21. NO TIME

73 11 8
                                    

Haiii
WELLCOME BACK WITH ME!!!

Gimana hari hari akhirnya??
Author terlalu sibuk ujian hingga melupakan kalian semua hehe:)

Happy reading ❤️

***

Sandra terbangun pada pukul 04.12 pagi, ia melirik kearah ponsel yang terletak di sampingnya kemudian mengaktifkan layarnya. Hatinya menghangat saat melihat pesan manis yang di kirimkan oleh Rafael untuknya.

Gadis yang masih dengan wajah bantal, serta piyama tidurnya itu akhirnya bangkit dari kasur tidurnya untuk pergi membasuh mukanya, dan turun kebawah.

Ingin apa di bawah? Yah, tidak tahu.

Ia hanya terlalu bersemangat untuk hari ini, hari ini adalah hari Minggu, dalam artian dirinya harus pergi beribadah nantinya.

Sandra melangkahkan kaki nya menuruni tangga.
Hingga mencapai lantai dasar, netra cokelat miliknya menatap kearah Adijaya dan seorang lelaki seumurannya sedang bercengkrama, sangat sekali terlihat keduanya sangat akrab.

Tetapi entah hal apa yang membuat mereka terlihat akrab.

Tidak lama kemudian, muncul Aurora dari arah dapur
Membawa nampan berisi air minum, Sandra di buat bingung mengapa mereka menerima tamu di saat waktu subuh seperti ini.

Pandangan Sandra memicing melihat ke arah lelaki yang bersama ayahnya, namun karena cahaya yang sedikit membuat dirinya agak kesulitan melihat siapa yang berada di sana. Akhirnya tanpa memperdulikan siapa dia, Sandra kembali naik ke atas tangga dan kembali ke kamar miliknya.

"Saya sudah muak dengan keberadaan dia di rumah ini" ucap Adijaya di sela-sela obrolannya.

"Sandra punya hubungan dengan anak alm. Om Revan" ujar cowok itu.

"Bagaimana kamu bisa tahu?" Tanya Adijaya memicing.

"Saya sempat memiliki rasa dengan putri sulung anda hingga hari- hari saya di sekolah, saya habiskan untuk ribut dengan Rafael."

"Saya tau semuanya, bahkan saya tau bahwa ingatan Sandra perlahan sudah lebih membaik akibat bantuan Rafael," Ujar cowok itu menjelaskan.

"Jika ingatan anak itu kembali, maka ia akan tahu tentang sebenarnya kematian Adriana."

"Aurel, bukanlah pelaku di balik kematian istri saya,"

"Sebenarnya saya takut jika harus kehilangan salah satu putri saya," papar Adijaya lemah.

"Alasan anda berkata bahwa putri sulung anda adalah pembunuh apa?" Tanya Aldy.

"Aurora." Jawab Adijaya.

Sedangkan Aurora hanya menyimak apa yang sedari tadi ayahnya dan Aldy katakan. Dirinya bingung mengapa sekarang ayahnya membela Sandra.
Hati kecilnya tidak menerima kenyataan itu.
Di dalam isi kepalanya banyak ide ide cemerlang yang nantinya akan ia siapkan untuk Sandra.

***

Rafael menggerakkan tangannya yang terasa keram.
Kepalanya terasa berat, dadanya masih sedikit terasa sesak, Perlahan-lahan ia membuka matanya.

GARIS WAKTU [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang