Zee, Christy and Aran

7K 412 3
                                    

"Zee!"

Zee terlihat terkejut mendengar teriakan itu. Ia menatap malas seseorang yang kini sudah duduk di sampingnya.

"Ngapain?" ketus Zee.

"Terserah gue dong, orang ini rumah om gue." jawab orang itu sambil memeletkan lidahnya, membuat Zee semakin sebal.

"Bolos kuliah lagi pasti." celetuk Zee.

"Iya lah, keren kan gue?"

"Iya deh keren. Dah ah minggir. Aku lagi nonton!" Zee sedikit menggeser tubuh Aran agar sedikit menjauh dari tubuhnya.

"Dasar bocil, masa nontonnya upin-ipin." cibir Aran.

"Daripada kamu, nontonnya bokep."

Aran melotot. "Heh mulutnya!"

Aranzy Djuhandar namanya, anak dari kakak Gracio, itu artinya Aran adalah sepupu Zee dan Christy dan keponakan dari Gracio dan Shani. Aran cenderung lebih dekat dengan Zee di banding dengan Christy. Aran memang hobi sekali mengganggu Zee, apalagi dengan kepolosan yang di miliki anak itu. Untuk Aran sendiri, Aran memiliki sifat yang tengil, suka buat ulah, dan hobi bolos kuliah. Katanya, sifat Aran adalah turunan dari ayah nya, yaitu Dyo. Mereka memiliki sifat yang sama persis.

"Orang bener kok." jawab Zee dengan santai.

Aran mendekatkan tubuhnya kearah Zee, bisa bahaya ini. Jika mama nya tau, sudah dipastikan ia akan habis.

"Kamu tau darimana?" bisik Aran.

"Aku pernah liat ada film orang dewasa di hp aa, terus kata bang Deo itu namanya bokep."

"Anjing lo Deo." gumam Aran.

Aran tersenyum semanis mungkin. "Emm, Zee sayangnya aa. J-jangan bilang sama umi ya?"

"Wani piro?"

Kesempatan tidak boleh di sia-siakan. Zee ingin menguras habis kantong Aran.

Aran meringis, dompetnya yang tipis sebentar lagi akan semakin menipis. "Kamu mau apa?"

Mendengar pertanyaan itu, mata Zee pun berbinar. "Lagi pengen ke mall. Yuk!"

Zee menarik tangan kekar Aran untuk bangkit dari duduknya.

Menyesal Aran mampir ke rumah Gracio. Niat hati ingin numpang makan, namun nasibnya malah tragis seperti ini. Harus nya ia mengajak Fiony jalan saja tadi, atau kalo ngga Chika, atau Indah gitu, atau Mira juga boleh. Kalo sudah seperti ini, Aran hanya bisa pasrah.

Dengan lesu, Aran mengikuti langkah Zee mengelilingi mall. Aran ingin menangis melihat harga dari barang yang Zee ambil. Memang sialan anak itu, pasti sengaja ingin menguras habis kantong nya.

"Apalagi ya?" Zee menaruh telunjuknya di dagu, seolah tengah berpikir.

"Pulang yuk Zee, udah mau hujan."

Zee menoleh. "Kan pake mobil a."

Hembusan nafas kasar keluar dari mulut Aran.

Mereka kembali melangkah, Aran dengan sabar mengikuti Zee kemanapun anak itu melangkah. Di genggaman nya sudah ada berbagai macam belanjaan Zee, mulai dari baju, sepatu, dan yang paling banyak adalah mainan.

Sekarang mereka mulai memasuki toko jam. Zee mengitari toko itu untuk mencari jam yang cocok untuknya. Setelah dapat, ia menyuruh Aran untuk membayarnya, songong sekali bukan bocil satu ini?

"Udah a, aku capek."

"Cuma ngabisin duit gue kamu bilang capek?" Aran menatap Zee tak percaya, dompetnya kini sudah kosong melompong.

RUMAH (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang