Sam dan Yu berada dalam masalah ketika mereka melanggar perjanjian kontrak kerja yang melarang artis dalam satu agensi menjalin hubungan percintaan.
Apa yang akan dilakukan oleh Sam dan Yu? Apa mereka tetap mempertahankan cinta dan mengorbankan kari...
Jepang telah mengalami awal dari musim semi. Itu berarti, bunga Sakura akan bermekaran indah. Moment yang selalu dinantikan oleh semua penduduk lokal maupun para wisatawan.
Siang itu, gerimis menemani Yang Yuteng. Ia tengah berjalan perlahan di atas garis putih yang berada pada tengah-tengah lintasan pesawat, lintasan yang sudah tidak digunakan lagi sejak enam bulan lalu setelah tragedi kecelakaan pesawat. Ia menggenggam setangkai mawar putih dan sebotol wiski berukuran sedang di tangan kanannya. Tangan kirinya ia sembunyikan di dalam saku mantel berbahan berudu berwarna kelabu yang ia kenakan saat itu.
Wajah Yu tampak sendu, matanya sudah berkaca kala ia mendengar suara mesin pesawat dari lintasan sebelah yang sebentar lagi akan lepas landas. Terlintas wajah orang yang sangat ia cintai, yang telah meninggalkannya untuk selamanya bahkan tanpa mengucapkan selamat tinggal maupun melihat wajah terakhir. Bukankah itu sungguh menyedihkan?
Yu menghentikan langkahnya ketika ia sudah sampai pada ujung lintasan. "Hai, Sam. Apa kabarmu di sana? Aku datang untuk membawamu ini, seperti biasanya. Semoga kau masih menyukainya." Ia berjongkok lalu meletakkan bunga dan wiski di jalan aspal. Air mata yang dari tadi ditahannya akhirnya menetes juga.
Yu mengusap bunga dan botol wiski bergiliran setelah itu berdiri tegak memandang langit. "Aku merindukanmu, Sam. Semoga kau menerima pesan rinduku hari ini."
Gerimis membasahi wajahnya. Dingin, tetapi tidak dipedulikannya.
. . .
"Halo, Ibu?!"
Yu menerima panggilan dari Helena yang kini sedang berada di Taiwan. Ia tidak lagi memanggil Helena dengan sebutan "bibi", melainkan dengan "ibu" karena Helena yang memintanya. Kini, Helena sudah menganggapnya sebagai anak sendiri.
Setelah Sam meninggal, Helena banyak berubah. Ia lebih banyak diam dan jarang keluar rumah. Bahkan, ia telah memutuskan untuk berhenti berkarir, meninggalkan New York dan pulang ke Taiwan. Hari-hari yang dilewatinya hanya dengan merawat taman bunga yang ada di halaman samping rumah. Menurutnya, itu sudah cukup membuatnya bahagia.
Saat itu, Helena sedang memotong duri-duri pada tangkai bunga mawar merah yang nantinya bunga-bunga tersebut akan ia masukkan ke dalam vas kristal berukuran besar.
"Sayang, apa yang sedang kau lakukan? Apa kau sudah mempersiapkan keberangkatanmu ke sini?"
Yu mengobrol sambil melangkah perlahan melewati kerumunan orang yang ada di bandara. Tangan kirinya menggenggam Hp, sedangkan tangan kanannya dimasukkan ke dalam saku celana. "Aku sudah mengurus semua, Bu," jawab Yu. "Jadi, minggu depan aku akan berangkat ke Taiwan," sambungnya penuh senyum.