Hai, Maaf banget baru up lagi.
makasih banyak ya semuanya yang udah setia nungguin cerita ini,
semoga kalian sehat2 terus ya🥺❤️💐"Nan, kamu yakin mau rawat jalan aja?" Abraham berkali-kali mencoba meyakinkan anak bungsunya untuk mengambil rawat jalan.
Keenan bangkit dari ranjang rumah sakit, lalu ia duduk di sebelah Abraham. "Pah, Keenan gak mau kemoterapi atau menetap di rumah sakit, gak mau, Pah. Keenan harus belajar untuk persiapan Olimpiade dua bulan lagi." tukasnya.
Ibra yang baru saja datang bersama ibunya untuk menjenguk Keenan, ia dikagetkan dengan tanggapan suadaranya itu, bahwa dirinya tak ingin menjalani Kemoterapi. "Lo yakin?"
Keenan mengangguk.
"Nan, Keenan pikirkan baik-baik, ya? Bunda gak mau Keenan makin memburuk keadaannya. Setidaknya kalau sudah kemo, Keenan ada kemungkinan untuk sembuh." ucap Hanna sambil memegang kedua pipi Keenan.
Keenan memegangi tangan ibundanya, "Baru kemungkinan kan, Bund? Kemungkinan itu satu hal yang gak pasti."
"Kenapa kamu ngomong gitu?" tanya Hanna, "Bukannya Keenan yang bunda kenal itu adalah anak yang penuh keyakinan dan percaya diri?"
"Bunda ... Keenan ingin mewujudkan cita-cita Keenan meskipun Keenan gak tau bakal sampai pada waktunya atau engga. Tapi setidaknya, Keenan bertahan pada prinsip yang Keenan anut, tidak menuruti perintah orang lain."
Abraham dan Hanna mengerti kenapa anak bungsunya itu sangat bersikeras. Ya, Keenan keras kepala kalau soal cita-citanya. Prinsip, mimpi, dan cita-cita adalah milik Keenan sendiri, orang tua tidak punya hak dalam mengatur mimpi anaknya. Biarkan Keenan mewujudkan cita-citanya.
"Menghidupkan mimpi lebih baik daripada hidup dalam mimpi," jelas Keenan hingga membuat seisi ruangan sangat hening.
"Justru di sisa waktu hidup Keenan, Keenan gak mau hanya terbaring di rumah sakit sebagai orang lemah. Orang yang sakit pun pasti punya cita-cita dan impiannya. Ada yang memilih untuk terus mengejar mimpinya, atau hanya berserah dalam keadaan. Dan Keenan, memilih di prinsip pertama, Keenan harus mengejar mimpi Keenan."
"Keenan Bunda paham Keenan ingin mewujudkan mimpi Keenan. Bunda gak pernah melarang, mengekang pun sama sekali gak pernah, itu hak Keenan. Tapi, Nan ... Kamu harus sehat, dan sehat adalah hal utama untuk kamu bisa mencapai tujuan kamu, sampai sini Keenan paham kenapa bunda menyuruh Keenan untuk kemo?"
Keenan menghembus nafas gusar. "Hmmm, nanti Keenan pikirin lagi, Bunda. Besok Keenan pengen masuk sekolah." ucapnya bangkit dari tempat duduknya.
"Yaampun, Nan. Kenapa gak istirahat aja?"
"Keenan udah seminggu gak masuk sekolah, Bunda."
Abraham menggeleng kepala. "Orang lain kalau lagi sakit boro-boro mikirin tugas sekolah, mereka pengennya tiduran, istirahat. Lah, ini anak kita aneh banget. Yang dipikirin Keenan cuma belajar, Olimpiade, itu aja Bund." Sindir Abraham pada Hanna.
Suasana ruangan yang tadinya mencekam tiba-tiba mendadak hangat. "Hehehe, Keenan bosen, Pah. Pengen ngerjain soal fisika nih." tukasnya.
"Dasar kamu ya!" balas Abraham. "Otak mu gak panas kah, Nan?"
"Justru karena Keenan gak belajar otaknya jadi dingin, harus di angetin nih biar lancar." Ia terkekeh kecil menanggapi Abraham.
"Keenan mau jalan-jalan dulu ya ke taman sebentar, Pah, Bund, Tante."
Sambil membawa cairan infusan, Keenan pun berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Hatinya mulai merasakan empati besar sewaktu ia melihat orang-orang tengah terbaring dengan infusan di tangannya, tabung gas oksigen yang selalu di bawa kemana-mana, bahkan kursi roda yang setia menopang tubuhnya agar ia tetap bisa berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEENAN & MONOKROM
FanfictionCatatan tentang perjalanan Keenan bersama dengan ke-empat sahabatnya. The five star, forever life! Keenan, Satzy, Liam, Feby, Revaldo. colaboration podcast suaraibra & syzygyhan as a writer. cp Oktober 2021 RANK ☑ #1ceritabagus in 14 oct 2021 #1ceri...