" Maafkan aku". Ungkapnya lirih setelah dia menampar pipiku keras, ku putuskan untuk memaafkannya barangkali dia khilaf. Barangkali ia cemburu karena begitu mencintai diriku yang tak sempurna ini.
" Iya Phi aku memaafkanmu ". Ia memelukku erat, ku balas lagi dengan pelukan erat serta kecupan manis di belakang kupingnya.
Malam setelah penamparan itu kami lewatkan dengan mesra. Ya, dia membujukku untuk memaafkannya dengan cara bercinta. Entah kenapa bukannya marah, aku justru menikmatinya.
Setiap lumatan, dekapan dan sentuhan yang ia berikan begitu beda terasa. Bulu roma yang berdiri ketika ia membelai seluruh tubuh ku tanda nya. Seharusnya aku marah kan? Tapi aku tak bisa.
Entah sihir apa yang dia pergunakan hingga ku bisa luluh bertekuk lutut di kakinya. Bahkan aku lupa dia telah menamparku kala itu.
Kembali ia darat kan ciuman penuh sihir padaku. Ia belai lembut kepala, tengkuk, dada hingga kemaluanku, nikmat rasanya.
Ku membalas semua perlakuannya.
" Nikmat sekali sayang". Bisiknya menggoda.
*****
Esok nya kami pergi bersama, tapi aku memutuskan untuk turun terlebih dulu di kedai kopi dekat kampus. Aku tak mau semua orang menatap dan tahu mengenai hubungan kami." Aku turun di kedai ya". Ucapku
Ia hanya mengangguk, membukakan pintu mobil dari dalam. Sedikit bingung, karena dia tak bereaksi apapun.
Ku pesan segelas kopi americano sebelum melanjutkan perjalanan ke kampus. Di kedai, aku bertemu dengan Mild seperti biasa dia juga memesan segelas americano.
Kami sedikit berbincang, lalu pergi ke kampus bersama. Baru sampai gerbang, sepasang mata tajam menatap lurus ke arah ku.
Deg, jantungku terasa berhenti " Sial, pasti dia berfikir yang tidak tidak lagi padaku". Gumamku dalam hati.
Aku dan Mild menghampiri dan menyapanya " Selamat pagi pak" ucap kami. Tak ada jawaban, hanya hawa dingin terasa menusuk tulang.
Kami pun pergi menjauh darinya dan masuk ke kelas. Hari ini kebetulan jadwal mengajar dirinya, apakah dia akan melakukan sesuatu yang di luar perkiraan? Entahlah.
****
" Hari ini kita akan melanjutkan materi kalkulus". Ucap nya sambil membuka buku materi.
Tak terasa satu setengah jam ia mengajar, namun tak terjadi apa apa. Aku semakin heran, apa benar dia tidak cemburu lagi setelah melihat ku jalan bersama Mild?
Seusai belajar, aku pun keluar kelas pergi menuju perpustakaan untuk meminjam buku materi kalkulus lanjutan, sebuah pesan masuk ke ponselku. Langkahku terhenti sejenak, membuka pesan yang barusan ku terima.
" Temui aku di lorong belakang sekarang ".
Nafasku sontak terhenti, jangan jangan dia akan menamparku lagi.
Ku langkahkan kaki menuju lorong sesuai permintaan Mew.
***
" Ada apa pak?". TanyakuTanpa menjawab pertanyaanku, ia langsung menarik tangan dan mendorong ku ke dinding lorong gelap itu keras. Tangan ku di cengkramnya kuat sehingga tak bisa bergerak.
" Phi.. apa yang kamu lakukan". Tanya ku takut.
Lagi, dia tak menjawab. Tiba tiba tangannya beralih, mencekik leherku. Sontak aku kaget sekaget kaget nya keringat bercucuran di pelipis ku yang memerah legam.
" A-pa yang kamu lakukan Phi?". Tanya ku tersendat.
" Dasar jalang. Kamu meminta turun duluan ternyata kamu pergi dengannya ke kedai kopi. Apa maksudmu?". Bisiknya seram di telingaku.
" A-ku .. tadi .. tak sengaja ..bertemu dia di .. kedai .. le-lepaskan .. a-ku .. tidak bisa bernafas".
Cengkeramannya ia lepas, nafasnya berubah berat mengepal tangan. Sepertinya ia menahan amarah yang saat ini menguasai jiwa nya.
" Beruntung saat ini kita berada di kampus, habislah kamu jika kita ada di rumah".
Mataku terbelalak, otak ku berpikir keras. Apa maksudnya? Apakah dia akan melakukan kekerasan fisik lebih dari kemarin? Kenapa dia berubah seperti ini?
Ku lepaskan tangannya secara paksa, berlari menjauh darinya tak terasa air mata ku jatuh dari ujung mata.
Ku berdiam di perpustakaan, ku cerna baik baik setiap kata yang keluar dari mulut kekasihku tadi. " Sikap macam apa itu?". Gumamku pelan.
Saat ku tenggelam dalam pikir, tiba tiba Saint menghampiri ku.
" Hei Gulf ". Sapa nya sopan.
" Hai Phi .." Jawabku ramah, ada apa gerangan dia tiba tiba menyapaku. Aku tahu betul sikap dingin nya kepada setiap mahasiswa baru yang ada di sini, perlu apa dia? Penasaran.
" Apa hari ini kamu sibuk?". Tanya nya.
" Aku .. ada yang harus aku kerjakan sih, kenapa Phi?". Tanyaku.
" Aku ingin mengajakmu makan malam".
" Maaf Phi sepertinya aku tidak bisa". Sebenarnya bukan tidak bisa, tapi aku terlalu takut berurusan dengan Mew apalagi jika dia tahu aku makan malam dengan laki laki lain.
" Oh begitu ya, tadinya aku mau mengajak mu makan makan di resto baru dekat kampus kita".
" Maaf ya Phi .. sebenarnya aku mau, tapi aku tidak bisa". Ucapku bohong.
" Hmm .. Iya tidak apa, kalau begitu aku pergi dulu ya". Pamitnya sambil meninggalkan senyum di wajah mulusnya.
Setelah kepergian saint, aku kembali sibuk dengan isi pikiran ku yang tengah mencerna kata kata Mew tadi.
Saat ku paling kan wajah ke arah belakang, ternyata dia sedang mengintai ku. Sepasang mata tajam kembali ia tujukan padaku, apa lagi ini?
Tak nyaman, ku putuskan untuk keluar dari perpustakaan dan pulang ke kosan kebetulan waktu belajar ku di kampus pun sudah selesai.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSIVE LOVE DISORDER ( OLD )
RomanceMenjalani sebuah toxic relationship bukanlah suatu hal yang mudah, begitu juga bagi Gulf seorang mahasiswa semester awal di sebuah universitas terbaik di Thailand. Ia berkencan dengan dosen mata kuliah matematika lanjutan di universitasnya bernama...