Bab 39. Eksekusi

790 84 0
                                    

Sore itu, aku mendapatkan sebuah pesan dari Burhan di Facebookku. Ia mengirimkanku foto kelaminnya yang sudah menegang.

[CHAT]

Burhan Sutedjo :"Berhubung aku tak tahu nomormu, kukirim saja lewat Facebookmu. Lihatlah, apa kau suka?"

Ayu Rahayu :"Gede banget, Pak. Aku gak tahan nih."

Burhan Sutedjo :"Aku juga. Nanti malam kita ngewe yuk."

Kena sekarang kau!

Ayu Rahayu :"Oke Pak. Saya tunggu tepat pukul 00.00."

Burhan Sutedjo :"Baiklah Sayang."

[END CHAT]

Bersiap-siaplah, malam ini kau yang akan mati.

***

Aku memakai tanktop dan celana pendek pada tubuhku. Tak lupa aku juga memakai parfum yang kubeli dan biasa kupakai untuk menarik perhatian Mas Damar. Aku berdandan secantik mungkin agar nanti bisa dengan mudah membunuh Burhan.

Listril di rumahku tiba-tiba padam. Aku mencari senter dengan hanya mengandalkan indera perabaku. Seseorang tiba-tiba menyergapku dari belakang dan menciumi tubuhku. Ah, ini sepertinya kukenal.

"Pak Burhan? Apa ini kamu?"

"Iya, ini aku." Tangannya terus meremas seluruh tubuhku. Ia juga menjilati wajah dan leherku. "Kau sangat wangi." Tangannya bergerilya dan ia telah berhasil melepaskan tanktopku. Aku hanya memakai BH dan celana pendek yang terus menempel di tubuhku. Aku pun berusaha melepaskan tubuhku darinya. Tangannya sangat kuat. Ingatan-ingatan itu kembali muncul di pikiranku.

"Pak, apa kaubawa ponselmu yang kau buat merekamku dulu?"

Burhan terhenti. "Tidak."

Aku menjauh darinya dan berusaha mencari gagang pintu. Aku pun berhasil mendapatkannya. Dengan mengandalkan sinar lampu dari luar aku menuju ke arah pintu rumah. Namun, tangan iblis itu meraihku dan membawaku kembali ke kamarku. Ia juga menjatuhkanku ke ranjangku. Aku merasakan dirinya menindih tubuhku dan tangannya terus menggerayangi tubuhku. Ia menahan kedua tanganku dan mulai menciumi bibirku, leherku, dan berlanjut ke dadaku. Ia terus menjilatinya hingga akhirnya ia berhasil melepaskan BHku. Dalam keadaan gelap-gelapan, aku merasakan lidahnya memainkan seluruh tubuhku. Aku berusaha memberontak meski sedikit menikmati. Aku harus sadar jika aku harus segera membunuhnya.

"Pak, biarkan aku hidupkan listrikku dulu."

Iblis itu membekap mulutku dan berbisik ke arahku, "aku sengaja mematikannya biar si bos gak bisa lihat apa yang kita lakukan."

Kedua mataku terbelalak lebar. Apa maksud iblis ini? Apa yang dikatakan Ozil benar tentang alat pengintai itu?

"Maksud Pak Burhan apa?" tanyaku dengan terus berusaha melepaskan tangannya.

"Ada kamera pengintai di sini."

"Berarti dia tahu suara kita?"

"Tenang. Kamera pengintainya hanya bisa merekam, tapi tak bisa menangkap suara."

"Tahu dari mana?"

"Karena aku yang beli dan pasang sendiri."

"Di mana kamera itu?"

"Aku tak bisa memberitahumu. Aku bahkan pernah lihat kamu dan Damar yang sedang ngewe di kasur ini. Tubuh kamu menggoda sekali."

Crasss!

Darah segar mengucur deras lewat leher Burhan. Siapa yang menggoroknya? Seseorang tiba-tiba keluar dari kamarku dan pergi menuju ke arah dapur. Burhan tiba-tiba tersungkur ke belakang. Bau anyir darah tercium di hidungku. Aku langsung bergegas berdiri ke arah jendela kamar sambil menutupi teteku dengan tanganku. Kulihat seseorang berpakaian serba hitam berlari menuju ke arah Timur. Aku seperti tahu postur tubuh orang itu. Kurus dan jangkung. Wangi parfumnya juga sangat kukenal. Siapakah dia?

Para Bajingan Dan Perempuan Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang