29 (bonus part)

1.4K 110 15
                                    

Happy reading ⬇️












Anin menggenggam tangan istrinya yang tak sadarkan diri di rumah sakit. Hatinya sangat sakit dan terluka melihat pujaan hatinya lemah seperti ini. Sudah seminggu sejak Shani melahirkan anak kedua mereka dan mengalami pendarahan hebat dan tak sadarkan diri hingga sekarang belum juga sadar.

"Istirahat lah Anin. Biar mamah yang menjaga Shani"

Anin menggelengkan kepalanya menolak perintah dari mamah nya.

"Gak mah. Anin mau jaga Shani sampai Shani siuman. Anin ingin Anin lah orang pertama yang harus dilihat Shani saat Shani sadar nanti."

Yona menepuk pundak putrinya dan mengusap pundaknya.

"Kasihan Zivaa Anin. Dia juga butuh mommy nya."

Anin terdiam. Sungguh dirinya sampai melupakan putri kecilnya yang juga pasti sedih akan keadaan bunda nya. Anin menangis dalam diam. Air matanya mengalir di pipinya.

"Temui zivaa, ajak dia istirahat. Kalian harus istirahat."titah Yona.

Anin mengangguk pelan dan berdiri dari duduknya. Mengecup kening Shani dan berbisik.

"Cepat sadar sayang. Aku, zivaa dan juga baby kita sangat membutuhkan kamu."

"Love you"

Anin berjalan keluar dari ruang rawat Shani dan mendapati zivaa yang sedang di gendong oleh opa nya.

"Biar Anin yang urus zivaa pah."

Papah Shani menoleh dan tersenyum. Anin segera mengambil alih tubuh putrinya dan menggendongnya. Mengusap-usap punggung gadis kecilnya.

"Maafin mommy ya sayang. Mommy sampai gak perduli sama kamu."sesal Anin.

"Istirahat lah dikamar sebelah. Papah akan membangunkan mu jika Shani sadar"

Anin mengangguk dan pergi ke kamar sebelah ruangan Shani di rawat. merebahkan tubuh zivaa diatas ranjang dan disusul oleh dirinya dan ikut tidur disamping putrinya dan memeluk nya. Tak butuh waktu lama kini Anin sudah berada di alam mimpi bersama dengan zivaa.

Flashback on

Shani sedang menunggu zivaa disekolah nya mengobrol dengan para ibu-ibu yang lain yang juga sedang menunggui anak-anak mereka.

"Sudah waktunya ya mbak?"

Tanya seorang ibu sambil mengelus perut besar Shani. Shani pun tersenyum dan mengangguk.

"Iya Bu. Tinggal nunggu hari aja"Shani menjawab dengan sopan.

"Duh jadi gak sabar yah ibu-ibu. Laki-laki atau perempuan mbak Shani?"tanya dari ibu lain.

"Ah saya juga belum tau. Karena memang kami tidak menanyakan tentang perihal jenis kelamin Bu"jawab Shani.

"Oalah. Iya biar jadi kejutan ya"Shani mengangguk menjawab ucapan dari ibu itu.

Setelah cukup lama mereka menunggui anak-anak mereka, kini bel sekolah berbunyi menandakan jam pulang sekolah. Anak-anak pun mulai berjalan keluar dari kelas.

"Kakak zi."panggil Shani saat melihat anaknya.

Zivaa mencari suara bundanya dan tersenyum senang saat melihat sang bunda berjalan kearahnya.

"Buna"

Zivaa berlari kearah Shani dan memeluk bunda nya dan mengecup perut besar sang bunda. Shani hanya tersenyum dan mengelus rambut putrinya itu.

"Yuk pulang. Kita tunggu pak supir di depan"Shani menggandeng tangan zivaa dan berjalan kearah pintu gerbang sekolah.

Selama menunggu sang supir Shani menelfon Anin yang sedang berada di kantor untuk mengistirahatkan agar tak lupa dengan makan siang. Shani sedikit teledor dan melepas genggaman tangannya dari zivaa yang membuat gadis kecil itu jalan kemana-mana. Saat Shani selesai telfonan, Shani terkejut karena tak mendapati zivaa di sampingnya. Dan dilihatnya zivaa berada di tengah jalan raya hendak mengambil sesuatu. Dari arah belakang zivaa sebuah mobil mini truk melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi. Shani terkejut dan berlari kearah putrinya dan menariknya kepinggir dan memeluknya, karena oleng Shani dan zivaa terjatuh cukup keras ke aspal dengan posisi Shani memangku zivaa.

our secrets 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang