BAB 13 - GADIS KECIL

322 54 0
                                    

Pukul 4 sore seluruh siswa Cendekia satu persatu sudah mulai meninggalkan sekolah untuk segera pulang ke rumahnya masing-masing. Berbeda dengan Keenan yang masih belajar di perpustakaan dan juga harus mengkoordinasi anggota Band lainnya untuk tampil di acara Party Night Cendekia lima hari yang akan datang.

Sebuah notif pesan muncuk dari ponsel Keenan.

Ia melirik ke arah ponselnya melihat notifikasi pesan tersebut.

From : +0831456789XXX

Gue tunggu lo berbaring di ranjang rumah sakit.

Ah sial, pesan itu lagi! Kenapa ia selalu meneror Keenan. Hampir 3 kali Keenan mendapati pesan dari seseorang dengan nomor tak di kenal tersebut. Padahal Keenan sudah memblokirnya kemarin, tapi nomor baru muncul lagi.

Keenan membereskan buku-buku nya ke dalam tas, ia juga dengan cepat menaruh buku-buku yang sudah ia pinjam tadi ke rak buku perpustakaan. Keenan menggendong tas hitam miliknya, lalu ia segera keluar dari perpustakaan tersebut.

Ia melirik jam tangannya, ternyata sudah pukul 5 sore. Pantas saja sekolah mulai terasa sepi.

Keenan menyusuri koridor sekolah yang sudah benar-benar sepi tak ada orang satu pun sepertinya di Cendekia ini.

Ia berjalan ke arah parkiran, saat ia membukakan pintu mobilnya terdengar suara tangisan anak kecil dari seberang sana.

Keenan menutup pintu mobilnya kembali, lalu ia bergegas mencari sumber suara tangisan itu. Ia keluar dari gerbang sekolah melihat ke arah kanan kiri jalanan, ternyata ada seorang anak kecil yang tengah menangis.

Keenan pun berlarian kecil menghampirinya. Ia berjongkok, "Adek kenapa nangis?"

"Ibuku sakit keras, ayahku barusan pergi ninggalin ibu."

"Ayahnya pergi kemana?"

Ia menunjuk ke arah mobil Metro Mini, "Ayah naik mobil itu kak, baru aja dia pergi sambil bawa barang-barangnya"

"Kamu rumahnya dimana? Kaka anterin mau?"

"Di Jalan Rawamanggi nomor 12 Kak"

"Kaka anterin ya, kamu tunggu sebentar disini. Kaka mau ambil mobil dulu"

Gadis kecil itu mengangguk menuruti perintah Keenan.

Anak perempuan kecil berusia sekitar 6 tahun, dengan kuncir dua di kepalanya dan juga boneka beruang yang ia genggam.

Keenan membukakan pintu mobil tersebut, ia pun membopong tubuh anak kecil itu untuk naik ke mobilnya. Setelah memasangkan Seat belt, Keenan melajukan mobilnya dengan kecepatan Pelan.

Sampai Keenan di rumah gadis kecil itu. Rumah yang hanya sepetak, membuat Keenan merasa Iba. Wanita paruh baya yang sedang duduk di kursi roda, tak bisa bergerak juga bicara karena penyakit yang di deritanya, stroke. Gadis kecil itu memeluk bonekanya menangis melihat ibunya yang sudah tergeletak di lantai jatuh dari kursi roda. Buru-buru Keenan membopong tubuh wanita itu.

Keenan teringat seseorang di masa lampau, seperti inilah Satzy. Ibunya sakit keras, ayahnya meninggalkan Satzy dan ibunya. Anak kecil itu mengingatkan Keenan pada Satzy, Keenan memeluk anak kecil itu, mendekapnya ke dalam pelukannya. Menenangkan perasaan gadis kecil pemilik mata warna cokelat tersebut.

"Kamu yang kuat ya" Kata Keenan sembari mengelus pucuk kepalanya

"Nama kamu siapa?" Tanya Keenan lagi.

"Laila Kak!"

"Laila sudah sekolah?

"Sudah kelas 1 SD, tapi sekarang gak sekolah lagi karena bantu Ibu"

KEENAN & MONOKROMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang