problem (?)

4.1K 377 11
                                    

"Baru pulang? Darimana aja?"

Waktu menunjukkan pukul 8 lewat 50 malam. Gre dan Zee baru saja pulang, wajah Shani terlihat tidak bersahabat malam ini.

"Cuma keluar, lagian kan hari ini libur." jawab Gre santai.

"Christy daritadi nanyain kalian mulu."

"Maaf mah, Zee cuma minta waktu Papah sehari doang."

"Kamu jangan egois dong kak. Anak Papah kan bukan cuma kamu aja. Ada adik kamu juga."

Terluka sudah hati Zee, perkataan Shani begitu menusuk hatinya. Dia tak menyangka mamah nya akan berucap seperti itu.

"Mah." tegur Gre.

"Kamu harusnya ajak Christy juga Gre. Christy juga kan anak kamu."

Gre menatap Shani tak percaya. Sebelumnya Shani tak pernah seperti ini. Akhir-akhir ini Shani memang mudah sekali marah, bahkan untuk hal-hal yang terbilang spele.

"Yang bilang Christy bukan anak aku siapa Shan?"

Atmosfer mulai berubah. Zee menunduk, dia merasa bersalah, karena dialah penyebab ayah dan ibu nya berdebat seperti ini.

"Kakak ke kamar ya." bisik Gre, mengusap sekilas bahu Zee.

"Tapi Pah-"

Gre tersenyum, seolah berkata semuanya akan baik-baik saja.

Zee pun berlalu ke kamar nya dengan perasaan tak enak hati.

Melihat Zee sudah masuk kamar, Gracio menarik lengan Shani menuju kamar nya. Ini sudah keterlaluan.

"Kamu apa-apaan sih Shan?" terlihat dari matanya, Gre berusaha sekuat tenaga menekan emosi nya.

"Apanya yang apa-apaan Gre?"

"Zee cuma minta waktu aku satu hari. Dia pengen pergi berdua sama aku Shan. Tapi kenapa kamu malah ngomong gitu, kamu gak mikir gimana hati Zee setelah denger ucapan kamu itu?"

Hembusan nafas kasar keluar dari mulut Shani. "Aku kan cuma ngingetin kalo anak kamu bukan Zee doang. Ada Christy juga, aku gak mau ada kecemburuan karena hal ini."

Gre mengusap wajahnya kasar, alasan yang sangat tidak berbobot. "Kamu liat tatapan Zee tadi Shan? Kamu liat?!" jarak wajah mereka sangat dekat, Gracio masih terlihat menahan amarah nya. Dia masih sadar siapa yang berada di hadapan nya saat ini.

Tatapan Zee tadi sangat membuat hati Gracio tergores. Pertama kali nya Gracio melihat tatapan terluka dari Zee.

"Ini cuma masalah spele. Aku cuma mau kamu ajak Christy juga Ge. Kenapa kamu jadi semarah ini?"

"Kamu yang membesarkan masalah yang spele, kamu juga yang mancing amarah aku!" Gre pergi meninggalkan Shani begitu saja, dia tak ingin amarahnya meledak di hadapan Shani.

"Gre! Kita belum selesai! Gre!" Percuma, Gre sudah hilang di balik pintu.

Pintu kamar Zee terketuk. Zee segera membuka nya, dia tersenyum. "Papah?"

Senyuman Zee menular, Gre ikut senyum.

Mereka duduk di tepi kasur. "Jangan dengerin omongan mamah tadi ya kak? Mungkin mamah lagi capek aja. Makanya jadi sensitif gitu."

"Iya Pah, Zee ngerti kok."

Gre memeluk Zee, anak pertamanya. Hatinya seperti di tikam oleh sesuatu melihat tatapan Zee tadi. "Maafin Mamah ya kak."

Zee berusaha tegar, meski tak bisa bohong, dada nya sesak setiap kali mengingat perkataan Shani tadi. "Zee ngerti. Katanya ibu hamil emang se-sensitif itu kan?"

RUMAH (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang