkin Freya akan bingung memilih teman.

Hari ulang tahun dirinya pun berlangsung biasa saja. Teman teman barunya itu mengajaknya untuk pergi bersama. Tak hanya berlima, bahkan Adel, Marsha serta Fiony pun turut hadir dalam jalan jalan itu.

Sepanjang hari Freya terus tersenyum. Ia yang mengira akan merasa sendirian di tempat baru justru menemukan teman teman baru yang begitu baik. Teman teman yang mengerti akan perasaan satu sama lainnya.

Kini Freya tengah bersama Marsha. Keduanya tengah berada di ruangan OSIS bersama siswa dan siswi lain membawa mengenai event yang akan mereka selenggarakan beberapa minggu lagi.

Ohya! Kenapa Freya tiba tiba diminta untuk menjadi OSIS? Tidak lain tidak bukan itu adalah siasat Marsha. Ia membujuk bu Elaine agar Freya tidak perlu ekskul dan menambah nilai melalui kegiatan OSIS dan ternyata rayuan Marsha itu pun berhasil.

Sementara itu Jessi, Ashel dan juga Adel tengah menunggu di luar. Jessi tampak mengantuk, ia dari luar hanya melihat Marsha berbicara di depan tanpa bisa melihat keberadaan Freya. Bukan... Bukan maksud Jessi ingin melihat Freya, ia hanya ingin mengkode Freya untuk membuka ponselnya. Jessi mengirimkan pesan untuk berpamitan bahwa mereka akan pergi duluan meninggalkan Marsha dan Freya.

Karena jika tidak, kedua gadis itu akan marah dan ngambek. Karena mereka harus mencari kendaraan lain dan itu akan memakan waktu dan biaya yang lebih lagi.

"Yaudah lah tunggu aja. Mau gimana lagi?"

"Iya sih Shel. Sabar kek,"

"Tapi laper... Laper! Laper! LAPERRRR!" Ashel merengut sambil memegang perutnya.

Adel dan Jessi meringis mendengar teriakan si bawel di dekat mereka itu.

"Tapi kata gw sih mending lo berdua duluan deh. Baca aja maps, kenapa sih repot repot nungguin supir gw?"

"Delll. Ayuk!"

Adel pun menyerah, "Baca maps yang bener ya. Awas aja nyesatin!" ucap Adel pada Ashel yang langsung mendorong Adel untuk cepat berjalan.

Jessi hanya menggeleng heran melihat kelakuan keduanya. Mereka yang masih di masa pdkt itu memang terlihat lucu. Jessi jelas tau Ashel menyukai Adel, dan juga ia juga tau bahwa Adel pun memiliki perasaan yang sama. Hanya saja kedua gadis bodoh itu tetap bersikeras untuk tak mengungkapkannya melalui kata kata. Mereka hanya terus bersama dan membagi waktu bersama.

Tapi ya mungkin itu lebih baik daripada ketika kalian mempunyai status tapi malah berjauhan bukan?

Kadang status justru menghambat orang orang dalam berinteraksi. Mungkin awalnya memang terlihat manis, tapi terkadang bisa menjadi sesuatu yang pahit juga.

Jessi sendiri?

Dia masih tak yakin dengan dirinya. Ia suka berada di dekat Freya. Tapi ia tak menyangkal ia juga suka berada di dekat Ashel. Jadi ia masih bingung perasaan yang ia alami itu perasaan suka sebagai teman atau lebih dari itu?

Puk..
Jessi menoleh. Freya rupanya yang menepuk bahunya itu, "Ashel sama Adel mana?"

"Udah jalan duluan,"

"Katanya mau nungguin?"

"Ashelnya udah kelaperan," Freya yang mendengar itu pun mengangguk paham.

"Kita nyusul sekarang?" ujar Marsha menyela obrolan keduanya.

"Yuk deh biar mereka ga nungguin," Jessi pun menyanggupi itu. Ketiganya pun segera berjalan bersama menuju mobil milik Jessi.

*****

Selama perjalanan Jessi hanya mengernyitkan dahinya melihat kedekatan Freya dan Marsha. Bahkan mereka mengobrol seakan menganggap dirinya tak ada. Sampai sebuah pesan masuk ke ponselnya.

Jes! Kita nyasar!

******

Jessi berjalan keluar dari mobilnya. Mereka sudah sampai di sebuah rumah makan sederhana. Hari ini Adel yang mengajak mereka kesini, tentunya hal itu membuat Ashel heran. Kenapa orang sekaya Adel justru lebih menyukai tempat makan seperti ini dibanding di restoran.

"Masuk yuk? Laper nih," ucap Freya sambil memegang perutnya.

"Yuk," jawab Marsha maupun Jessi secara bersamaan. Mereka bertiga berjalan masuk lalu memilih meja untuk 5 orang.

Sementara itu, Ashel dan Adel masih bersiteru satu sama lain.

"Daritadi tuh bilang beloknya. Kelamaan bikin salah jalan,"

"Kok marah sih? Aku kan laper ya. Jadi ga fokus!"

"Alesan aja terus,"

"Nih baca maps sendiri!" ucap Ashel sambil melempar ponsel Adel ke pahanya. Adel cukup terkejut, "Kok jadi kamu yang marah? Kan kamu yang salah baca maps?"

Ashel hanya melengos, ia menatap keluar kaca mobil. Tangannya ia lipat di dadanya. Wajahnya penuh dengan kekesalan. Adel sendiri sudah tak tahu lagi, ia selalu salah jika bersama dengan Ashel. Kadang hal ini yang membuat di frustasi jika bersama dengan Ashel berdua.

Mobil Adel pun akhirnya berhenti di rumah makan yang dijanjikan. Ia segera turun dari mobil. Ashel pun mengikuti, "Jelek kalo ngambek," cibir Adel.

Ashel kemudian tersenyum, "Senyum gini?" ucapnya dengan senyum yang jelas jelas ia paksakan.

Adel tak habis pikir bagaimana bisa ia menaruh hati pada orang menyebalkan yang kini ada di depannya.

Ashel kemudian segera menarik Adel untuk masuk. Ia dan Adel pun celingukan mencari keberadaan Jessi, Marsha dan Freya. Setelah menemukannya pun Ashel segera menarik Adel untuk mengikutinya.

Tampak Freya, Marsha dan Jessi yang sudah makan. Ashel yang melihat itu pun segera menepuk Adel, "Pesen makan,"

"Hah kenapa harus aku?"

"Cepet!"

"Iya iya. Sabar kek, mau apa?"

"Ayam aja," Adel memutar bola matanya malas kemudian segera pergi memesan makanan.

Ashel sendiri segera duduk, ia meletakkan kepalanya di meja dengan lesu. Freya, Marsha dan Jessi menatap Ashel yang begitu lemas itu.

"Lama banget,"

"Adel gajelas,"

"Kenapa gitu?"

"Dia salah jalan lah. Apalagi?" ucap Ashel sambil bangkit dan mengambil minuman di meja itu. Freya yang minumannya diambil pun tak bisa berbuat banyak.

"Lah lu biarin Adel baca maps? Kan dia udah nyetir!"

"Ck, gw yang baca maps udah bener,"

"Kalo yang baca maps bener. Harusnya ga nyasar ga sih?" kini Freya bersuara.

"Kan-"

"Yang baca maps salah. Tapi gamau disalahin," ujar Adel santai kemudian duduk di sebelah Marsha.

"Gw gak salah ya Adel!" ambeknya.

Adel mengalah untuk kesekian kalinya. Teman teman yang lain pun jelas tau siapa yang salah disini sekarang. Tapi mereka memilih diam dan membiarkan Ashel menang.

"Kok pada diem?"

"Makan,"

"Del kok diem,"

"Capek,"

"Capek kenapa?"

"Capek sama tingkah lo Shel," cibir Marsha yang disambut tawa oleh yang lainnya.

Tbc

Ada yang langsung ketemu nih habis dinyatain negatif 😮

Teman BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang