Bab 8. Misteri Kematian Pak Rohyan

1.1K 111 0
                                    

Sebuah senter tiba-tiba mengarah ke arah kami. Sontak, aku dan Ayu langsung bersembunyi. Aku mendengar suara Pak Burhan dan seorang lelaki sedang membicarakan tentang kematian Ardi.

"Sayang banget ya, padahal dia orangnya baik."

"Meski baik, kalau bunuh diri? Ditambah dia pedo, jahanam adalah sebaik-baiknya tempat buat dia," ujar Pak Burhan.

"Iya, sih, cuma saya gak yakin sama cerita-cerita dia yang katanya pedo, jelalatan, suka goda istri orang, itu gak tercermin di dirinya, Pak."

"Ya, jangan lihat orang dari penampilannya. Bisa aja, dia di depan alim, tapi kalau di belakang malah ngewe sama bini orang," jawab Pak Burhan. "Kayaknya di sini aman, Pak. Ayo kita pindah tempat."

Suara mereka tak terdengar lagi. Itu tandanya kalau mereka sudah pergi. Kini hanya tinggal aku dan Ayu yang ditemani oleh sinar rembulan. Aku mendekatkan tubuhku pada tubuh Ayu. Ayu terlihat tak menolak. Ia justru mulai meremas bokongku dan langsung melumat bibirku. Ia naik ke tubuhku dan membiarkan tangannya menggerayangi tubuhku. Tubuhnya sangat wangi malam ini. Apa karena dia tahu kalau aku akan datang ke sini? Ah, dia sangat pintar sekarang. Dia tahu titik-titik rangsangku. Dia terus membuat kedua mataku melek-merem menikmati setiap sentuhannya. Ditambah saat dia membuka bajuku. Tangannya terus mengusap-usap bagian bawahku. Sungguh, ini nikmat sekali. Aku jadi bingung sekarang, dari mana Ayu belajar ini semua kalau bukan dia menjadi lonte?

"Mas, aku buka celananya, ya," tanya Ayu sambil mengusap-ngusap bagian bawahku yang mulai mengeras.

"Jangan!" Aku menolak. "Ini gak bener. Gak pantes seorang istri yang baru kehilangan suaminya berzina sama laki-laki lain."

"Ah, Mas, jangan munafik begitu. Nanggung. Masa Mas gak mau?"

Aku segera melepaskan tangannya dan memakai kembali bajuku. "Aku mau ngelakuin itu kalau masa iddahmu sudah selesai dan ketika aku sudah menikah sama kamu."

"Mas Damar masih suka sama aku?" tanya Ayu.

Aku mengangguk. "Iya. Itulah kenapa aku mau nikah sama kamu kalau masa iddahmu selesai."

"Kenapa nunggu nikah dulu, sih Mas? Bukannya saat di Australia Mas Damar langsung ngewe sama bule-bule di sana?"

"Itu beda. Kalau mereka cuma main-main, tapi kalau sama kamu enggak."

Ayu memakai kembali kancing bajunya. Lalu ia merapikan roknya dan berdiri dari duduknya. "Aku pulang saja, Mas." Ayu pun beranjak pergi, kemudian ia menghilang ditelan kegelapan.

Sial, aku lupa bertanya tentang nama orang yang menggorok suaminya saking keenakannya.

***

Aku melihat Ozil tengah bermain game online di ruang tamu. Ia terlihat sangat fokus sampai tak sadar dengan kehadiranku.

"Bapak dan Ibuku ke mana?"

"Kondangan."

"Kamu ngapain di sini?" tanyaku.

"Ngungsi. Aku diusir sama Ibu."

"Beneran diusir?"

"Iya, Mas, tapi selama seminggu doang."

"Kalau mau duit jajan, kamu dapat dari mana?"

Ozil menunjukkanku tasnya yang penuh pakaian. "Aku nabung di sini selama 12 bulan," ujarnya menunjukkan celengannya yang ada di dalam tasnya. "Lagian, aku gak masalah gak dapet duit jajan dari Ibu, toh Ibu pelit orangnya."

"Terus kamu dapet duit selama ini dari mana?"

"Jadi joki game online. Ada yang bayar 350 ribu, 200 ribu, pernah dulu sampai satu juta."

Para Bajingan Dan Perempuan Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang