Order makan siang

152 19 11
                                    

Typo✌

Happy reading

=======🌹🌹🌹🌹🌹

"Tadi Eomma mu meneleponku dan menanyakan mu lagi. Aku terpaksa harus terus berbohong pada beliau karena dirimu. Kalau begini terus, aku jadi merasa seperti buronan karena menyembunyikan mu seperti ini," ucap Seokjin sambil terus sibuk mengolah makanan dengan kedua tangannya.

Namun Yoongi tak menanggapinya, karena ini bukan pertama kalinya Seokjin menyampaikan hal itu padanya. Matanya terus tertuju pada layar televisi yang menampilkan acara berita pagi. Sementara diluar tengah hujan deras, sehingga mengharuskannya berdiam diri dulu didalam ruangan kafe itu. Karena selain membuka usaha catering, Seokjin juga membuka kafe kecil kecilan.

"Sudah tiga bulan berlalu, apakah kau tidak merindukan orang tuamu, terutama Ibumu?" lanjut Seokjin.

Yoongi menarik napas berat, namun tetap enggan menanggapi. Bohong rasanya jika ia mengatakan bahwa ia tak merindukan mereka. Tentu saja sebagai anak, ia pun sangat merindukan kedua orang tuanya yang telah merawatnya sejak ia lahir.

Namun sayangnya, karena sesuatu hal, ia pun tak dapat menemui mereka lagi dengan leluasa seperti dulu.

Seokjin memasukkan olahan ayam krispinya yang dibuat menggunakan resep terbarunya itu kedalam wajan kesayangannya yang berwarna pink. Harum daging ayam yang tengah digoreng pun menyeruak keseluruh ruangan itu.

Yoongi pun sedikit terbuai dengan bau harum masakan itu. Ia memejamkan mata sambil menghirup bau masakan yang menggugah selera itu. Ia pun mengakui keahlian Seokjin dalam mengolah makanan memang tidak pernah mengecewakan. Tak heran jika saat ini bos sekaligus sahabatnya itu telah sukses membangun usaha catering dan kafenya tersebut.

Sementara di televisi, tiba-tiba muncul berita yang menampilkan sebuah wawancara dengan seorang pengusaha sukses paruh baya yang wajahnya sangat tak asing baginya. Yoongi pun buru-buru mematikan televisi, karena malas menonton tayangan wawancara yang sedang membahas soal perekonomian dan bisnis di negeri ini.

"Loh kok dimatikan?" tanya Seokjin sambil geleng-geleng kepala, karena tentu saja ia tahu alasan sebenarnya kenapa Yoongi sampai mematikan televisi.

Lagi-lagi Yoongi tak menanggapi dan malah mengambil sebuah koran yang baru terbit hari ini, yang berada diatas meja.

Ia pun mulai membuka lembar demi lembar dari koran tersebut untuk melihat isi beritanya, namun tiba-tiba matanya menangkap gambar wajah seseorang yang sama dengan yang dilihatnya di televisi tadi, kini terpampang dalam kolom usaha dan bisnis.

Lagi-lagi hal itu membuatnya jengah, sehingga ia pun langsung menutup koran itu dan melemparkannya dengan kasar keatas meja.

"Hati-hati, benci itu tidak pernah membawa kebaikan loh. Apalagi yang kau benci itu adalah orang yang sangat dekat denganmu," celetuk Seokjin yang memperhatikan perbuatan Yoongi itu.

"Ck! Berisik!" timpal Yoongi akhirnya.

Seokjin pun kembali geleng-geleng kepala sambil terkekeh. "Yoongiii...Yoongii...dasar bocah ini!" ucap Seokjin disertai rasa greget, karena sikap Yoongi itu yang menurutnya sangat kekanakan.

Tak lama kemudian, hujan deras diluar pun mulai reda dan menyisakan rintikannya saja. Yoongi dan Seokjin sama-sama melihat kearah luar kaca jendela sambil menarik napas lega.

"Akhirnya, berhenti juga hujannya. Semoga sebentar lagi langit akan segera cerah. Dan semoga adikku pun demikian, semoga hatinya cepat cerah dan tak mendung lagi," ucap Seokjin penuh arti sambil melirik kearah Yoongi.

Tentu saja Yoongi mengerti apa yang dimaksud oleh Seokjin barusan. Namun ia malas menanggapinya.

***

Disebuah ruangan kantor...

Diam-diam Suka Kamu (Yoonnie) End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang