Bab 43. Amarah

767 69 0
                                    

Beberapa hari yang lalu ....

Aku menjadi gelap mata saat mengetahui pemerkosa Ayu. Dadaku dibuat sesak karena pengkhianatan yang dilakukan keluargaku sendiri.

Aku pun mencari keberadaan bajingan itu di setiap tempat yang biasa ia datangi. Jika ketemu, aku berjanji akan menusukkan pisau di tanganku tepat ke arah dadanya. Tetapi ia tak kunjung kutemukan.

Di manakah gerangan dirinya?

Mataku tertuju ke rumah Ayu. Aku segera menuju ke rumahnya yang sangat sepi lewat pintu belakang. Bisa jadi, bajingan itu berhasil menangkap Ayu secara diam-diam.

"Ayu! Di mana kau?"

Namun, ia tak ada di rumahnya. Aku pun memutuskan masuk ke dalam kamarnya yang tertutup rapat. Kali saja saat ini dia sedang tertidur.

Sama. Ia tak ada. Apakah dia sudah kabur?

Aku memerhatikan sekeliling kamarnya. Tiba-tiba, aku melihat sesuatu mirip kamera di atas lemari Ayu. Benda itu sangat kecil. Kira-kira tiga sentimeter. Aku pun langsung memungutnya.

Ini adalah kamera pengintai. Kamera itu terlihat masih baru dipasang.

Bajingan! Siapa yang menaruh kamera ini di sini? Apakah yang memasangnya adalah keparat itu?

Aku langsung menuju kembali ke rumah sambil membawa kamera itu. Kulihat Ibu tengah menangis dan Dewi berusaha menenangkannya. Tanpa basa-basi aku lansung masuk ke kamar Ibu. Kuperhatikan sekeliling. Sebuah laptop yang biasa bajingan itu pakai tertutup rapat di dekat laci kasurnya.

Ada passwordnya. Dia memakai password.

Ari tiba-tiba datang. "Passwordnya angka satu sampai sembilan budi. Budinya kecil semua tanpa spasi."

Kuketik 123456789budi di laptop tersebut.

Terbuka.

Mataku tiba-tiba tertuju pada sebuah aplikasi yang terpasang di laptop itu. Aplikasi itu bernama aplikasi pengintai jarak jauh. Kuhidupkan aplikasi itu dan tersambung pada kamera pengintai yang kubawa. Aku pun mencocokannya. Ya benar. Kamera ini tersambung dengan laptop itu. Aku langsung menghapus aplikasi itu. Aku mengklik setiap folder yang menurutku mencurigakan.

Sebuah folder bernama TUGAS NEGARA membuatku penasaran. Folder macam apa yang berisi file hingga ukurannya sangat besar. Aku pun mengkliknya. Kulihat beberapa video di kamar Ayu. Video itu hanya ada di kamarnya. Sementara di luar kamarnya tak terpasang kamera pengintai. Bajingan itu bahkan merekamku juga yang sedang bercinta dengan Ayu. Pantas saja dia tahu kalau aku dekat dengan Ayu. Aku pun langsung menghapus semua file tersebut. Aku juga tak lupa menghapusnya di recycle bin.

Benar-benar keterlaluan dia!

Aku langsung melempar laptop itu ke atas lantai dan hancurlah laptop itu. Aku kemudian menyiramnya dengan air yang ada di atas laci. Ari pun tak mencegahku. Ibu dan Dewi tiba-tiba datang. Mereka sama. Mereka tak mencegaku. Aku pun segera keluar dari rumah itu, tetapi Ibu mencegahku.

"Dam, ibu mohon jangan kau apa-apakan bapakmu."

Aku tak menggubrisnya dan terus menyetir motor Ari.

Setelah menyetir cukup jauh, seseorang dengan senternya tiba-tiba datang ke arahku. "Damar? Itu kamu?" Ternyata itu Pak Soleh. Ia terlihat sangat bugar dan sehat.

Aku pun langsung turun dari motor dan memeluknya. "Terima kasih sudah membuka rahasia desa sini," bisikku.

Pak Soleh melepaskan pelukanku. "Hanya itu yang bisa saya lakukan." Pak Soleh menatap kedua mataku.
"Ada satu hal penting lagi yang ingin saya katakan."

Para Bajingan Dan Perempuan Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang