part 29 "Berharap tak berpisah"

430 50 8
                                    

Selamat membaca💕

....

Lelaki itu kembali berdiri disebelah ranjang istrinya.Nathan patut bersyukur karena gadis dihadapannya ini tidak mengusirnya walaupun wajah istrinya ini masih tidak sudi menatapnya.

Bahkan lelaki itu tidak mempedulikan penampilan dirinya sekarang,rambut yang acak-acakan,kemeja putih yang kusut,dan dasi kantor yang entah sudah dibuang kemana oleh lelaki itu.

"Sayang kamu ngga papa kan?"tanyanya dengan raut wajah yang khawatir,ia menyentuh jemari mungil Dinda dan menggenggamnya lembut,sekali lagi Nathan bersyukur,istrinya itu tidak menepis tangannya.

"Hmmm."

Dinda hanya menanggapi dengan kata hmm..itu yang biasa Nathan lakukan sekarang gantian.

Seperkian detik mata Dinda kembali terarah pada punggung tangan suaminya yang berdarah teramat jelas.

Lebih jelas terlihat membiru disertai bercak memerah itu sangat membuat Dinda tak tega..pasti sakit.

Aah hal seperti ini yang Dinda tidak suka..hatinya terlalu lemah jika menyangkut lelaki disebelahnya ini..

Tangannya gatal sekali ingin mengobati luka itu.

Aakhh..sangat frustasi,batin Dinda..

"Kenapa bisa ada dia disini?"Tanya Nathan.

"Trus anak ayah didalam sini ngga papa kan?"lanjutnya sembari sesekali terkekeh,tangannya singgah diperut Dinda dan mengusapnya lembut.

Dinda sampai memejamkan matanya karena merasakan nyaman dari sentuhan lelaki itu.Bahkan lelaki itu tersenyum seolah tidak pernah terjadi apapun.

Tapi dari sorot matanya menampilkan kesedihan teramat dalam.Dinda dapat merasakan itu.

Dinda menghela napas.

Tangannya tergerak memencet tombol di belakang ranjangnya.

"Kenapa kamu memencet tombol itu?ada yang sakit?"tanya Nathan tanpa mendapat tanggapan apapun.

"Segitunya kamu marah sama saya?"

Tapi lagi dan lagi Dinda hanya diam tanpa menanggapi perkataan Nathan.

Hingga beberapa saat kemudian seorang perawat datang menghampiri keduanya.

"Maaf nona,ada yang bisa saya bantu?"

"Sus,bisa tolong ambilkan,eumm,apa tuh namanya..eumm itu.. pembalut luka."pinta Dinda.

"Oh,baiklah sebentar nona..saya ambilkan."

Nathan mengulas senyum tipis.

"Ternyata kamu masih peduli."

Dinda memang bukan seorang perawat tapi dia tau sedikit hanya untuk mengobati luka seperti itu.

"Siniin tangannya."

Nathan menurut dengan menyodorkan punggung tangan kanannya yang berdarah itu.

Dinda meringis melihatnya..memangnya habis ngapain sih sampai terluka gitu,pikirnya.

𝙎𝙩𝙖𝙮 𝙒𝙞𝙩𝙝 𝙈𝙚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang