Bab 31. Ozil

800 89 0
                                    

Hari-hari kami berdua habiskan dengan ancaman, cemoohan, fitnah dan hinaan. Semua warga desa seperti sepakat dalam merendahkan harkat dan martabat kami. Baik anak-anak maupun orang dewasa, mereka semakin menggaungkan kebencian untuk kami.

Suatu hari ada bocah datang kepada kami dan memberikan kami snack. Ia diketahui keponakan dari iblis itu.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Mas Ardi dengan meninggikan suaranya.

"Aku cuma mau ngumpet di sini dulu sebentar. Ibuku bawa sapu buat mukuli aku. Ini ada snack buat Mbak Ayu dan Mas Ardi. Tolong aku, please!"

"Baiklah, masuk."

Dari kejauhan Bu Lik Mayang datang ke rumah sambil membawa sapu. "Hey, kalian lihat Ozil?"

Kami memilih diam dan tak menggubrisnya.

"Dasar orang-orang tolol!" Ia kemudian pergi dari hadapan kami.

Aku dan Mas Ardi masuk ke kamar. Kulihat anak bernama Ozil itu sedang memperhatikan setiap sudut kamar kami.

"Mau ngapain kamu? Kamu mau nyuri ya?" kata Mas Ardi menarik sambil kaos Ozil hingga ia terjatuh ke lantai.

"E-enggak Mas. Aku anak baik-baik. Aku cuma lihat-lihat doang. Lagian aku orang kaya kok. Lihat, aku udah bisa menghasilkan uang dari menjadi joki game. Aku juga sering mengerjakan tugas teman-temanku buat mendapatkan uang jajan," ucap anak itu sambil menunjukkan ponselnya kepada kami. Mas Ardi pun melepaskan anak itu.

"Jadi, namamu Ozil?" tanya Mas Ardi. "Aku tidak pernah lihat kamu."

"Iya. Soalnya aku sibuk ngejoki game." Ozil kemudian melihat ponselnya lagi. "Wah, barangku dateng lagi." Ozil kemudian keluar dari dalam rumah. Ia tak lama kemudian datang sambil membawa sesuatu dibungkus kresek hitam.

"Ini apa Zil?" tanyaku.

"Ini jaket pesananku."

"Pesan ke orang yang kirim pesananmu tadi?" tanya Mas Ardi.

"Enggak, tadi itu namanya kurir. Kalau aku belinya lewat e-commerce."

Aku dan Mas Ardi dibuat bingung dengan istilah itu. Nampaknya Ozil paham kalau kami kebingungan.

"E-commerce itu tempat jual beli online. Jadi kalau mau beli kita pesan lewat ponsel. Barangnya bisa dari luar desa, luar kota, bahkan luar negara juga."

"Wow! Hebat, ya," ucap Mas Ardi.

"Kalau Mas Ardi dan Mbak Ayu butuh beli sesuatu secara online, tinggal panggil aku aja."

"Apa aja yang dijual?" tanyaku.

"Semuanya. Mulai dari baju, kaos, celana, skincare, lipstik ...."

"Racun ada?" tanyaku. Sontak Ozil dan Mas Ardi memandangiku.

"Buat apa?" tanya Mas Ardi.

"Bunuh tikus."

"Ada," jawab Ozil.

"Sepertinya e-commerce itu kayak kantong doraemon, ya. Apa-apa ada," ucap Mas Ardi.

Ozil kemudian memandangi atap rumah kami. Ia juga menggosok-gosok jarinya ke tembok. "Kayaknya rumah kalian harus dibenahi. Kukira yang serem bagian luar rumah kalian, ternyata dalamnya juga kelihatan serem. Gordennya juga udah kotor dan minta ganti. Kalau pun cuma punya satu gorden, coba dicuci." Ozil kemudian melihat ke arah luar kami. "Di luar juga kelihatan berantakan. Pohon-pohon mawar itu coba dipotong dan ditata ulang. Rumput-rumput depan halaman coba dipotongi juga biar lebih rapi."

"Kamu ini sok ngerti urusan begini, Zil!" ucap Mas Ardi.

"Aku memang ngerti urusan begini, Mas. Di rumah, akulah yang melakukan segalanya. Mulai dari menyapu, memasak, memotong rumput, bahkan sampai menata bunga."

Para Bajingan Dan Perempuan Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang