ENAC - 26.Jealousy And Possessiveness

7.3K 1K 66
                                    


Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.

Thank you :)

🌟


"Kayaknya kita berhasil malam ini," Tasya berucap dengan girang sembari membereskan piring serta mangkok yang digunakan. Menaruhnya di sink begitu saja setelah tadi Abigail menawarkan diri untuk mencuci piring yang digunakan sebagai ucapan terima kasih, tetapi ditolak oleh pacarnya itu. Katanya akan dicuci, tapi tampaknya hal itu tidak akan terjadi karena kini Tasya sudah duduk di sofa. Elan tidak memiliki asisten untuk membantunya perihal membersihkan apartemen, semuanya dilakukan sendiri olehnya dan karena ia maniak kebersihan, Elan tidak sudak melihat tumpukan piring kotor di sink. Tangannya gatal untuk mencuci piring itu, tetapi ada hal lain yang harus dibahasnya sekarang.

Elan menyembunyikan dengusannya. Hanya orang mati rasa yang tidak dapat melihat dan merasakan bagaimaan Abigail tidak nyaman malam ini. Abigail menunjukkan seluruh emosi di ekspresi serta gerak tubuhnya. Mulai dari tubuh yang kelewat tegap, sudut bibir yang berkedut sebelum tersenyum hingga tatapan mata yang mengawang meskipun tertuju ke arah teve. Sahabatnya itu jelas tidak memperhatikan sekitar dan tidak ikut dalam banyak pembicaraan, berpura-pura fokus pada film yang sama sekali tidak masuk ke dalam kategori favoritnya.

"Kamu nggak jadi kasih kabar ke Abi sebelumnya soal Beno?" tanya Elan. Bokongnya mendarat di sofa sebelah Tasya.

"Enggak."

Elan menaikkan satu alisnya dan menoleh pada pacarnya, "Bukannya kamu kemarin bilang mau kasih tau ke dia?"

"I changed my mind. Kalau dikasih tau pasti ditolak," jawab Tasya singkat dan tidak ada penyesalan yang tersirat dari wajah dan juga nada bicaranya.

Elan melipat bibirnya ke dalam lalu membuat bunyi yang kencang ketika bibirnya kembali seperti semula. Sedikit terkejut dengan jawaban Tasya yang terkesan tidak peduli pada perasaan orang lain. "Kalau kamu tau dia pasti tolak, kenapa masih kamu ajakin?" Perasaan kesal menjalar ke seluruh tubuhnya dan tanpa disadarinya pertanyaan itu terlontar dengan nada sengit.

Kedua alis Tasya yang terukir sempurna itu kini hampir menyatu di tengah. "Kenapa kamu jadi sewot, sih? Kamu nggak suka aku coba comblangin Abi sama Beno?" suara Tasya terlalu melengking hingga membuat telinga Elan yang duduk di sebelahnya sakit.

"Sya, aku duduk di sebelah kamu. Nggak perlu teriak-teriak begitu," ujarnya pelan. "I'm down with everything if you told Abi in the first place. This looks like you ambush her. Nggak memberikan ruang untuk Abi tentuin dia maunya bagaimana. Dia sudah set boundaries sedari awal dia dengar ide kamu soal kenalin ke Beno. Dia bilang dia masih mau sendiri karena baru putus dari mantannya."

Amarah membuat wajah Tasya memerah, sedangkan Elan tidak tahu letak kesalahannya di mana. Elan hanya menjabarkan hal yang sudah jelas sedari awal dan kalau itu saja Tasya tidak bisa terima, seharusnya tidak dilakukan sedari awal.

"Kamu nggak suka kan aku kenalin Abigail ke cowok lain?" tuduh Tasya. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuh sembari memandangnya dengan kedua mata menyipit. Elan tidak pernah bermasalah dengan amarah, tetapi yang tidak disukainya adalah teriakan.

"Bisa nggak kita bicarain tanpa teriak-teriak?" Elan lelah dengan pertengkaran sejenis ini dan apartemennya yang berantakan semakin memperburuk suasana hatinya.

"Ya kan? Kamu nggak suka kan kalau aku kenalin Abi ke Beno?" tuntut Tasya seakan tidak memperhatikan rautnya yang sudah muak dengan bahasan sejenis. "Kamu beneran punya perasaan sama Abi 'kan?"

"Kamu nggak bosen nanyain hal yang sama terus belakangan ini? Abi itu sahabat aku, nggak lebih dari itu," jawabnya frustrasi. Elan sudah mencoba berbicara dengan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan beberapa bahasa lainnya tetapi tidak ada satu kata pun yang ditangkap oleh Tasya. Entah kemampuan berbahasanya yang turun drastis atau Tasya tidak mau mendengar apa pun yang diucapkannya.

Tasya mendengkus kencang, "Sahabat my ass."

Elan membasahi bibirnya yang kering. "Apa sih masalah kamu sebenarnya?" kesabarannya sudah habis tetapi sebisa mungkin ia menjaga nada suaranya tetap tenang. Tidak ingin menyahuti teriakan Tasya dengan teriakan juga yang hanya akan memperburuk keadaan. "Hanya karena kita punya hubungan, bukan berarti aku harus menyingkirkan sahabat dan teman-teman cewekku kan? Apa memangnya yang mereka lakukan? Abi sama sekali nggak pernah hubungin aku kalau bukan kamu yang ajak ketemuan, teman-teman kantor juga hubungin kalau nanya kerjaan. Kita sudah kepala tiga, Sya. Bukan remaja yang cemburuan tanpa alasan jelas. My world doesn't revolve around you."

Orang-orang sering kali salah mengartikan posesif sebagai bentuk cinta. Padahal keduanya adalah hal yang jauh berbeda. Siapa yang mengatakan posesif itu seksi? Mungkin mereka belum pernah berpacaran dengan salah satunya. Membatasi ruang lingkup seseorang itu bukan bentuk dari cinta tetapi bentuk kontrol. Artian cinta menurut Elan adalah kepercayaan, memberikan rasa hormat atas batasan-batasan yang ada dan juga kenyamanan. Sejak kapan posesif memiliki semua hal yang disebutkannya tadi? Dan Elan adalah manusia, bukan barang yang bisa seenaknya diklaim untuk dimiliki. Ia memiliki dunianya dan memiliki orang lain di luar hubungannya dengan Tasya. Ia tidak menghalangi Tasya untuk masuk ke dunianya, namun bukan berarti Tasya bisa seenaknya mengacak-acak.

Dari sekian banyak jenis manusia, yang paling dihindari Elan adalah tipe posesif. Dari pengalamannya, red flag yang diketahuinya sejak awal akan menjadi hal yang juga mengakhiri hubungan.

Tasya membuka mulut lalu menutupnya beberapa kali tanpa mengeluarkan satu kata pun. Matanya menatap Elan dengan tajam. "Kamu juga nggak akan bisa punya hubungan yang langgeng kalau Abi masih disekitarmu, El."

"Don't bring her into this conversation," ucap Elan dengan geram, "kamu tidak hanya membatasi dia, tetapi seluruh teman cewekku yang lain, Sya. Bahkan dengan Reta. She is my little sister!" ujarnya tidak percaya. Ia pernah membawa Tasya bertemu dengan Reta untuk makan malam bersama dua hari yang lalu. Makan malam yang direncanakannya untuk memperkenalkan pacarnya dengan keluarga sedikit demi sedikit. Sayangnya, Tasya melakukan hal serupa dengan yang dilakukannya kepada Abigail. That's definitely draw a line for him and a big red flag hangging.

Wajah cengok Reta di makan malam itu masih tergambar dengan jelas di kepalanya, berikut dengan pembicaraan bersama adiknya itu terhadap pacarnya kembali berputar. "Gue nggak tau apa yang lo lihat dari dia, Ko. I mean, iya dia cantik dan jealousy is a part of a relationship, tapi sama gue? Yang bener aja? Kalau sekarang aja dia begitu, bayangin aja gimana setelah kalian menikah," adiknya terdiam untuk sesaat. "Gue bahkan nggak berpikir apa yang dia lakuin itu jealousy. You know, there's a difference between jealousy and possessiveness," ujar Reta dengan tidak percaya yang disusul dengan gedikan ngeri di akhir kalimatnya.

"Just be nice, Ta. I'll talk to her," gumamnya pelan.

"Ya iyalah pasti. But I'm also wondering, lo tau kan ada cerita yang ceweknya jeles dengan emak pacarnya? Kira-kira pacar lo gitu juga nggak?"

18/1/22

Ribut ribut ribut wkwkw
Perlu dijambak nggak ni Tasyanya? 😂

BTW yang mau baca cerita Jessica sudah tamat ya di judul The honeymoon Is Over (marriage life, romcom gemes). Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy)

 Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Every Nook And Cranny [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang