Kamar dengan nomor 301 menjadi saksi bisu dimana dua hati yang dulu sekeras batu berubah lembut selembut salju.
Hati yang dulu pilu kini mulai belajar damai dengan masa lalu. Keduanya sudah mampu membuka lembaran baru.
Saling memaafkan kesalahan yang dulu tak pernah terlupakan. Mulai sadar dulu saling menyakiti dan kini lebih baik saling menyayangi.
Gulf melangkahkan kakinya menuruti langkah Mew, mereka masuk bersama ke kamar 301 itu.
Mew mempersilahkan Gulf duduk terlebih dahulu dan menyiapkan minuman dan beberapa kudapan.
" Rapi sekali rumah mu phi ". Puji Gulf.
Mew hanya tersenyum malu, setelah sekian lama baru kali ini dia mendengar pujian dari Gulf lagi.
Mew duduk di samping Gulf dan mereka pun berbincang satu sama lain, perbincangan yang awalnya ringan kini menjadi berat.
Bukan perbincangan mengarah ke pertikaian, namun lebih ke keterbukaan. Dengan senang hati Mew layani karena ini yang memang dia ingini.
" Phi .. kamu bisa kuat melewati ini sendiri?".
" Aku bisa karena terbiasa".
" Selama ini aku berfikir hanya aku yang sakit, ternyata kamu lebih sakit".
" Tak apa Gulf, semua demi keadaan yang lebih baik".
Mew memegang tangan Gulf dan menaikan lengan baju Gulf.
" Disini ! Dulu disini aku beri kamu memar ". Ucap Mew sambil menunjuk bekas memar yang dulu ia beri.
" Luka akan sembuh seiring waktu Phi, aku sudah tidak apa apa".
" Apa benar luka bisa sembuh seiring waktu? Menurutku bukan sembuh mungkin kita hanya lupa pernah punya luka itu".
Gulf tertunduk, memang ia tidak pernah bisa sembuh untuk luka yang ada di hatinya. Selama ini dia hanya belajar untuk lupa.
" Aku benar benar sudah tidak apa apa Phi, jangan khawatir atau merasa bersalah lagi soal luka ini".
Mata sayu saling bertukar pandang, air mata sedikit demi sedikit menggenang, terjadi karena sebuah kenang. Mereka sepenuhnya berdamai dengan masa lalu, sebuah masa yang membuat ukiran pilu.
Tanpa sadar tangan Gulf Mew genggam, bukannya di lepas malah di balas. Benih cinta kembali tumbuh, namun Gulf sadar kini hatinya telah berlabuh.
Fern - bagaimana dengan dia?
" Gulf bagaimana jika kita kembali bersama?".
Sebuah kata menyeruak membuat batin Gulf berteriak, riak hati ingin menjerit namun apa daya hati sudah terbelit.
Batinnya ingin tapi tak ingin. Gulf menghela nafas dengan bingung, jika Fern tahu pasti ia tersinggung.
" Phi .. maaf tapi aku sudah punya Fern, bukanya aku tak ingin kembali. Tapi, keadaan tak bisa di pungkiri".
" Apa kamu takut?".
" Aku bukan takut perihal dirimu seperti dulu, karena aku yakin semua telah berlalu. Mengenai hubungan ku dengan Fern, aku juga masih mencintai dirinya".
" Jadi kamu tak ingin kembali?".
" Bisakah kita seperti ini dulu? Aku tak tahu kedepannya akan seperti apa, bisa jadi aku kembali atau bahkan tak pernah sama sekali".
" Semua pilihan ada di tangan mu, kembalilah ketika kamu siap. Phi tak akan pergi barang selangkah".
" Terimakasih Phi sudah mau mengerti, aku yakin aku takkan terganti".
" Terimakasih juga kamu sudah mau kembali berbicara kepada phi, terlepas dari semua yang kita lewati".
Mew memeluk Gulf, malam itu mereka habiskan dengan perbincangan yang menyejukkan. Hati kini saling terbuka,dan berjanji takkan membuat luka.
Apapun keputusan di depan, Mew menunggu dengan sabar. Ia takkan melangkah mundur, meskipun nanti asanya untuk bersama Gulf harus di kubur.
Mew mengatar Gulf pulang karena hari sudah semakin malam. Tak lupa ucapan selamat malam , agar kesan akrab semakin tertanam.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSIVE LOVE DISORDER ( OLD )
RomanceMenjalani sebuah toxic relationship bukanlah suatu hal yang mudah, begitu juga bagi Gulf seorang mahasiswa semester awal di sebuah universitas terbaik di Thailand. Ia berkencan dengan dosen mata kuliah matematika lanjutan di universitasnya bernama...