Bab 36. Lelaki Bedebah

799 85 0
                                    

[Mengandung konten 18+. Mohon kebijaksanaannya. Yang tidak suka adegan berdarah-darah silakan diskip]

Aku mengganti pakaianku dengan pakaian yang biasa kupakai. Tak mungkin aku datang menemuinya hanya dengan tanktop dan celana pendek. Tak lupa jaket milik Mas Ardi juga kupakai untuk menghangatkan tubuhku dari kedinginan.

Aku pergi lewat pintu belakang dan segera pergi menuju ke arah Selatan. Di punggungku, aku sudah siap dengan pisauku. Dari kejauhan aku melihat Burhan tengah ronda sendirian. Langkahku terhenti. Aku segera bersembunyi di balik tanaman pagar. Sekarang dia sendirian dan keadaan sudah sangat sepi. Ini adalah saatnya untukku membunuhnya juga malam ini. Aku mengambil pisau di punggungku dan siap kugorok lehernya. Dengan langkah pelan aku menuju ke arahnya, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki di belakangku. Seseorang menyergapku dan membuat Burhan lolos dariku.

Aku menoleh ke arah orang yang menyergapku. Seorang bocah tengah berdiri di belakangku.

"Ozil!"

"Ssst! Nanti kedengeran sama Pak Burhan," ucap Ozil sambil memelankan suaranya.

Burhan bedebah itu kemudian pergi jauh dan benar-benar lolis dari maut. "Mbak Ayu mau ngapain?"

"Justru aku yang tanya ke kamu, kamu ngapain tengah malam begini?"

"Aku ...."

"Apa?" Aku bergegas pergi dari Ozil, tetapi ia berhasil menarik tanganku.

"Mbak Ayu mau ke mana?"

"Aku mau bertemu seseorang. Lepaskan tanganku." Aku segera pergi meninggalkan Ozil sendirian. Aku sangat kesal dengannya karena ia membuat Burhan lolos dariku. Padahal tinggal sedikit lagi Burhan mati di tanganku.

Aku terus melewati jalanan yang sangat sepi. Semakin ke arah Selatan, hawanya semakin dingin dan tak ada lampu jalan. Rumah-rumah pun sudah tak ada. Hanya kegelapan yang ada di hadapanku.

Aku memanfaatkan ponselku untuk menerangiku. Dari kejauhan, kulihat ada cahaya dari senter. Ya, itu si lelaki bedebah.

"Kenapa kau lama sekali?"

"Aku tadi ada sedikit kendala. Jadi, sekarang kau sudah bertemu denganku. Sekarang apa maumu?"

Lelaki itu mengambil dua buah botol anggur merah yang ia bawa dengan kresek hitam. Di sampingya aku melihat ada tali tambang kecil.

"Untuk apa tali tambang itu?"

Lelaki itu mengambil tali tambang itu. Ia kemudian langsung menyergapku dan membuatku terjatuh ke jalan. "Untuk mengikat tubuhmu."

Tangan lelaki itu berhasil memegangi kedua tangaku dan menindih tubuhku. Aku berusaha melepaskannya.

"Lepaskan aku!"

"Diam kau! Apa susahnya kau diam, hah? Kata orang di sini kamu itu dulu pernah diperkosa kan? Bukannya itu enak?"

Dengan sekuat tenaga aku berusaha mendorong tubuhnya ke belakang. Sial, tubuhnya sangat kuat. Aku tak kuat mendorongnya.

"Lepaskan aku dulu! Kalau begini, bagaimana caranya buatku menikmati tubuhmu juga?"

Lelaki itu terhenti. "Maksudmu?"

"Kenapa kamu gak bilang kalau mau ngewe sama aku? Kamu kan bisa minta baik-baik. Aku juga mau."

Lelaki itu kemudian melepaskan tanganku. Dengan kesempatan itu, aku langsung mengambil pisau di punggungku.

Crassss!

Lehernya berhasil kugorok juga. Darahnya pun muncrat dan membasahi seluruh tubuhku. Ia terus memegangi lehernya yang terus mengucurkan darah dengan deras.

Para Bajingan Dan Perempuan Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang