long distance relationship.

3.1K 319 7
                                    

Greshan Fam's sudah berkumpul di meja makan. Lengkap dengan si sulung yang tengah mengusili Sean.

Rengekan Sean membuat Zee belum merasa puas. Tak menghiraukan tatapan Shani yang sudah mulai menajam.

Dan semenit kemudian, tangis Sean pecah. Kesal karena Zee terus-terusan mengusili nya. Hal tersebut membuat Shani harus menahan sabarnya. Zee nya sudah kembali.

"Maaf-maaf. Cup, cup. Jangan nangis." Zee menepuk-nepuk pelan kepala Sean.

Zee menyuapi Sean bubur bayi. Sebagai permintaan maaf nya.

"Kamu makan aja kak. Adek biar Mamah yang suapin."

"Aku aja Mah, seru tau." ucap Zee.

Gracio menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Apanya yang seru? Bahkan Zee sengaja mengotori bibir Sean, lucu katanya.

"Makan dulu, Zoy." Kali ini Christy yang bersuara. Dia bahkan sudah hampir habis setengah piring, tapi piring milik Zee masih penuh.

"Ah iya-iya." Zee mendorong kereta bayi Sean agar berada di dekat jangkauan Shani. Setelah itu dia mulai fokus dengan makanan nya.

"Seneng deh, anak Papah mulai ceria lagi."

"Iya dong, keren kan aku?"

Jumawa nya kambuh.

Gracio memutar bola matanya malas. Tapi dalam hati dia bahagia melihat keceriaan yang terpancar di wajah Zee.

"Papah lusa harus ke Jepang, ngurus pekerjaan. Kalian gak papa kan Papah tinggal?"

"Kok mendadak sih Pah?" Christy tampak tak rela.

"Iya nih Papah gak asik." Zee menimpali.

"Cuma seminggu kok."

Satu hari sebelum berangkat, Gre benar-benar menghabiskan waktunya bersama keluarga. Karena esok hari dia sudah harus berangkat ke Jepang. Meninggalkan keluarganya untuk sementara waktu. Dan sekarang pukul 23.11. Shani tengah sibuk packing barang-barang Gracio. Semuanya Shani tata dengan begitu rapih.

"Jangan lupa minum vitamin nya. Makan nya jangan telat. Jangan makan sembarangan. Jangan bergadang. Sesibuk apapun kamu, harus nyempetin hubungin aku sama anak-anak. Terus ini nanti baj–" ucapan Shani terpotong karena Gracio tiba-tiba mencium bibir nya, menempel cukup lama. Sebelum akhirnya Shani mendorong pelan dada Gracio agar ciumannya terlepas.

Gracio tersenyum menggoda. "Kok diem sih, ayo lanjutin."

"Udah mau pergi juga masih aja nyebelin."

"Kamu dari tadi sibuk sama koper, akunya di cuekin." Gracio cemberut, lalu memeluk Shani dari belakang. Mengecup berkali-kali bahu Shani yang terekspos, karena Shani hanya mengenakan tanktop. Untung saja, Sean sudah tidur.

"Ge, geli." Shani sedikit menggeliat ketika Gre mulai mencium leher nya.

Gracio melepas pelukannya. "Ini udah selesai belum?"

"Udah, ayo tidur. Nanti besok kesiangan."

Mereka pun berbaring. "Aku titip anak-anak ya. Tunggu aku pulang."

"Pasti sayang." Shani mengecup bibir Gre, lalu menarik tubuh Gre ke dalam pelukan nya.

"Good night cici."

Mendengar Gre menyebut panggilan itu, Shani terkekeh. "Aku kangen kamu manggil aku cici."

"Gak mungkin kan aku panggil kamu cici di depan anak-anak."

"Haha iya juga."

"Dasar." Gre menjawil hidung Shani pelan. Kemudian mulai memejamkan matanya, dan siap menjemput mimpi.

RUMAH (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang