CHAPTER 14

72 26 47
                                    

14: Minggu

Sebelum author pergi! Jdi sempetin up beberapa part.

G A R I S - W A K T U
14
.
.
.
.
.
HALLO
.
.
.
.
READERS APA KABAR?
.
.
.
.
.
.
Semangat bangkit dari prenjon!
.
.
.
.
Follow + vote + comment

...

Rutinitas setiap Minggu pagi adalah berolahraga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rutinitas setiap Minggu pagi adalah berolahraga. Itu yang akan Sandra lakukan pagi ini. Namun sepertinya itu hanya berlaku baginya seorang, karena Adijaya dan Aurora saat ini sedang pergi. Dan ia tidak mempermasalahkan itu, toh sudah sering.

Gadis dengan Surai coklat yang ia ikat serta kaos olahraga nya yang sudah melekat di tubuh nya membuatnya semakin bersemangat untuk terus berlari memutari perumahan tempat ia tinggal.

Hawa pagi itu begitu sejuk tidak ada polusi sama sekali. Matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya. Atmosfer tidak lagi dingin melainkan berubah menjadi hangat.

Saat melewati rumah bercat merah muda di sebelah rumahnya ia melihat pemandangan yang membuat nya iri sekaligus sedih di waktu yang bersamaan.

Baginya pemandangan kecil itu sangat membekas, dimana seorang ayah berjalan pagi bersama sang anak, menuntunnya, serta memberinya pembelajaran tentang hal hal baru.

"Udah gausah sedih mending lanjut," ujar cowok dengan kaos olahraga beserta handuk yang melingkar di lehernya.

Sandra menoleh ke asal suara, ia kemudian menatap dalam manik hitam tajam pemilik suara itu.
Entah mengapa Sandra menemukan kedamaian dalam setiap tatapan yang cowok itu berikan.

Menyadari gadis di hadapannya tidak mengalihkan atensinya sedikitpun, cowok itu menyungging kan senyum manisnya.

"Gausah kelamaan natapnya, ntar naksir ribet." Ujarnya seloroh. Namun di sertai raut wajah gembira.

"Kalo gue bilang gue nyaman gimana?" Jawab gadis itu kemudian, namun masih tetap fokus menatap objek di hadapannya seolah-olah objek itu mengalihkan dunianya.

Rafael tersentak mendengar penuturan dari gadis cantik itu, apa ini? Dengan gamblang gadis itu menyatakan bahwa ia nyaman dengan Rafael. Bahagia? Tentu saja, karena semua ini adalah bagian dari penantian panjangnya.

"Lo nyaman doang?" Tanya Rafael pelan.

"Iya!" Balasnya mantap.

"Lo gak cinta?" Tanya Rafael penuh harap.

"Gue buta cinta, bahkan untuk cinta sama diri sendiri aja gue gabisa, gimana cinta sama orang lain." Jawab Sandra. Ia mengalihkan atensinya, tidak lagi memfokuskan pada Rafael.

GARIS WAKTU [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang