ENAC - 18. Salah Paham Bikin Semakin Semrawut

7.4K 978 34
                                    



Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.

Thank you :)

🌟


Hari ini adalah hari penghakiman. Di halaman rumah orang tuanya, Abigail dapat melihat mobil Lexus milik Hagia yang sudah terparkir di sana, bersebelahan dengan mobil Jazz milik Isibel yang sangat jarang berada di rumah di akhir pekan. Ketakutan berputar-putar di perutnya, mengirimkan sinyal mual ke kepala dan sebentar lagi menggoda mulutnya untuk mengeluarkan sarapan yang baru ditelannya dua jam yang lalu. Duet kompor Hagia dan Isibel adalah hal yang mengerikan. Hagia dan Isibel tidak segan-segan menyiramkan minyak ke api ibunya yang sudah membara hanya untuk membuatnya semakin menderita.

Elan sendiri mulai merasakan jantungnya berdetak jauh lebih cepat dari seharusnya. Kebohongan sialan Abigail membuatnya merasa tidak tenang. Semalam saja ia sudah bermimpi bagaimana kalau hari ini ketahuan dan ia harus menerima omelan juga? Elan meringis membayangkan di umurnya yang hampir kepala empat, tapi harus menerima ceramah panjang kali lebar mengenai kebohongan. Dan itu karena si Babi lagi!

Jari telunjuk Elan mengetuk-ngetuk setir mobilnya. Menunggu keberaniannya untuk bangkit dari kubur dan melewati satu hari lagi dengan kebohongan Abigail. Meskipun kali ini di kancang macan yang siap melahapnya hidup-hidup.

"Turun, yuk, El."

"Gue nggak masuk, deh. Bilangin gue diare." Elan tidak mematikan mesin mobilnya meskipun sudah berada di halaman rumah kedua orang tua Abigail. Kakinya membayangi pedal gas, seakan kalau orang tua Abigail muncul dari balik pintu rumah, ia sudah bersiap menginjaknya dan kabur dari sana. Bodo amat dibilang pengecut, Elan tidak merasa harus bertanggung jawab untuk kebohongan Abigail.

Abigail merangsek di antara Elan dan setir mobil. Membuat Elan terkejut tetapi punggungnya tidak bergerak mundur untuk memberikan ruang bagi Abigail yang mengintervensi personal space-nya. Jarak mereka yang terlalu dekat membuat hidungnya dapat mencium aroma manis yang menggoda dari tubuh cewek itu. Interaksi fisik mereka sangat minim. Seakan mereka berdua tahu kalau ingin menjaga status mereka tetap di batas sahabat, interaksi fisik harus sangat minim. Abigail tidak pernah memeluk lengannya seperti kemarin di pesta, paling jauh menarik lengan bajunya. Elan sendiri hanya mengelus kepala Abigail atau bermain dengan rambut ikal cewek itu. Atau ketika tangan mereka bersentuhan untuk main ayam-ayaman di dalam pesawat. Selain itu, mereka tidak pernah menyeberang ke sesuatu yang sensual. Pure platonic relationship.

Elan mengedipkan matanya tiga kali sebelum tangannya mendorong belakang kepala Abigail dan membuat dahi cewek itu mencium setir mobilnya cukup kencang. Elan tidak berhenti menekan kepala Abigail biarpun cewek itu mengaduh kesakitan. "Lo mau ngapain, sih?" Elan mengacak-acak rambut ikal Abigail yang diikat ke belakang menjadi satu.

"Kunci mobil lo gue sita sampai pulang nanti!" teriak Abigail sambil terus memukul-mukul lengan Elan agar kepalanya dilepaskan, tapi cowok itu sama sekali tidak bergeming. "El, sumpah jidat gue bisa biru kalau gini caranya."

Elan melepaskan kepala cewek itu ketika pintu rumah orang tua Abigail terbuka dan ia dapat melihat Frida berdiri dengan blouse bunga berwarna biru dan juga pantalon hitam. Seluruh syarafnya meneriakkan siaga satu lantaran ini pertama kalinya ia melihat ibu dari sahabatnya itu mengenakan pakaian selain daster kebanggaan ketika di rumah. Terutama karena kini mata Frida membelalak lebar lalu berlari ke arah mobilnya tanpa alas kaki. Seakan tengah terburu-buru untuk melakukan sesuatu.

"Nyokap lo, Bi," katanya cepat lalu mendorong tubuh Abigail ke sisi kursi penumpang tepat dengan Frida yang menggedor jendela pengemudi dengan wajah berang.

"Kalian lagi ngapain di dalam mobil kayak gitu! Di depan rumah orang tua pula!" teriak Frida setelah ia membuka pintu untuk turun dan menyapa. Tapi boro-boro turun, baru pintu dibuka saja teriakan itu sudah menusuk gendang telinganya. Lidah Elan sudah kelu karena tatapan tajam dari Frida, tapi Abigail tampaknya sudah kebal dengan ibunya itu.

"Kayak gimana, sih, Mi?" gerutu Abigail, melepaskan ikat rambutnya untuk memperbaiki ikalnya yang berantakan. Jidatnya sedikit sakit dan ia bersumpah akan membalas Elan untuk hal ini nanti.

Wajah Frida campuran marah dan malu melihat kelakuan anaknya di depan rumah dan di dalam mobil. "Ke-kepala kamu kenapa ada dekat dengan perut Elan?" tanya Frida resah. Tidak tahu kalimat apa yang tepat menggambarkan posisi yang membuatnya harus berlari cepat dalam dua puluh tahun terakhir.

Abigail melihat bingung ke arah ibunya, "Kepala aku ditekan sama Elan waktu-"

Frida mengangkat tangan sebelum Abigail menyelesaikan kalimat yang akan membuatnya jantungnya berhenti secara mendadak. "Kalian masuk ke dalam sekarang juga," titahnya tajam. Jari telunjuknya kini terangkat setiap Elan atau Abigail hendak mengeluarkan kalimat untuk membela diri. Ia mengambil langkah seribu, menjauh dari dua orang yang membuat kepalanya pusing sedari kemarin.

Elan mengedipkan matanya berkali-kali, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh ibunya Abigail serta membayangkan posisi mereka tadi jika dilihat dari luar sana. Kepala Abigail yang berada di antara dada dan perutnya, lalu tangannya yang berada di kepala cewek itu. Elan mengerang karena bayangan mengerikan posisi mereka berdua muncul di kepalanya.

"Kenapa lagi, sih? Lo mau marah-marah kenapa lagi?" Abigail yang masih linglung bertanya pada Elan yang kini terlihat semakin kusut.

Elan tidak memberikan jawaban, malah menatapnya dengan sewot.

"Apa lagi, sih, El? Nyokap juga kenapa marah-marah lagi? Nggak jelas banget kalian berdua."

Elan mengusap wajahnya kasar dengan tangan kiri. "Lo coba bayangin. Cewek dan cowok di dalam mobil. Your head near my junk."

"Ya, terus? Kepala gue kan tadi nggak di deket situ. Jidat gue cipokan sama setir," gerutu Abigail tidak paham. Lalu sedetik kemudian matanya melotot dan hendak keluar dari soket lantaran bayangan apa yang dilihat ibunya melintasi kepalanya dengan jelas. Wajahnya yang kesal tadi kini berubah horor karena membayangkan ibunya melihatnya melakukan hal yang tidak-tidak dengan Elan.

"Kenapa lo nggak bilang ke nyokap gue, sih." Abigail memukul lengan Elan kencang. Namun, ketakutan Elan mengalahkan rasa sakit yang muncul di lengannya.

"Tiap gue mau ngomong disuruh diam pakai jari!" pembelaan Elan sangat valid. Abigail tahu kalau Elan didik untuk menghormati orang tua dan selama ini Elan sudah menunjukkannya dengan tidak pernah menyela pembicaraan ibunya atau pun tante-tantenya ketika ikut ke acara keluarga Abigail.

Abigail buru-buru keluar dari mobil ketika ibunya kembali muncul dari pintu rumah dengan kedua tangan berada di pinggang. Elan menyusul di belakangnya tidak lama kemudian dan mereka memasuki rumah yang tiba-tiba saja berhawa dingin.
Ketakutan Elan melesak naik melewati plafon dan membuat setiap langkahnya terasa berat. Seakan tidak cukup kebohongan Abigail, kini ada salah paham yang harus dijelaskannya juga. Sumpah, cewek di sebelahnya ini memang biang keonaran di hidupnya.

25/12/21

BTW yang mau baca cerita Jessica sudah tamat ya di judul The honeymoon Is Over (marriage life, romcom gemes). Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy)

 Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Every Nook And Cranny [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang