great brother.

3.6K 305 13
                                    

Terhitung, sudah dua jam Zee sadar dari pingsan nya. Gadis itu kini tengah di suapi oleh Ashel. Zee beberapa kali terlihat meringis ketika membuka mulut nya, karena ada sedikit luka di bagian sudut bibir nya. Ashel benar-benar tak tega melihat nya.

"Udah Cel, hambar."

Beberapa jam sebelum sadar, Zee sempat demam tinggi. Kata dokter, itu memang efek dari luka-luka yang ada di tubuh gadis itu.

"Satu suap lagi ya?" Ashel menyodorkan sesendok bubur kearah mulut Zee. Senyumnya merekah ketika Zee menerima satu suapan dari nya.

Kalian bertanya kemana Gracio, Shani dan Christy? Jawab nya. Mereka pamit pulang terlebih dahulu, karena Christy perlu istirahat barang sejenak. Anak itu terlihat begitu lemas sedari tadi, Shani dan Gracio takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap Christy juga.

"Sekarang minum obat."

Ashel mengurus Zee dengan begitu telaten. Layaknya ibu mengurusi sang anak ketika sakit.

Selesai dengan urusan obat, Ashel meminta Zee untuk kembali beristirahat. Namun, gadis tomboy itu menggeleng. "Kalo aku tidur, kamu sendiri Cel."

"Bentar lagi tante Shani balik kok."

"Kalo Mamah balik, aku baru istirahat lagi. Sekarang, aku mau nemenin kamu."

Nyari Zee versi cowok dimana ya? Tanya Ashel.

"Kan disini aku yang nemenin kamu Azizi Asadel." Ashel jengah. Sahabat sejak kecil-nya itu memang sangat keras kepala. Memang ya, turunan dari Gracio Harlan.

"Aku mau duduk, Cel."

Ashel dengan cekatan membantu Zee untuk duduk. Mereka saling melempar senyum sebelum Zee mengambil remote TV dan mulai menghidupkan TV. Dia sangat bosan, dia ingin bermain game. Tapi keadaan tangan nya tidak memungkinkan.

Pilihan nya jatuh pada kartun Spongebob, kartun kesukaan Christy. Mengingat tentang Christy, apa gadis itu baik-baik saja setelah ia dorong cukup kuat tadi?

"Cel?" panggil Zee.

Ashel yang tengah memainkan ponselnya pun mendongak. "Hm?"

"Angel, baik-baik aja kan? Ada yang luka gak?"

Sejak bangun dari pingsan nya, Zee belum sempat bertemu dengan adik nya. Kata Ashel, Christy pulang karena butuh istirahat.

"He is fine. Setau aku lututnya aja yang luka."

Ashel mulai menaruh ponselnya. Menatap wajah samping Zee.

"Kamu bener-bener kakak yang hebat Zee."













"Zizoy!!" teriakan lantang menggema di ruangan bernuansa putih ini. Pemilik suara itu langsung menghambur ke pelukan manusia yang duduk di atas di ranjang dengan jarum infus di tangan kiri nya.

"Maafin aku ya Zee." Christy menaruh kepalanya di dada Zee. Sedangkan manusia yang di peluk hanya terkekeh, tangan kanan nya terangkat, membalas pelukan sang adik tercinta.

"Maaf untuk apa? Emang kamu salah apa?"

"Gara-gara aku, kamu jadi kaya gini. Harusnya kamu gak usah—"

"Udah tugas aku sebagai kakak lindungin kamu." sela nya dengan cepat.

Oke, Zee sedang dalam mode dewasa nya.

"Dek, ayo berangkat. Nanti telat." ucap Shani dari ambang pintu seraya menenteng beberapa kantong plastik berisi cemilan untuk Azizi.

RUMAH (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang