ENAC - 33. Abi Patah Hati

6.8K 966 65
                                    



Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.

Thank you :)

🌟


Abigail tidak menyerah, terlalu aneh kalau Elan digantung tidak lama setelah mereka makan malam bersama. Apa ada sesuatu yang diperbuatnya secara tidak sadar? Atau sesuatu yang dikatakannya sehingga mereka berdua bertengkar? Abigail menggali ingatannya dalam-dalam. Tidak ada satu pun yang muncul dan beresiko membahayakan hubungan orang lain. Ia menjaga jarak dengan Elan, berbicara juga seperlunya saja. Lebih banyak diam atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Tasya dan juga Beno.

"Beneran, nih. Bukan gara-gara gue kan?" tanya Abigail sekali lagi. Ia akan merasa sangat bersalah kalau memang ada sesuatu yang diperbuatnya, tapi tidak disadari.

"Bukan, Babi. Percaya diri banget, sih."

Jawaban Elan sedikit membuat Abigail dapat bernafas lega. Kalau pun memang ia memiliki hati pada Elan, bukan berarti ia mengharapkan sahabatnya itu hubungannya kandas. Ia masih punya hati. Tiba-tiba saja ia sedikit tercerahkan mengenai alasan kenapa Elan berantakan saat dua minggu lalu.

"Mau gue temenin ngegalau?" tawarnya pada Elan yang sibuk memandangi laut yang gelap. Abigail tidak pernah melihat Elan sekacau ini setelah hubungannya kandas. Apa ini karena Elan pernah mengatakan kalau Tasya mungkin yang terakhir? Elan benar-benar jatuh cinta? Tanyanya pada diri sendiri.

"Imbalannya apa?"

Abigail menatap cowok itu sinis, "Gue ikhlas kalau nemenin temen lagi galau. Lagian lo juga jarang-jarang kayak gini." Elan menatapnya sambil memicingkan mata dan Abigail memutar bola matanya malas. "Okay, bayarin gue makan aja. Kalau minum udah jadi tanggungan lo karena kalah main gim," ujarnya menyerah.

Suara tawa Elan mengudara, meskipun pelan tetapi Abigail merasa cukup puas.

"Hubungan kita transaksional banget, ya." Elan berpangku tangan di armrest kursi rotan yang didudukinya.

"Semua hubungan bukannya transaksional? I mean, in a good way, ya. Bukan hanya perkara uang. Kayak, emangnya lo nggak capek kalau terus-terusan memberi tanpa menerima apa pun? Tapi istilah transaksional itu kurang pas kayaknya," Abigail menepuk-nepuk dagunya dengan jari telunjuk sebelah kanan. Mencari padanan kata yang pas dengan arti hubungan di dalam kepalanya. "Lebih kayak give and take, ya?"

Apa yang diucapkan oleh Abigail tadi tampaknya berhasil mencuri perhatian Elan dari lautan gelap. Sorot matanya yang tajam lalu alis tebal yang sedikit berkerut itu membuat Abigail melanjutkan ucapannya.

"Maksud gue itu kayak lo menerima sebesar apa yang lo berikan ke orang lain. Bukan maksudnya pamrih, tapi lo berhak buat itu. Misal, lo menghormati pasangan lo, lo berhak buat mendapatkan hal yang sama." Abigail mengambil jeda untuk merangkai kata-kata yang berhamburan di kepalanya. "Istilah cinta memberi tanpa pamrih itu benar, tapi dengan orang yang tepat. Kayak ibu ke anak. Kalau lo terus-terusan memberi tanpa mendapatkan apa pun dari pasangan lo, apa lo akan merasakan dicintai? Apa mencintai aja cukup? It will die eventually," ucapnya dalam satu embusan nafas panjang. Membiarkan Elan mencerna apa yang diucapkannya tadi, sembari ia sendiri mengatur pasokan oksigen di paru-parunya.

Every Nook And Cranny [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang