Chapt 21 - Potret

37 34 2
                                    

Permainan bola basket di lapangan masih berlanjut. Setiap siswa pasti akan mendapatkan gilirannya untuk bermain. Berurutan mengikuti nomor absen kelas.

Sementara itu hanya ada dua orang di dalam kelas diantaranya satu perempuan dan satu laki-laki.  Mereka adalah Rayhan dan Alena. Alena merasa tidak enak hati pada Rayhan yang sedang menidurkan kepalanya di atas lipatan kedua tangan di meja, di depan mejanya yang Alena duduki. Karena Pak Dani menugaskan Rayhan untuk menjaga Alena, apa boleh buat, jadi laki-laki itu tidak bisa untuk mengikuti permainan bola basket di lapangan. Padahal, Alena tahu kalau Rayhan sangat antusias untuk melakukan permainan bola basket.

Ketika laki-laki itu menegakkan kepalanya dari tidurnya Alena panik, buru-buru dia mengalihkan pandangan ke arah lain. Detik selanjutnya Rayhan bertanya pada Alena. "Masih sakit kakinya?"

Alena menggelengkan kepala lalu menjawab, "Udah enggak sakit kok kakinya setelah di urut sama kamu."

Rayhan diam saja.

"Kalau Rayhan mau main bakset di lapangan, main aja sana. Alena gak papa kok ditinggalin sendirian di dalam kelas."

Ucapan Alena yang kedua kalinya membuat Rayhan membulatkan mata. Kalau bukan karena gengsi pasti Rayhan akan berteriak sekencang-kencangnya karena terlalu kegirangan. Namun setelah pandangannya tak sengaja jatuh ke arah kaki Alena yang diketahui cedera, wajah pria itu kembali murung.

"Beneran nggak apa-apa nih kalau gua tinggalin lu sendirian?" tanya Rayhan sedikit gugup.

Alena memberikan senyum lebarnya setelah bicara. "Iya gak papa."

"Di tolongin sama kamu aja udah seneng kok."

"Makasih ya, Satria eh Rayhan maksud aku," ralat Alena keceplosan.

Rayhan membalas, "Ya, sama-sama."

Sekian purnama Rayhan dapat terbebas dari Alena dan dengan bahagianya dia keluar dari kelas untuk mengikuti kegiatan pelajaran olahraga di lapangan.

"Rayhan Emilio Pratama."

"Saya, Pak."

Laki-laki itu muncul bertepatan saat guru ohlaraga selesai menyebutkan nama lengkap Rayhan yang dilihat dari absen kelas. Seno, siswa dengan nomor urut absen sesudah Rayhan, hendak bicara pada Pak Dani untuk mengingatkannya kalau Rayhan tidak ada di lapangan karena membawa Alena ke dalam kelas, dan otomatis akan dilanjutkan olehnya, terkurung begitu si pemilik nama yang disebutkan datang.

Dengan cekatan Rayhan berhasil menangkap bola yang dilempar oleh Pak Dani. Setelah Pak Dani meniup peluit sebagai aba-aba, Rayhan langsung melakukan aksinya di lapangan. Men-dribbling bola basket dari cone satu ke cone yang lain.

Siapa yang menyangka, selain pintar dalam pelajaran rupanya Rayhan juga ahli dalam bermain basket. Ia lebih unggul daripada teman-temannya karena mendapatkan waktu kurang dari satu menit untuk mencapai rintangan-rintangan yang dianggapnya sangat mudah.

*****

Kejadian tadi, mengingatkan Alena kepada seseorang di masa SMP nya.

Halusinasinya seketika buyar karena Milea, Niken, dan Putri kompak mengagetkan Alena dari belakang.

DOR!!!

Alena terkejut. Ia langsung membalikkan badannya dan melihat kehadiran teman-temannya di dalam kelas. "Astaghfirullah, untung aku gak jantungan."

"Hehehe ..." Bukannya merasa bersalah Niken, si manusia tak berakhlak malah tertawa saat melihat reaksi temannya yang terkejut karena ucapannya.

"Lamunin siapa tuh?" Putri telah duduk di sebelah Alena. Tepatnya berada di atas mejanya Alena. "Pasti lo lagi mikirin Rayhan ya?"

Yuk! Balikan MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang