Seorang gadis menarik tungkai kaki nya menuju area pemakaman dengan bunga di tangannya.
Dan langkah nya berhenti di samping pusara milik ayah nya. Kemudian dia berjongkok, mengusap pelan nisan ayah nya, dan menunduk, mulai merapalkan doa untuk sang ayah di atas sana.
Christy tersenyum, lebih tepatnya tersenyum perih. Keluarga nya tak lagi sehangat dulu semenjak Gracio pergi, terlebih lagi Zee. Gadis tersebut susah sekali di atur. Selalu membantah dan berbuat semaunya.
Christy mulai bercerita tentang hari nya tanpa Gracio. Bagaimana keadaan keluarganya sekarang. Dan juga tentang perubahan Zee.
"Papah bohong, katanya Papah mau pulang."
Kondisi Christy berangsur membaik karena bantuan Psikolog pribadi Shani. Dia rutin mendatangi Psikolog dua minggu sekali.
"Aku sampai sekarang nunggu Papah pulang. Tapi Papah gak pulang-pulang."
Christy menarik nafas, menetralkan rasa sesak yang menghimpit dada nya. "Aku bukan cuma kehilangan Papah, tapi kehangatan keluarga, dan juga Azizi."
"Ayo kembali Pah.." cairan bening mulai turun membasahi pipi Christy yang akhir-akhir ini terlihat lebih tirus.
"Ayo kita jalan-jalan lagi. Ngabisin waktu bersama lagi. Ayo Pah.."
Christy terisak keras. Sebelumnya Christy tak pernah merasa sehancur ini.
"Semenjak Papah pergi, Zee sering bentak Mamah. Dia gak nurut sama Mamah. Selalu berbuat semau nya."
Christy kembali menarik nafas nya dan menghapus air matanya. Dia melirik jam tangannya, waktu sudah semakin sore.
"Aku pamit ya, Pah. Nanti aku kesini lagi."
Kaki jenjang milik Christy melangkah meninggalkan area pemakaman.
"Ayo pak, jalan." ujar Christy, dan mobil yang di tumpangi Christy pun perlahan mulai melaju meninggalkan area pemakaman.
Christy membuang pandangan keluar jendela, menatap kendaraan yang berlalu lalang dengan tatapan kosong.
Hingga tak terasa, mobilnya berhenti di pekarangan rumah nya. Christy segera turun dan masuk ke dalam.
Ekor mata Christy menangkap sang kakak tengah duduk santai di ruang tengah dengan kaki yang menyilang di atas meja. Tanpa berkata sepatah kata pun, dia melewati Zee begitu saja. Tubuh nya lelah, akan semakin terasa lelah jika dia kembali beradu argumen dengan Zee.
Azizi melirik jam tangannya, dia tersenyum miring dan mulai bangkit. Melangkah cepat menuju kamar nya.
Tanpa berpamitan kepada Shani terlebih dulu, Zee pergi begitu saja dengan motornya.
•••
"Do, berhenti dulu."
Mata Ashel memicing melihat siluet tubuh yang dia kenali.
"Itu kayak Zee. Aku kesana dulu." Ashel turun dari mobil dengan gerakan terburu-buru. Dan Aldo segera menyusul Ashel.
"Zee?!" mata Ashel membelalak melihat tubuh Azizi babak belur.
"Kalian siapa?!" Ashel menopang tubuh Zee.
"Cepet pukulin gue lagi!"
"T-tapi–"
"Cepet!"
Dua pria itu kembali memukuli Zee, sampai tubuh Ashel tergeser.
"Berhenti!" teriak Ashel.
"Jangan dengerin dia, lo berdua udah gue bayar. Sekarang lakuin apa yang gue suruh!" bentak Zee.
"Maaf, ini perintah." ujar salah satu pria tersebut kepada Ashel.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH (Selesai)
FanfictionRumah adalah tempat di mana cinta berada, kenangan diciptakan, teman selalu menjadi milik, dan tawa tidak pernah berakhir. Ini tentang rumah dan beberapa masalah di dalam nya. Note: hanya sebatas karangan penulis. Jangan sangkut pautkan dengan kehid...