ENAC - 24. Abi Yang Mengamuk

6.5K 907 37
                                    



Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.

Thank you :)

🌟


Elan berdiri mematung di antara kamarnya dan kamar milik Abigail. Satu tangannya memegang kenop pintu yang terbuka sedangkan matanya langsung dihidangkan pemandangan cewek di dalam bathtub. Tertutup busa-busa hingga ke tulang selangka. Mata Elan mengabaikan perintah otaknya untuk melihat ke arah lain. Ke mana pun, selain ke arah tulang selangka yang dilapisi kulit berwarna putih dan membayangkan bagian lain yang tertutupi oleh busa putih. Bimbang antara bersyukur busa itu ada di sana atau mengumpat karena pandangannya dihalangi.

Seluruh kalimat yang sudah dirangkai di dalam kepalanya seperti hilang ditelan bumi secara tiba-tiba. Elan bahkan lupa niatannya untuk pergi ke kamar Abigail adalah untuk melancarkan rencananya membuat Abigail semakin merana karena uangnya terkuras habis.

Elan memaksakan matanya untuk melihat ke arah wajah Abigail setelah sepuluh detik berlalu tanpa ada suara ataupun tarikan nafasnya. Mata besar Abigail membelalak dengan bibir berwarna merah mudanya terbuka sedikit. Rambut cewek itu diikat ke atas, menyisakan anak rambut ikal yang menempel di leher jenjangnya. Elan yakin kalau ekspresinya tidak kalah melongo seperti milik Abigail sekarang.

Mata mereka akhirnya bertubrukan, tetapi tidak ada satu pun yang bergerak. Dari bahu Abigail yang statis, Elan tahu kalau mereka berdua sama-sama belum dapat memproses keadaan sekarang. Boro-boro otaknya bisa memproses, menyuruh paru-parunya untuk bekerja memproses oksigen saja tidak bisa.

Elan akhirnya berdeham setelah keheningan yang terlalu lama menyelubungi mereka. Setelah otaknya memberikan gambaran eksplisit mengenai siapa cewek yang berada di bathtub. Mulai dari wajah penuh air mata dan ingus yang selalu dipeper ke sweaternya. Gambaran yang cukup membuat Elan buru-buru ingin kabur dari sana.

"Gu-gue mau makan di kamar aja," katanya pelan dan sebelum menutup pintu ia menambahkan lagi dengan suara sedikit lebih kencang, "bukan salah gue kalau partisi kamar mandinya nggak lo bikin sebelum mandi."

Setelah pintu tertutup sepenuhnya ia dapat mendengar teriakan membahana dari Abigail dan kata makian penuh warna yang disebutkan dengan menggebu-gebu. Tembok kamar hotel ini tampaknya perlu perbaikan. Atau karena memang suara Abigail terlalu besar dan menembus pori-pori tembok ini.

Bayangan Abigail di dalam bathtub muncul di kepalanya secara tiba-tiba dan mengirimkan desiran ke seluruh kulitnya. Membuat kinerja jantungnya bekerja lebih cepat dari yang semestinya. Selama sepuluh tahun mengenal Abigail, Elan lebih sering melihat sisi buruk cewek itu. Entah yang menangis lantaran percintaannya, atau wajah nelangsa karena kehabisan uang. Namun, ia tidak pernah melihat Abigail dengan penampilan seperti tadi. Kulit yang basah dan...seksi? Kenapa juga baru sekarang ia ingat kalau Abigail juga cewek seperti Tasya? Seharusnya ia tidak main buka connecting door.

Elan menampar pipinya dengan kedua tangan. Cukup kencang hingga ia meringis sendiri. "Lo mikirin apaan sih, El? Seksi dari Hong Kong?" gerutunya. "Gue harus kabur dari sini sebelum si Babi datang." Elan mengambil ponsel yang berada di nakas, bersisian dengan dompet yang ia yakini tidak akan berkurang sedikit pun selama di sini. Namun, tampaknya niatannya itu tidak akan kejadian karena ia tidak dapat memoroti Abigail lagi setelah ini. "Boro-boro morotin, lihat mukanya tanpa kepikiran yang tadi aja bakalan sulit."

Every Nook And Cranny [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang