positif.

4.1K 353 3
                                    

Bel pulang berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas, tak terkecuali dengan Christy. Gadis itu berjalan beriringan dengan Freya, sepupu nya.

"Aa udah jemput, aku duluan ya Christy." Freya berlalu sambil melambaikan tangannya.

"Aa, hati-hati bawa motornya!" Christy setengah berteriak, karena jarak mereka lumayan jauh.

"Iya dek, aa duluan ya. Kamu hati-hati pulang nya." Setelah berucap seperti itu, Aran segera menancap gas nya.

Setelah melihat motor Aran menghilang dari pandangan nya. Christy celingak-celinguk mencari keberadaan Zee. Christy mendapati Zee di parkiran, bertengger di atas motor nya.

"Zee, hati-hati loh pulang nya. Atau, kamu di kawal deh ya dari belakang sama pak Ali." Christy memperlihatkan raut cemas nya.

"Aku ga papa. Aku udah 17 taun, jadi aku pasti selamat." ucap nya begitu yakin. Terharu sih melihat kekhawatiran mamah dan juga adik nya. Tapi Zee tetap stay cool.

"Umur bukan patokan buat kamu selamat atau ngga. Apalagi ini pertama kali nya kamu bawa motor lagi setelah kejadian 3 bulan lalu. Jadi wajar adik kamu khawatir Azizi." suara lain menyambar, dan ternyata itu adalah Ashel, dia datang bersama Aldo.

Gadis tomboy itu memutar bola matanya jengah. "Pacaran mah pacaran aja, Cel."

Menyebalkan, decak Ashel dalam hati.

"Kita ga pacaran!" Ashel mengelak.

"Iya deh." Zee mengenakan helm nya, dan memundurkan motornya. Membuat posisi Ashel dan Aldo tergeser.

"Aldo, pastiin Acel sampe rumah dengan selamat. Kalo Acel kenapa-napa. Urusan nya sama aku ya." nada suara Zee memang terdengar biasa saja, namun penuh penegasan.

"Kamu balik ke mobil." suara Zee membuat Christy menyudahi bengong nya.

Zee heran, kenapa adik nya ini suka sekali bengong. Kalo kesambet gimana?

"Iya Zee. Kamu hati-hati, inget itu ya."

"Iyaa."

"Aku duluan." ucap Zee pada Ashel dan Aldo.

"Aneh banget deh tuh anak." gumam Ashel.





Di pertengahan jalan, hujan turun dengan deras, membuat Zee terpaksa menepikan motornya untuk berteduh, setidaknya sampai hujan sedikit reda.

Zee mengusap kedua siku nya, sangat dingin. Padahal dia sudah mengenakan jaket.

Zee menatap air yang turun dari langit. Senyumnya mengembang, dia suka hujan. Hujan turun membawa banyak kenangan.

Sedangkan Christy, dia menatap keluar kaca mobil ketika hujan mulai turun, membasahi jalanan kota sore ini.

"Zee kehujanan." gumam nya, garis wajahnya menyiratkan kekhawatiran.

Mobil yang di tumpangi Christy terus melaju menerobos hujan yang turun dengan deras. Akhir-akhir perubahan cuaca memang sedikit ekstrem. Dari yang tadi nya panas hingga tiba-tiba hujan seperti ini.

Zee sudah berada di rumah sejak setengah jam yang lalu, dia sampai di rumah dengan keadaan basah kuyup.

Gadis itu baru saja mendapat sedikit ceramah dari sang mamah. Dan sekarang Zee tengah berkutat di dapur bernuansa eropa ini, membuat kopi kesukaan nya.

RUMAH (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang