Shani melangkah menaiki anak tangga satu persatu, dia ingin mengecek kamar Zee dan Christy. Ya, kebiasaan nya setiap malam, memastikan kedua putri nya tertidur dengan nyaman.
Shani membuka pintu Christy perlahan, ah putri bungsu nya masih asik bermain laptop.
"Belum tidur dek?" Shani duduk di tepi ranjang Christy, mengusap paha si bungsu pelan.
"Belum ngantuk mah." jawab nya, memindahkan laptop nya perlahan, kemudian mendekat ke Shani.
"Jangan malam-malam tidurnya." ujar Shani, mengusap kepala Christy dengan sayang.
"Mau peluk." Christy masuk ke pelukan Shani, membenamkan wajahnya di dada mamah kesayangan nya.
"Mah." panggil Christy.
"Iya sayang?"
"Aku liat artikel, katanya orang hamil gak boleh kelelahan. Mamah jangan capek-capek ya?" Christy mendongak, menatap manik mata hitam pekat milik Shani.
Shani tersenyum, Christy sangat sweet.
"Pasti sayang. Udah ah, kamu tidur, nanti kesiangan."
Christy menurut, dia membaringkan tubuhnya di kasur. Shani membereskan laptop dan beberapa mainan Christy. Lalu menaikkan selimut hingga sebatas dada, mengecup kening Christy dengan sayang.
"Baca doa dulu, good night."
Lampu kamar Shani matikan, Shani tersenyum simpul. Kemudian melangkah keluar kamar si bungsu.
Kini langkah Shani berhenti di depan pintu kamar Zee. Sayup-sayup Shani mendengar suara tangisan dari dalam kamar Zee, tanpa membuang waktu, Shani segera masuk ke dalam kamar si sulung.
"Kakak? Kenapa nangis sayang?" Shani terkejut melihat Zee menangis.
Tangis si sulung semakin keras, suara tawa terdengar dari ponsel yang Zee genggam.
"Udah dong Zee. Aa cuma bercanda, mana mungkin tante Shani sama om Gre buang kamu."
Shani mengambil ponsel Zee, dia menghela nafas panjang. Tertera nama Aran di layar ponsel Zee.
"A, ini tante. Kamu apain Zee sampe nangis gini?"
"Mampus." Aran gelagapan.
"Makanya jangan jail a." sungut Freya.
Aran melotot. "Diem Fre."
"A? Ko diem? Aa bilang apa sama Zee?"
"Aa gak bilang apa-apa kok tan. Ya kan Zee?" Aran berdoa, semoga Zee bisa di ajak kompromi.
"Aa b-bilang, Aa kalo adek lahir, nanti mamah sama papah mau buang Zee. Zee gak mau punya adik lagi."
Aran semakin di buat panik dengan jawaban yang Zee berikan. Dia sekarang menyesali perbuatannya. Dia lupa kalo Zee itu tukang cepu.
"Kan aa cuma bercanda tan."
Shani menghela nafas berat mendengar jawaban Aran. Shani segera menarik Zee ke dalam pelukan nya.
"Zee gak mau punya adik lagi mah." si sulung merengek layaknya balita meminta susu.
"Udah dong Zee, aa minta maaf. Aa cuma bercanda." pemuda di seberang sana berusaha merayu sepupu tersayang nya itu.
"Anak itu titipan tuhan loh kak, kita gak boleh nolak pemberian tuhan." Shani mencoba memberi pengertian.
"Denger tuh Zee."
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH (Selesai)
FanfictionRumah adalah tempat di mana cinta berada, kenangan diciptakan, teman selalu menjadi milik, dan tawa tidak pernah berakhir. Ini tentang rumah dan beberapa masalah di dalam nya. Note: hanya sebatas karangan penulis. Jangan sangkut pautkan dengan kehid...