"Siapa sebenarnya anda? Kenapa anda ingin sekali nyawa saya?" Zee memberanikan diri menatap pria di depannya.
"Karena nyawa anak saya harus di bayar dengan nyawa kamu."
Azizi benar-benar tak paham kemana arah pembicaraan pria tersebut. Tak ada ketakutan di dalam diri Zee. Zee tak takut mati, karena Zee percaya kematian nya ada di tangan Tuhan.
"Kamu gak tau gimana rasanya kehilangan seseorang yang menjadi satu-satunya alasan saya bertahan hidup." tatapan yang biasa nya tajam, kini meredup.
"Kalo gitu, bunuh saya sekarang. Bukannya itu yang kamu mau?"
Pria tersebut terkekeh. "Saya gak akan kasih kamu kematian dengan mudah."
"Tunggu permainan saya selanjutnya." pria tersebut menepuk pundak Zee, lalu pergi begitu saja.
Bahu Zee merosot. Penderitaan tengah menunggu nya di depan sana.
Malam hari, sekitar pukul sembilan malam. Bel rumah Gracio berbunyi. Salah satu ART pun segera membuka nya, namun heran. Karena tak ada siapapun di luar rumah nya.
"Siapa bi?" tanya Shani.
"Gak ada siapa-siapa bu."
Shani pun berjalan menghampiri bi Lina. Memang benar, tak ada siapapun di luar. Hanya ada kotak berukuran sedang yang tergeletak di depan pintu. Shani celingukan, mencari siapa yang mengirim kotak ini, namun tak ada seorang pun yang menunjukkan batang hidung nya.
Shani pun masuk dengan membawa kotak itu. "Apa itu Mah?" tanya Gre setelah menaruh ponsel nya.
"Ngga tau, ada di depan pintu."
Alis Gre menyatu, di atas kotak itu tertera tulisan 'Open me'. Gracio pun perlahan membuka nya, mata nya seketika terbelalak.
"A-azizi?" dengan tangan bergetar hebat, Gre mengambil selembar foto Zee. Di bawah foto itu, ada selembar kertas dengan tulisan.
Nyawa di balas nyawa.
Gre meremas kertas itu dengan gigi saling ber gemeletuk. Siapa yang berani mengirimi nya ancaman seperti ini? Sebenarnya apa yang penculik itu ingin kan?
"Gre? Kenapa?" Shani menyentuh lengan kekar Gre.
Gre bungkam. Pandangan Shani jatuh pada foto yang ada di pangkuan Gre. Shani mengambil nya, matanya membulat, Shani membungkam mulutnya sendiri.
"Ini gak mungkin Zee kan, Gre?"
Gre masih diam.
"Gre jawab!!" Shani mengguncang lengan Gre.
"Seperti yang kamu liat, Shan. Itu Azizi, anak kita."
Tangis Shani pecah. Perasaan hancur melihat betapa memprihatinkan nya kondisi Azizi.
"Kenapa kamu diem aja?! Ayo cari Zee, sekarang! Kamu nunggu apalagi?!"
Hati orang mana yang tak hancur melihat keadaan putri nya yang jauh dari kata baik-baik saja. Luka lebam di seluruh wajahnya, darah di sudut bibir yang sudah mengering. Penampilan gadis itu pun tak kalah kacau nya. Gambar itu di ambil dengan sangat jelas, tanpa filter apapun.
•
•
•Gracio melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Matanya benar-benar menajam, amarah benar-benar tercetak jelas di guratan wajah nya.
"Arrhh, aku mohon hentikan.." rintih Zee. Tubuhnya benar-benar terasa mati rasa, dua pria dengan tega nya mencambuk tubuh Zee berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH (Selesai)
FanfictionRumah adalah tempat di mana cinta berada, kenangan diciptakan, teman selalu menjadi milik, dan tawa tidak pernah berakhir. Ini tentang rumah dan beberapa masalah di dalam nya. Note: hanya sebatas karangan penulis. Jangan sangkut pautkan dengan kehid...