Hari ini aku lewati dengan cepat mungkin karna hatiku senang bisa kembali kerja dengan pak dede. Aku tak lupa membeli rokok untuk pak dede dan mas puji sesuai janjiku tadi sebelum kembali ke gudang.
"Sudah selesai semua to nduk?"
"Sudah pak. Kok tumben muat banyak banget. Tidak seperti biasanya"
"Bapak itu sudah berfikir jauh ke depan nduk. kan kamu besuk pulang kampung ta. Makanya sengaja beberapa hari ini kita muat nya banyak sekalian di stok juga yang belum habis"
"Memang lelaki idaman" ucapku sambil ketawa.
"Diranjang idaman apa tidak nduk?"
"Idaman banget. Pantes ibuk tidak mau pisah. Selalu nyari bapak"
"Kamu juga sama nempel terus sama bapak"
"Enggak nyatanya selama sama mas puji bapak tidak chat juga aku ngak nyari. Sibuk sama brondong nya itu"
"Ndukkk..... Lihat nanti malam bapak bikin kamu nyesel bilang seperti itu sama bapak"
Kami berdua tertawa selagi perjalanan menuju gudang.
"Wes nempel terus makin lengket kaya perangko" kata mas puji melihat kami berdua.
"Sudah sampai dari tadi ya ji"
"Aku muat ngak ngamuk seperti pak dhe"
"Yang senyum senyum terus nempel sama bapak nya" kata mas puji melihat aku turun dari mobil.
"Wes nduk rokok e puji buat bapak saja. Ngak usah di kasih"
"Loo keceplosan sendiri kan . Untung ngak ada orang. Kalau aku dikasih rokok bisa tutup mulut"
"Wedhus kamu ji"
Kami bertiga ketawa. Mungkin mas puji juga sudah tau hubungan ku dengan bapak walau tidak kami kasih tau secara langsung.
Mungkin dari cerita cerita ku yang dahulu dia bisa menyimpulkan."Jangan dimasukin omongan bapak ke hati mas. Emang gitu orangnya. Ini mas rokok nya. Maaf cuma sedikit" ucapku menyodorkan 2 bungkus
"Wah... Makasih banget lo han. Sering sering saja baik begini sama mas. Jangan sama pakdhe saja"
"Tak gajull . Kamu ji nanti. Kalau ngak mau sini buat pakdhe. "
"Barang yang sudah di beri tidak bisa diambil lagi. Pakdhe kan pasti sudah dikasih setiap hari sama reyhan"
"Ngak tau itu mas . Ngrokoknya bapak kaya kereta api. Habis sambung lagi".
"Dah ngak usah ikut ikutan nasehatin bapak le. Sana buatin kopi buat bapak. Puji ngak usah di buatin."
"Pak dhe ngak bisa diajak bercanda . Serius terus. Kurang enak orangnya . Hahahaha. "
Aku langsung masuk membuatkan kopi untuk kami bertiga. Sedangkan bapak merekap hasil kiriman hari ini di depan bareng mas puji.
"Mas pak kopinya" ucapku meletakkan kopi di depan mereka.
"Makasih ya han"
"Pakdhe kirim banyak sekali sampai 2 lembar begitu ngak capek ta?"
"Ndak. Besuk libur 2-3 hari nemeni reyhan pulang kampung"
"Sudah besar kok di temeni dianterin. baru kali ini pakdhe seperti ini"
"Dah diam. Ngak baik dibicarakan"
Aku dan mas puji ketawa tapi di tahan. Mau ketawa tapi takut di marahi pak dede.
"Emang bapak mau iku ke kediri ?"
"Ya ikut kalau ngak ikut kamu disana seperti kemarin ngak mau balik ke sini tiba tiba ngilang"
Setelah semua selesai kami masih ngobrol banyak disana. Sambil ngopi dan ngerokok. Aku pun juga habis sebatang walau jarang aku hisap.
Hari pun sudah berganti mau magrib semua orang sudah kembali ke gudang semua. Kami memang sengaja menunggu biar orang kantor ada di ruangannya sekalian minta ijin.
Untungnya juga ijin kami tidak dipersulit. Mungkin mereka takut bapak marah marah lagi seperti kemarin. Setelah ijin di acc kami bergegas pulang sedangkan gudang sudah sepi semua sudah pada balik pulang.
"Tidur di rumah bapak saja ya nduk. Sekalian bersih bersih . bapak mau ambil baju ganti juga"
"Iya pak. Mampir juga ke warung makan beli makan malam nanti"
"Ya sudah ke kost kamu dulu kamu ambil baju ganti."
"Iya pak"
Kami pun segera pulang mampir ke warung makan dan ke kost ku ngambil baju dan tas milik bapak.
Sesampainya dirumah bapak. Kami bersih bersih rumah setelah itu mandi dan makan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAHAGIAANKU BERSAMA PAK DEDE SEASON 2
Sachbüchercerita pribadi pak dede. bapak yang menemaniku baik suka maupun duka. bapak yang menjadi kekasihku. Walau banyak sekali lika liku hubungan namun aku yakin takdir cinta akan dipertemukan