"Kalian tau kan sekarang jam berapa?" tanya Shani dengan tatapan mengintimidasi.
"Jam 9 Mah." cicit Zee dan Christy.
"Udah malem kan?"
Zee dan Christy mengangguk.
"Kenapa kalian teriak-teriak? Gimana kalo bibi pada keganggu sama teriakan kalian?"
"Azizoy yang mulai, Mah."
"Aku gak–"
"Jangan saling menyalahkan."
Zee langsung mengantupkan mulutnya ketika ucapan nya di sela oleh Shani.
"Sekarang masuk kamar, terus tidur." titah Shani.
Keduanya menuruti perintah Shani. Sebelum benar-benar beranjak, mereka memeluk Shani terlebih dahulu.
"Makasih ya Mah udah tegur kita. Maafin kita." ucap Azizi.
Shani mengangguk dan tersenyum. Mengusap rambut kedua putrinya. "Lain kali Mamah gak mau denger kalian saling teriak satu sama lain. Oke?"
Keduanya kompak mengangguk.
"Pintar."
Dengan langkah gontai, Azizi dan Christy pun menaiki tangga untuk sampai ke kamar nya. Seperti yang di perintahkan oleh Shani, mereka langsung istirahat. Karena tak ingin membuat ibu negara kembali mengamuk.
Tepat pukul 3 dini hari, Azizi terbangun dari tidur nya karena mimpi buruk. Nafas nya memburu dengan jantung berdetak tak karuan.
Azizi mengambil ponsel yang ia taruh di meja, lalu menelepon Gracio.
"Papah.."
"Iya sayang, kenapa?"
Air mata Zee lolos ketika di tanya seperti itu oleh Papah nya. "Om Jinan mukulin aku. Aku takut." lirihnya.
Gracio yang hendak membuka laci meja pun terhenti mendengar ucapan Azizi yang terdengar berbisik.
"Kamu mimpi buruk sayang?"
"Om Jinan mukulin aku. Om Jinan bentak aku. Papah aku takut.."
"Kamu gak sendiri, ada Papah. Jangan takut." suara Gracio sedikit bergetar. Membayangkan keadaan Azizi sekarang.
"Aku capek Pah. Aku nyerah ya?"
Gracio mendudukkan tubuh nya di tepi ranjang. Jantungnya berdetak cepat mendengar kalimat Azizi.
"Anak Papah kan kuat." nafas Gracio tercekat. Ingin rasanya dia berlari dan mendekap Azizi.
Ini pertama kalinya Zee mau menceritakan apa yang dia rasakan. Sebelumnya, dia hanya mendengar cerita dari Shani bahwa Zee sering meracau ketika tidur, lalu tiba-tiba menangis.
Lelah Zee menjadi dua kali lipat ketika dia harus berpura-pura ceria, dan kuat di depan banyak orang.
"Aku salah apa Pah? Kenapa Om Jinan pukulin aku? Badanku sakit Pah.."
"Kakak gak salah, Papah yang salah sayang."
"Pah, Om Jinan teriakin aku. Om Jinan mau bunuh aku.."
"Papah disini. Sama Zee. Bobo lagi ya sayang?"
"Aku takut Pah, aku takut. Om Jinan mau bunuh aku.."
"Papah disini. Jangan takut. Papah disini."
Gracio tak mendapat jawaban apapun lagi.
"Kak Zee?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH (Selesai)
FanfictionRumah adalah tempat di mana cinta berada, kenangan diciptakan, teman selalu menjadi milik, dan tawa tidak pernah berakhir. Ini tentang rumah dan beberapa masalah di dalam nya. Note: hanya sebatas karangan penulis. Jangan sangkut pautkan dengan kehid...