BAB 8 - MENANG ATAU KALAH?

527 109 24
                                    

Pengerjaan Olimpiade baru saja 30 menit berlangsung, tetapi Keenan sudah menyelesaikan soal Fisika-nya dengan cepat. Dari 100 soal ia sudah menyelesaikan 50 soal dalam waktu sesingkat itu. Keenan memang sangat luar biasa!

Bahkan ketika orang lain masih bingung dengan jawabannya, antara benar atau salah. Tapi Keenan yakin ia pasti sudah benar.

Seisi ruangan olimpiade Fisika dibuat takjub oleh kepintaran Keenan. Mereka bukannya malah fokus untuk menjawab soal, malah memperhatikan Keenan yang sangat khusyu dan sangat cepat memainkan logika berpikirnya.

Sepertinya Keenan tak mengalami kesulitan sedikit pun.

Satzy tak henti-henti berdo'a supaya Keenan diberi kelancaran dalam menjawab soal-soal. Ia juga berdo'a supaya tidak terjadi apa-apa pada dirinya.

Kebalikan dari Keenan, Satzy malah tidak tenang sedari tadi. Dagunya terus bergumam, pikirannya pun hanya diisi seputar kekhawatirannya terhadap sahabatnya itu. Ia takut sesuatu yang tak ingin di harapkan terjadi padanya.

"Please, Nan. Kalau lo ngerasa stuck sama soal gue mohon jangan paksa otak lo untuk berpikir"

"Tuhan, gue mohon berikanlah kekuatan dan kelancaran pada Keenan"

"Nan, gue khawatir sama lo!"

Kira-kira begitulah do'a yang Satzy lontarkan sedari tadi. Ia sangat mengkhawatirkan Keenan. Bahkan diantara yang lain yang sedang menunggu Keenan pun, Satzy lah yang tampak gelisah.

Mungkin kalau bukan karena penyakitnya, Satzy akan tenang saja terhadap Keenan. Tapi kali ini, Keenan bertarung dengan keadaan sakit. Ya, ini pertama kalinya Keenan mengikuti olimpiade dengan keadaan otak yang sebenarnya tak kuat untuk dipaksa secara terus menerus untuk berpikir.

***

Tak terasa waktu bergulir dengan sangat cepat. Keenan menatap jam dinding di dalam ruangan tersebut ia mengira-ngira bahwa soal yang belum dikerjakannya ini akan tepat dengan waktu selesainya, tidak lebih dan tidak kurang itu lebih baik. Sebisa mungkin Keenan harus berpikir dengan cepat, dan pengerjaanya pun tepat. Seperti biasanya memang Keenan selalu begitu. Tapi apakah kali ini Keenan akan seperti itu? kita tidak tahu.

Alvian tersenyum miring dari pojok kanan bangku Keenan, menatap seorang laki-laki yang sedang fokus mengerjakan soal. Ia seperti tahu bahwa Keenan mungkin tak akan mampu menyelesaikan soalnya sampai akhirnya karena penyakit yang di deritanya sekarang.

Ting

Ting

Ting

Bel pun telah berbunyi menandakan bahwa Olimpiade akan berakhir dalam waktu dekat. Tak terasa ternyata olimpiade ini akan berakhir dalam kurun waktu 30 menit lagi. Peserta harus sudah selesai, lalu mengangkat tangannya dan tidak ada lagi yang mengerjakan tes tersebut.

Keenan sejauh ini ia merasa bisa mengerjakan soal tanpa kendala, semoga saja bisa sampai seterusnya.

30 menit terakhir ini ia gunakan untuk menyelesaikan Essay Fisikanya.

Tentu saja Keenan harus betul-betul mengerjakannya karena essay ini lah yang mendapat poin paling banyak di antara tes yang lainnya.

Keenan sudah selesai mengerjakan essay sebanyak 19 soal dalam kurun waktu 25 menit.

Tinggal 1 soal lagi yang belum Keenan selesaikan. Ia seperti merasa dibuat pusing oleh pertanyaan pada tes olimpiade tersebut. Tak seperti biasanya di menit terakhir Keenan akan seperti ini, apakah ini pengaruh dari penyakit kanker otaknya?

Keenan sedikit-sedikit mencoba memahami dan berulang kali membaca soal tersebut, tapi ia tak kunjung mendapatkan solusinya.

Keenan memegang kepalanya keras seraya bericara, "Nan ayooo lo pasti bisa!!! satu soal lagi Nan!!!"

Satzy yang menatal Keenan dari balik jendela tiba-tiba air matanya jatuh membasahi pipi manisnya. Ia tahu bahwa Keenan akan seperti ini, ia sudah menduga. Tapi bukan kemenangan yang sebenarnya Satzy harapkan, ia hanya ingin Keenan baik-baik saja.

Satzy menahan isak tangisnya supaya yang lain tidak khawatir terhadapnya. Tetapi tetap saja ia tak bisa membendungnya karena rasa khawatir terhadap sahabatnya itu.

Alvian yang merupakan musuh bebuyutan Keenan pun ia tersenyum menang karena sudah menyelesaikan soal dengan cepat melebihi Keenan. Ia sangat percaya diri bahwa dirinya akan menang melawan Keenan. Keenan yang sekarang bukan Keenan yang sering mendapat juara olimpiade, tetapi Keenan sekarang seorang lelaki yang lemah pikirnya.

Keenan pun masih terpaku dalam satu soal terakhirnya. Ia berulang kali membaca lagi, berpikir tentang solusi pengerjaan soalnya, ia mengingat semua materi yang telah ia pelajari.

Sedangkan Keenan hanya mempunyai waktu 1 menit lagi untuk menyelesaikan soal itu.

Keenan menarik nafas dalam-dalam, ia mencoba tenang dan tidak panik, ia juga memijat kepalanya sedikit yang mulai terasa sakit. Ia pun berdo'a semoga ia bisa menyelesaikan soalnya. Karena ia juga tak mau mengecewakan orang-orang di sekitarnya, sahabatnya, keluarganya, apalagi ini membawa nama baik sekolah.

Akhirnya setelah Keenan berusaha tenang dan tidak panik, otaknya mulai berproses dan mencerna apa yang dibaca Keenan. Soal ini gampang tapi menjebak. Itulah pikiran Keenan sekarang. Keenan tak perlu menjawab soal ini dengan keras, karena ini jawabannya pun sangat singkat apabila Keenan tetap fokus dan tenang.

Keenan pun mulai menulis apa yang ada di otaknya, ia menulis apapun jawabannya yang di rasa tepat.

Akhirnya Keenan pun mampu menyelesaikan soal ini di detik terakhirnya.

Tinggg........

Bunyi bel sudah terdengar sangat nyaring menandakan tes Olimpiade Fisika ini telah berakhir.

Alvian pun menatap marah pada Keenan, mengapa bisa ia menyelesaikan soal dalam keadaan sakit? tentu itu bukan kendali Keenan mungkin karena ada bantuan dari Tuhan dan teman-temannya yang selalu support.

Satzy pun mengusap air matanya, ia bersyukur dan sangat senang atas apa yang Keenan lakukan. Ia telah berjuang sekeras ini Keenan pantas mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan.

Tapi apakah di pertandingan kali ini Keenan akan menang? atau malah sebaliknya?

SEE U IN NEXT CHAPTER GUYSSS❤❤

KEENAN & MONOKROMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang