"Kak! Jangan lompat!" peringat sang ibu.
"Iya mah." jawab sang anak.
Shani menggelengkan kepalanya, kaki Zee belum benar-benar pulih. Tapi anak itu sudah berani lompat-lompat menuruni tangga, Shani yang melihatnya jadi ngilu sendiri.
Dua hari sudah anak itu di pulangkan dari rumah sakit setelah lima hari di rawat demi memulihkan kondisi tubuhnya.
"Gre liat anak kamu." keluh Shani pada sang suami.
"Azizi Asadel, bisa duduk? Kamu dari tadi gak mau diem loh. Kaki kamu belum pulih."
"Ah elah, kalian gak asik. Ini tuh aku lagi peregangan otot-otot badan aku setelah lima hari cuma rebahan di kasur." jawab nya dengan wajah tengil persis seperti Gracio.
Gracio memijit pelipis nya, dari kemarin Zee benar-benar sangat aktif. Tidak bisa diam barang sejenak, alih-alih peregangan otot. Gracio takut patah tulang di kaki putri sulung nya bertambah parah.
"Kamu denger apa kata dokter kemarin gak sih kak?"
"Denger Pah." jawab nya dengan santai.
"Yaudah diem."
"Ini diem." Zee merebahkan tubuh nya di sofa ruang TV. Hari ini dia belum bisa sekolah, Gracio melarang nya. Padahal ia sudah sangat bosan selama satu minggu hanya rebahan.
Sekitar sepuluh menit, Shani dan Gracio tak lagi mendengar ocehan random si sulung. Ternyata, gadis mereka tertidur dengan remote TV yang menimpa wajah nya.
Dengan pelan, Shani memindahkan remote TV, membenarkan posisi kepala Zee agar nyaman dalam tidur nya.
"Assalamu'alaikum, aku pulang."
Christy berjalan memasuki rumah besarnya, menyalimi kedua orang tua nya.
"Liat siapa yang dateng." Christy menoleh ke belakang dan tersenyum.
"Mamah, Papah?" Gre kaget.
"Kenapa deh, gak usah lebay gitu kamu Gre." sahut Opa.
Gre pun menyalimi mamah dan papah nya, pun dengan Shani.
"Kok bisa bareng sama adek Mah, Pah?" tanya Shani.
"Aku di jemput sama Oma Opa, Mah."
Opa tersenyum, mengusak rambut cucu nya dengan penuh kasih sayang.
"Dek, ganti baju dulu sana. Abis itu nanti kita makan siang bareng." titah Shani yang langsung di turuti oleh Christy.
"Kakak mana? Gimana keadaan nya? Maaf ya, Mamah sama Papah baru bisa kesini."
Gre menunjuk Zee yang tertidur di sofa dengan dagu nya. "Tuh, abis betingkah. Gak mau diem banget Pah." adu nya.
Opa terkekeh geli. Kemudian menghampiri Azizi yang tertidur dengan pulas nya. Wajahnya begitu damai dan terlihat lucu. Opa mengusap bekas luka di dahi Zee, lalu beralih pada lengan nya, wajah Opa berubah cemas. "Semoga setelah ini gak terjadi apa-apa lagi sama kamu sayang."
"Gimana sama kandungan kamu nak?" tanya Oma.
"Terakhir check up alhamdulilah bayi nya sehat Mah. Sekarang udah suka nendang-nendang. Apalagi kalo lagi deket sama Papah nya."
"Alhamdulilah kalo gitu, semoga selalu sehat sampe lahiran nanti ya sayang."
"Aamiin Mah."
Tatapan Oma jatuh pada suami nya yang setia mengelus rambut Zee. "Kondisi Zee gak parah kan Shan? Mamah khawatir banget. Mau kesini tapi gak bisa karena kerjaan Papah gak bisa di tinggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH (Selesai)
FanfictionRumah adalah tempat di mana cinta berada, kenangan diciptakan, teman selalu menjadi milik, dan tawa tidak pernah berakhir. Ini tentang rumah dan beberapa masalah di dalam nya. Note: hanya sebatas karangan penulis. Jangan sangkut pautkan dengan kehid...