13

1.2K 63 0
                                    

HAPPY READING!
^

Sharon lebih memilih untuk turun menggunakan tangga dibandingkan lift. Sharon pikir dia sudah lama tidak olahraga, jadi itung-itung olahraga kecil.

"Malam semua.. Maaf sedikit terlambat." Sapa Sharon menyumbangkan senyuman manisnya.

"Tidak apa-apa. Kemari dan duduklah" Pinta Adeena membalas senyuman sang anak.

Gadis berambut panjang itu segera menempati tempat duduknya. Sepertinya ini adalah pertama kalinya mereka makan malam bersama dengan anggota full.

Adeena dengan telaten mengisi piring kosong Sharon menjadi full. "Di habisin ya sayang" Ucap Adeena tersenyum memberikan piring berisi makanan.

"Makasih Ma!" Balas Sharon berterimakasih.

Suasananya menjadi hening, hanya ada suara tubrukan antara sendok dan piring.

"Aka, Rion" Panggil sang papa membuka suara.

Shaka dan Rion yang merasa terpanggil menoleh. "Ada apa, Pa?" Tanya lembut Rion yang masih telaten memotong steak yang ada di piringnya.

Steve menjauhkan piringnya yang sudah bersih dan mengelap mulutnya yang bernoda. "Bagaimana dengan sekolah baru kalian? Apa kalian menyukaimu?"

Kedua pria yang di tanya itu mengangguk. "Aka suka kok, banyak cecan" Ceplos Shaka santai. Sedangkan saudara yang lainnya mengembuskan nafasnya pelan. 'Ada-ada saja.' pikir mereka.

Adeena tersenyum simpul. "Aka kamu ini yaa, cewek mulu pikirannya" Cetus Adeena membuat Shaka cengengesan.

"Aka dan Rion, Papa mau kalian menjaga adik kalian dengan baik di sekolah. Dan cari tuntas identitas anak yang telah membully Esha." Tegasnya Steve. Sharon hendak protes, namun sebelum mengeluarkan kata-kata, Papanya memotong terlebih dahulu. "Tidak ada yang protes!" Tegasnya.

Sharon menghela nafas dia menatap tajam Steve. "Esha sudah bilang kalau Esha yang akan membereskan hal ini sendiri Papa" Protesnya dengan nada tak berteman.

"Papa bilang tidak ada yang protes Esha."

***

Sharon mengendarai mobilnya santai, namun dirinya di kawal oleh para abang dan sepupunya hingga Laskar dan anggota inti Aztheros juga ikut mengawal. Bahkan Marvin abang pertamanya ikut mengawal, padahal dia ada jadwal kuliah pagi. Jangan lupakan Reiden, abang Nevan juga ikut andil mengawal hingga rela menunda meeting penting bersama klien.

Mobil Sharon memasuki halaman sekolah. Dia melihat kearah spion, kedua alisnya terangkat. "Sialan, mengapa harus mengantar sampai dalam!" Kesalnya memukul stir mobil.

Siswa/i SMA PRADITYA geger dengan kedatangan Sharon yang di kawal hampir 50 orang. Baru 50 padahal! Mereka berdecak kagum. Ah tidak hanya Sharon, ada Casel dan Orlen juga di belakang yang di bonceng oleh Kemal dan Gilang.

"Keren banget mereka!"

"Wihh, banyak amat cogan!"

"Anjir, itu si cewek perpus?!!"

"Kece abisss woiii!"

"Aduh masa depan aing udah di depan mata ternyata"

"Spek dewa dan dewi cuii!"

"Mereka ada hubungan apa ya"

Sharon keluar dari mobil, dia berjalan menuju ke pintu utama gedung acuh. Namun dia di tahan oleh Marvin. "Jangan sok lemah bego! Gue gasuka liat adek gue sakit!"

ARSENAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang