Perpisahan bukanlah suatu hal yang mudah bagi siapapun termasuk Gulf. Memang rela tak semudah kata.
Waktu terus berjalan Mew dan Gulf resmi berpisah. Kini Gulf mulai menata hidupnya lagi setelah kehilangan akal. Sedangkan Mew, masih berjuang dengan gangguan mentalnya.
Di kampus mereka masih saling menyapa dan mendukung satu sama lain, namun tak seintens dulu. Di tambah kesibukan Gulf yang sudah menyusun skripsi menjadi penyebabnya.
Lambat laun hubungan mereka mulai renggang, Gulf sudah mulai rela dengan kepergian Mew.
Bahkan Mild sampai bertanya kepadanya tentang Mew yang jarang terlihat disisinya tak seperti dulu. Namun Gulf memilih untuk bungkam, ia tidak mau membicarakan hubungannya kepada oranglain.
Hingga suatu hari, ia mendengar desas desus bahwa Mew akan berhenti mengajar di Universitas tempat nya menimba ilmu.
Ia cukup kaget mendengar berita itu, ia berinisiatif untuk menghubungi Mew melalui pesan singkat. Namun tak kunjung di balas.
Ia memutuskan untuk mengunjungi rumah Mew, hatinya kini tak serapuh dulu. Ia mengetuk pintu rumah Mew, seorang laki laki datang dari arah belakangnya dan memberi tahu kalau Mew sudah pindah sejak tiga hari yang lalu.
Gulf agaknya sedikit kecewa, mengapa Mew pergi tanpa kabar bak hilang di telan bumi. Meskipun mereka sudah berpisah seharusnya minimal dia memberi tahu kapan dan kemana ia pergi.
Ia langkahkan kembali kakinya pulang kerumah, setibanya di sana dia terduduk di kursi meja belajar. Ia menatap bunga matahari yang ia keringkan, ya masih setia dengan bunga pemberian Mew dahulu.
Ia bertanya dalam hatinya apakah hubungan kita 'sekedar' ini saja. Gulf menghela nafasnya, dia rasa percuma meratapi kisah cinta nya toh hidup harus tetap berjalan.
Ia membuka laptop miliknya dan meneruskan skripsinya memang lebih baik menyibukan diri dari pada berjibaku dengan masa lalu. Pikirnya saat itu.
*****
- Lima hari yang lalu di rumah Mew -
Seperti biasa Mew berangkat mengajar ke kampus di pagi hari. Sekaligus menyiapkan beberapa dokumen pribadinya untuk penyelesaian konseling bulan ini.
Setelah mengambil jadwal konseling dan obat obatan kini emosi Mew jauh lebih stabil, namun bukan berarti sakit nya sudah sembuh.
Jauh ke bulan di belakang, apalagi dulu saat Mew dan Gulf sedang berada di situasi sulit menerima perpisahan, Mew bahkan memasuki fase depresan.
- Flashback -
Di pagi hari yang suram, bayi jangkung itu meminta sebuah ciuman pilu, ya ciuman terakhir penuh rasa sakit dari mereka berdua.
" Tidak enak ciuman seperti ini". Tangis Gulf kembali pecah. Mew tak bisa berbuat apa apa, keputusannya sudah bulat.
" Dukunglah aku agar menjadi orang yang lebih baik. Satu hal lagi, aku selalu mencintai dirimu". Bisik Mew.
" Aku juga mencintaimu ". Balas Gulf
Tak ingin emosinya menguasai diri lagi, Mew bergegas keluar dari kosan Gulf dan memasuki kendaraannya. Ia memacu mobilnya bak pembalap profesional.
Dan benar kini emosinya meledak setibanya di rumah. Sebuah vas bunga di tengah rumah menjadi korban.
" Aaa !!!! Aaa!!!! Aaa!!!! Aaa!!!"
Ia berteriak seperti orang gila sampai urat lehernya terlihat, wajahnya kini memerah tanda amarah semakin memuncak.
Ia pergi ke kamarnya, mengambil kursi belajar ia bantingkan kursi itu ke kaca rias yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSIVE LOVE DISORDER ( OLD )
RomanceMenjalani sebuah toxic relationship bukanlah suatu hal yang mudah, begitu juga bagi Gulf seorang mahasiswa semester awal di sebuah universitas terbaik di Thailand. Ia berkencan dengan dosen mata kuliah matematika lanjutan di universitasnya bernama...