Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.
Thank you :)
🌟
"Ya, Tuhan!" pekik Abigail dengan tertahan kala pesawat yang ditumpanginya bergetar lebih kencang dari seharusnya saat melintasi gumpalan awan. Mengacaukan bayangannya mengenai awan yang hanya gumpalan kapas lembut yang menggantung di langit dan akan hilang ketika ditiup angin. Oh, Abigail memang masih berpikiran sepertin itu sampai sebelum keharusannya menaiki pesawat seperti hari ini.
Elan yang duduk di sebelahnya tertawa puas memandang kepanikan Abigail yang meremas kedua sandaran tangan kursi yang didudukinya.
Abigail tidak hentinya memaki untuk acara keluarga ibunya yang kali ini diselenggarakan di Bali dan ide untuknya tidak ikut seperti biasanya ditolak mentah-mentah. Sepupunya yang hendak menikah mengatakan kalau ini adalah bachelorette party sehingga Abigail wajib datang. Dan juga ia memiliki kewajiban untuk mengajak Elan meskipun ia sudah memberikan alasan kalau cowok itu sedang sibuk dengan pekerjaan kantor yang membeludak.
Alasan yang diberikannya tentu saja karangan. Abigail tidak berbincang dengan Elan ketika diajak oleh tantenya melalui sambungan telepon dan dengan senang hati ia memberikan kebohongan hanya agar tidak perlu bertemu dengan Elan di acara keluarga. Acara yang membuat mereka mau tidak mau harus dekat dan ada sentuhan fisik, meskipun minim.
"Sumpah, Bi. Lo kenapa masih takut naik pesawat, sih?" Elan bertanya di antara tawanya yang berderai. "I mean, ini bukan lagi pertama kalinya lo naik pesawat kayak dulu. Ini kali ketiga lo pergi sama gue kan?"
Abigail mengerutkan alisnya semakin dalam ketika tubuhnya lagi bergerak di luar kemauannya. Mengabaikan ucapan Elan karena jantungnya memompa terlalu cepat dan menulikan telinganya dari suara sumbang cowok di sebelahnya.
Hilang sudah debaran konyol yang dirasakannya pada Elan kala melihat cowok itu datang menjemputnya tadi pagi. Sweatshirt dan sweatpants berwarna biru dongker membuat kulitnya yang putih semakin cerah. Rambutnya tidak lagi panjang seperti kemarin, sudah terpangkas rapi dan sepatu kets berwarna putih melengkapi penampilannya. Bisa dibayangkan kegirangan Abigail untuk perkara sepele seperti warna baju mereka yang senada saja dapat membuat hidungnya kembang kempis. Dan kini seluruh rasa itu sirna tak berbekas karena tawa mencemooh yang dikeluarkan Elan. Memang sialan cowok satu ini. Bisa-bisanya tertawa di atas penderitaannya.
"Lo beneran nggak pernah naik pesawat lagi selain ke Bali sama gue dulu? Itu kayak delapan tahun yang lalu kan?" lanjut Elan tanpa peduli akan dirinya yang tidak mau membuka mulut sedari tadi. "Memangnya nggak ada dinas luar kota dari kantor?"
Abigail berdecak, risih akan Elan yang tidak berhenti mengganggunya untuk berkonsentrasi meditasi. "Gue dan lo sama-sama kerjanya lebih banyak di dalam kota, Lan. Jangan berlagak pilon, deh." Nada suara Abigail sudah sangat sinis dan ia yakin kalau orang lain mendengarnya akan langsung diam dan menjauh. Namun, bukan Elan namanya kalau tidak semakin membuatnya mencak-mencak.
"Benar juga, tapi kan lo pasti ada acara dari kantor, Bi. Lo benaran nggak ikut acara-acara hedon kantor lo?"
Abigail tahu kalau acara tahunan kantornya, lebih tepatnya divisi kantornya, memang terhitung besar-besaran. Selain hotel bintang lima, akan selalu ada acara minum-minum di night club dan orang-orang di kantornya tidak mungkin melewatkan kesempatan minum gratis sepanjang malam. Dan itu dilakukan dua kali dalam setahun.
![](https://img.wattpad.com/cover/293968401-288-k723616.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Every Nook And Cranny [FIN]
ChickLit[PART LENGKAP] May contain some mature convos and scenes Bagi Abigail Williams, El adalah tempatnya berkeluh kesah setelah diputus oleh para mantan pacarnya yang kurang ajar. Tempatnya meminjam kaos, sweater serta hoodie yang nyaman tanpa perlu di...