16. PONAKAN

106 2 1
                                    

ENAM BELAS

(PONAKAN)

Aldi terbangun saat mendengar alamatam di hpnya berbunyi. Ia melihat hpnya yang kini sudah menunjukan jam 6 pagi. Aldi memang selalu bangun jam 6 pagi, termasuk hari libur seperti saat ini. Aldi segera bangun dari sofa, lalu bergegas ke kamar mandi. Membersihkan diri, berpakaian yang rapi, lalu pergi ke rumah sakit, itu adalah rencana pagi Aldi di hari libur.

Dewi terbangun dari tidurnya. Ia melihat Aldi yang sudah rapi dengan setelan kaos polos berwarna hitam, dan celana jeans pendek.

"Sayang, kenapa pakai baju rapi banget sih. Ini kan hari Minggu sayang." Tanya Dewi dengan suara serak.

Aldi melihat Dewi, lalu berkata "Aku harus kerumah sakit. Liatin mama."

"Mama mulu, akunya gak di liatin lagi!" Ucap Dewi sambil memajukan bibirnya.

"Kami bicara apa sih yang. Aku kan kerumah sakit buat liatin mama, masak kamu cemburu." Ucap Aldi lembut.

"Hem… iya deh." Ucap Dewi lesu.

Aldi kembali melihat ke cermin, merapikan rambutnya. Rambut adalah hal penting bagi Aldi, ia bisa menghabiskan banyak waktu untuk merapikan rambutnya.

Dewi terdiam cukup lama, ketika ia memikirkan sesuatu, ia segera memanggil Aldi.

"Sayang." Panggil Dewi lembut yang hanya di balas deheman oleh Aldi.

"Apa aku boleh ikut ?"

Aldi menatap Dewi, allisnya merajut lalu berkata "Untuk sekarang jangan dulu deh.

Penolakan Aldi itu membuat Dewi bersedih, itu membuat Aldi merasa bersalah. Aldi berjalan mendekati Dewi, laku duduk di samping kasur tepat di samping Dewi.

"Bukannya aku gak mau ngajak kamu. Aku cuman takut nanti mama emosi liat kamu. Itu kan sangat berbahaya untuk kesehatan mama. Aku mohon kamu ngerti ya." Ucap Aldi lembut sambil mengelus pipi Dewi.

"Iya." Ucap Dewi lemah.

Dari wajahnya, terlihat jelas jika Dewi masih ngambek. Ia kecewa. Namun Aldi tak begitu memikirkannya. Aldi mengecup kening Dewi, lalu bergegas pergi, meninggalkan Dewi sendirian.

Di sisi lain, Elisa sedang bersiap-siap untuk melakukan yoga. Dengan menggunakan celana trening jenis  Reebok Women Capri dan sports bra, itu sudah mendukung Elsa untuk melakukan gerakan yoga dengan muda. Penampilan Elisa bisa di bilang seksi, sangat berbanding terbalik dengan penampilannya di luar rumah. Namun karena ini di apartemen, dan ia hanya sendirian, jadi itu tak ada masalah.

Elisa berjalan ke arah jendela besar di ruang tamu, lalu membentangkan karpet yoganya. Berniat melakukan olahraga di sana. Ia tak perlu merasa khawatir jika ada yang mengintip pasalnya jendela itu sudah dipasang tirai tipis, dan tentunya matahari masih bisa masuk ke dalam.

Setelah karpet terbentang, Elisa mulai melakukan pemanasan, dan setelah itu mulai melakukan gerakan yoga. Elisa terlihat jago saat itu, hal itu karena ia rutin melakukan yoga setiap hari Minggu. Selain yoga, Elisa juga sering melakukan olahraga angkat beban untuk membentuk tubuhnya.

30 menit kemudian, Elisa selesai yoga. Elisa duduk di sofa panjang miliknya yang mengarah ke depan jendela, mengistirahatkan diri sambil minum secangkir teh hangat dan menikmati pemandangan kota Jakarta. Dan tak lupa, aroma terapi yang lembut di sekujur ruangan apartemennya, itu membuat Elisa merasa rileks. Sederhana, ya… semudah itu bagi Elisa menikmati hari liburnya ini.

Tiba-tiba hp Elisa berdering pertanda ada yang menelepon, Elisa segera mengambil hpnya. Melihat siapa yang sedang menelponnya. Ternyata itu dari Aldi, Elisa segera mengangkatnya.

WASIAT AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang