10

1.5K 104 6
                                    

Selamat membaca 😊

.

.

.

Shani berjalan beriringan dengan Jinan. Mereka baru saja selesai dengan kegiatan OSIS. Tak ada pembicaraan diantara mereka.

Selama perjalanan mereka banyak para siswa yang membicarakan mereka. Lebih tepatnya membicarakan Shani. Sedangkan Shani tak menghiraukan ucapan mereka.

Jinan memperhatikan gadis disampingnya itu. Heran dengan sikap acuhnya terhadap omongan dari para murid disini.

"Kenapa gak balik kayak dulu lagi Shan?"Shani yang mendengar itu menjadi bingung maksut dari pertanyaan Jinan.

"Kenapa Lo gak balik ke penampilan Lo yang dulu"Shani yang mengerti arah dari pertanyaan Jinan hanya diam tak menanggapi.

Jinan menghela nafas dengan sikap acuh Shani. Namun dirinya mengerti kenapa Shani memilih menjadi siswi culun.

.

.

Cindy, Anin dan Jinan menatap heran ke arah Gracia yang menjadi manja terhadap Shani. Sedangkan Gracia yang sebenarnya tau jika dirinya sedang ditatap hanya acuh saja.

"Ci suapin aku dong"Gracia meminta dengan manja pada Shani. Sedangkan Shani hanya mengangguk dan menyuapi gracia.

"Kalian pacaran?"tanya Jinan yang tatapan tajam dari Anin.

"Iya, kalian pacaran ya? Romantis banget deh"Cindy ikut menimpali ucapan Jinan.

Shani yang mendengar itu hanya tersenyum dan menatap Anin sekilas. Sedangkan Gracia langsung merangkul bahu Shani.

"Kalo iya kenapa? Kalo enggak juga kenapa?"Gracia balik bertanya pada teman-temannya.

"Ya gak kenapa-kenapa sih. Aku dukung hubungan kalian"jawaban dari Cindy membuat Gracia cengengesan dan semakin manja pada Shani.

Sedangkan salah satu dari mereka harus menahan emosinya karena melihat tingkah Gracia yang sangat manja pada Shani.

Shani hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah Gracia yang menurutnya itu sangat aneh. Tidak biasanya gadis itu bermanja-manja padanya apalagi di tempat umum seperti ini.

.

.

Shani saat ini sedang di restoran dekat apartemen nya. Menunggu Gracia yang memintanya untuk menemaninya makan malam di restoran itu. Namun sudah 10 menit Shani menunggu Gracia belum juga muncul.

"Dira"panggil seseorang pada Shani membuat Shani mematung mendengar suara itu apalagi panggilan itu.

Shani menoleh dan menatap tak percaya pada apa yang sekarang dilihatnya. Berdiri dari duduknya dan berjalan mundur.

"Dira, sayang"orang itu mendekat kearah Shani.

Shani mengambil tasnya dan segera pergi dari sana. Orang itu mengejar Shani sampai di tempat parkir restoran itu. Memegang tangan Shani dan menghentikannya.

"Dira tunggu sayang."orang itu menahan Shani yang akan pergi lagi.

"Lepas. Aku mau pergi. Tolong lepaskan"Shani menahan air matanya agar tak terjatuh.

"Gak sayang. Jangan tinggalin papa Dira."orang memohon pada shani.

Orang itu adalah papa Shani. Papa kandung Shani.

Shani menatap papa nya itu dengan marah. Melepaskan tangannya dari genggaman tangan papa nya.

"Siapa yang ninggalin pah. Papah lah yang pergi ninggalin aku. Ninggalin Dira sendirian disini.!"Shani marah pada papa nya.

"Papah pergi ninggalin Dira sendiri disini padahal Dira sangat membutuhkan papah saat itu."akhirnya Shani menumpahkan air mata nya. Menangis karena teringat dengan masa lalu.

"Maafin papah Dira. Maafin papah"papah shani mendekat ingin memeluk putrinya itu namun sebuah tangan menahannya.

"Sebaiknya om pergi dari sini."Gracia menahan om nya itu.

Sebenarnya Gracia datang ke restoran itu sesaat setelah papah dari Shani memanggil Shani tadi. Namun dia tidak kesana hanya melihat saja. Ingin tau apa yang akan di lakukan oleh om nya terhadap Shani.

"Gre, om hanya ingin memeluk Dira anak om."papah shani menjelaskan pada Gracia.

"Apa om tidak dengar jika anak om ini tidak mau di sentuh oleh papah nya"Gracia memeluk Shani yang masih menangis.

"Sebaiknya om pergi dari sini. Kedatangan om hanya akan menyakiti ci Shani"setelah mengatakan itu Gracia segera membawa Shani pergi.

.

.

Selama perjalanan Shani hanya menatap luar jendela mobil. Gracia yang melihat itu menghela nafas. Setelah sampai di parkiran gedung apartemen Shani. Mereka masih diam dan Shani belum berniat keluar dari mobilnya Gracia. Seakan menunggu penjelasan dari gadis itu.

"Ci. Maafin aku karena gak bilang soal ini pada Cici."Gracia berbicara dengan suara lirih.

"Aku udah berusaha agar om vino tidak mengetahui soal Cici. Tapi ternyata aku kecolongan"lanjut Gracia menjelaskan pada Shani.

Shani masih diam tak menanggapi penjelasan dari Gracia. Membuat Gracia semakin bersalah.

"Ci. Aku minta maaf ci"Gracia menyentuh tangan Shani.

Shani menghela nafas dan menatap Gracia. Mengacak-acak rambut gadis itu.

"Jadi itu alasan kamu yang sangat manja pada Cici akhir-akhir ini?"tanya gracia dan diangguki oleh gadis itu.

Shani tersenyum dan mencubit kedua pipi Gracia gemas. Membuat Gracia mengaduh dan memegang kedua pipinya.

"Makasih ya karena udah berusaha lindungi Cici"Shani menatap lembut Gracia.

.

.

Shani sedang mengerjakan tugas sekolahnya di kamar. Dengan lampu utama kamar yang sengaja dimatikan dan hanya menyisakan lampu belajar nya saja.

Tanpa disadari oleh Shani seseorang sedang mengendap-endap berjalan mendekati nya dan siap untuk mengagetkannya dari belakang.

Saat tangan orang itu menyentuh bahu Shani secara tiba-tiba membuat Shani berteriak kaget.

"Aaaaaaaa"teriak Shani berdiri dan memukul-mukul orang itu dengan buku yang di pegang nya.

"Duh aduh Shan sakit duh."Shani yang mendengar suara yang dikenalnya langsung berhenti dan menghidupkan lampu kamar.

Dilihatnya Anin yang sedang mengusap-usap kepala dan bahunya yang dia yakini terkena pukulan bukunya tadi.

"Rasain. Siapa suruh ngagetin aku"acuh Shani pada Anin.

"Duh sakit nih Cani"Anin masih mengaduh kesakitan.

Shani yang melihat itu jadi merasa bersalah dan menyesal. Shani mendekat dan ikut mengusap-usap bagian yang dipukul olehnya tadi.

"Maaf Abin. Maaf ya "Anin langsung memeluk Shani membuat Shani jadi bingung sendiri.

"Harusnya aku yang minta maaf Cani. Karena aku udah ganggu kamu belajar tadi."Shani yang mendengar itu tersenyum dan balas memeluk Anin.

.

.

Seorang laki-laki sedang melihat ke atas. Ke arah salah satu jendela kaca gedung apartemen. Menatap pantulan bayangan yang membuatnya tersenyum.

"Kakak akan menjagamu. Tak akan kakak biarkan kebahagiaan mu pergi dari mu."

Setelah puas menatap laki-laki itupun pergi dengan senyuman dan juga janji yang diucapkan nya.



.

.

.

TBC.

Semoga suka dengan cerita yang semakin lama semakin gak jelas ini 😂

Terimakasih sudah mau mampir 😊

our secrets 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang