where are you?

3.3K 315 13
                                    

Sudah dua hari keadaan rumah Gracio kacau karena hilang nya putri mereka, Azizi Asadel.

Dua hari gadis itu tak pulang ke rumah, teleponnya tak aktif. Pesan yang Gre dan Shani kirimkan tak terbalaskan. Perasaan Gracio dan Shani kalut bukan main.

Gracio sudah mengerahkan seluruh orang kepercayaan nya untuk mencari keberadaan si sulung. Tapi, sampai detik ini, belum ada titik terang mengenai keberadaan Zee.

"Zoy, kamu dimana?" Christy memandang foto Azizi. Dua hari ini begitu sepi tanpa Zee di samping nya. Christy rindu Zee, Christy sangat khawatir dengan kondisi Zee di luar sana. Sudah makan kah dia? Tidur dengan nyaman kah dia? Apakah dia baik-baik saja di luaran sana?

Christy mengamati Gre yang sedari tadi sibuk mondar mandir, selama dua hari ini ponsel tak pernah lepas dari genggaman nya.

"Gimana hasilnya?"

Gre mendesah kecewa mendengar kabar dari seseorang di seberang sana. Setelah panggilan terputus, Gre melangkahkan kakinya ke lantai dua, kamar Azizi menjadi tujuannya saat ini.

Begitu masuk kamar, Gre langsung disuguhkan oleh aroma yang sangat familiar. Rindu nya semakin membuncah kepada Zee.

"Kalo terjadi sesuatu yang buruk sama kamu, Papah bener-bener gak akan maafin diri Papah, Zee."

"Papah kamu mana dek?"

Christy menatap Shani. "Tadi sih ke lantai atas. Kaya nya ke kamar Zee."

"Lepasin aku, aku mohon."

"Lepasin? Kamu minta saya lepasin setelah apa yang ayah kamu lakukan terhadap anak saya?"

PLAK!!

Satu tamparan kembali mendarat di pipi Zee. Dua hari ini adalah dua hari terburuknya, kondisi nya sudah sangat memprihatinkan dengan luka lebam dimana-mana.

Pria berbadan tegap berjongkok di hadapan Zee, mengangkat dagu gadis tersebut dengan jari telunjuknya, darah segar mengalir dari sudut bibir nya, Zee tak berniat menghapusnya sedikit pun.

"Selamat datang di dalam permainan saya Azizi Asadel."

"Apa yang anda inginkan dari saya dan keluarga saya? Tolong katakan!"

Pria tersebut tertawa keras, hanya sebentar. Setelah itu tawa nya lenyap dan di gantikan oleh tatapan yang menajam.

"Nyawa mu."























Flashback.

"Aku ada latihan basket hari ini, kamu duluan aja, Ngel."

"Aku gak papa kok kalo harus nunggu di mobil."

"Ngga, kamu pulang duluan aja. Nanti kalo pulang aku kabarin pak Jabieb."

"Yaudah deh kalo gitu. Nanti langsung kabarin  ya. Kalo mau kemana-mana kabarin orang rumah."

"Siap Ngel."

Zee selesai latihan basket pukul 16.47. Dia berjalan keluar gerbang sekolah dan menghentikkan langkahnya di halte bus, Zee memegang ponsel, hendak menghubungi supir rumah nya.

Sedari tadi Zee merasa di perhatikan, namun gadis tomboy itu berusaha untuk tidak peduli.

Belum sempat menghubungi orang rumah, telepon Zee sudah lebih dulu di rebut oleh pria tak di kenal. Zee menatap marah pria itu.

RUMAH (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang