26. Barang-Barang Aldi Menghilang

108 3 0
                                    

26

DUA PULUH ENAM
(BARANG-BARANG ALDI MENGHILANG)

Dewi berdiri dari kursi kerjanya. Berniat ke ruangan Aldi. Namun langkahnya terhenti saat Renata memanggilnya.

"Wi, lu mau kemana ?" Tanya Renanta.

"Mau nemuin Aldi." Jawab Dewi.

Seorang karyawan laki-laki yang duduk di samping Dewi mendengar obrolan Dewi dan Renata. Ia tak begitu terkejut jika Dewi berani menemui Aldi tanpa kepentingan apapun. Pasalnya seluruh karyawan kantor sudah tahu hubungan Dewi dan Aldi.

"Lo… mau nemuin pak Aldi ? Lah, bukannya bos lagi gak ke kantor ya ?" Ucap seorang karyawan yang duduk di samping Dewi tersebut.

"Gak ke kantor ?" Tanya Dewi ulang.

"Iya. Sudah beberapa hari ini bos gak ke kantor." Ucap karyawan laki-laki itu.

"Lo tau dari mana kalau bos gak ke kantor ?" Tanya Renata.

"Kan asisten bos itu teman tongkrongan gue. Selain itu… mobil biasa yang dipakai pak Aldi juga gak ada di parkiran." Jelas seorang karyawan laki-laki itu lagi.

Mendengar hal itu Dewi terdiam. Wajahnya semakin sedih, bahkan matanya telah berkaca-kaca. Dewi tidak tahu sama sekali jika Aldi sudah lama tak masuk kantor, lebih tepatnya semenjak mereka bertengkar.

Selama ini Dewi acuh tak acuh. Ia memang sangat merindukan dan khawatir pada Aldi, namun ia mengabaikan perasaan itu dan berusaha sekeras mungkin untuk tidak peduli pada pria yang dicintai ya itu. Hal itu karena Dewi pikir, Aldi pasti akan kembali mengejar dan memohon maaf darinya seperti biasanya. Ia terlalu percaya diri.

Melihat sahabatnya yang bersedih, Renata segera mendekati Dewi, lalu berkata "Udah, Lo jangan mikir yang enggak-enggak. Mungkin bos lagi ada urusan di luar."

Sementara karyawan laki-laki tadi, menetap mereka dengan bingung. Lalu kembali bekerja. Ia tak peduli dan tak mau ikut campur dengan masalah Dewi, lagi pula ia tahu jika Dewi wanita yang penuh dengan drama.

"Gak Ren. Aldi sebenarnya lagi ngindarin gue, bukan ada urusan di luar. Apa… hubungan kami benar-benar berakhir ya ?" Batin Dewi putus asa.

"Gak, gak. Aldi pasti akan kembali padaku. Ini bukan sekali dua kali kami bertengkar dan mengucapkan kata putus. Dia pasti kembali padaku!" Beton Dewi penuh harap.

Setelah pulang kerja, Dewi langsung pulang ke apartemennya. Saat itu Dewi yakin jika Aldi sudah ada di sana, lalu meminta maaf padanya karena telah gegabah mengucapkan kata putus. Sama seperti dulu. Namun setelah sampai di rumah Dewi harus menelan pil pahit saat ia pulang ke apartemennya. Hal itu karena semua barang-barang Aldi menghilang secara, padahal tadi pagi semua barang-barang Aldi masih ada di tempatnya. Tertata rapi. Hal itu membuat Dewi semakin cemas. Takut. Sangat takut kehilangan Aldi.

***

Esokan harinya, Aldi baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit, dan berniat untuk turun. Namun ia melihat mobil Elisa hendak memarkirkan mobilnya tepat di samping mobilnya.

"Kok bisa berenang ya nyampenya." Gumam Aldi.

Sesaat Aldi memperhatikan wajah Elisa yang nampak fokus memarkirkan mobilnya. Wanita itu nampaknya belum menyadari kehadirannya, mungkin karena kaca mobil Aldi yang terlalu hitam, sehingga Elisa tak bisa melihat kedalam mobil.

Setelah Elisa keluar dari mobil, Aldi juga keluar dari mobil. Ia segera menyapa Elisa.

Elisa melihat Aldi. Memperhatikan keadaan pria itu. Aldi saat ini terlihat rapi dan bersih, namun wajahnya masih sama seperti sebelumnya. Dimana mata Aldi terlihat sayu, mata pandanya terlihat jelas, kulitnya yang kusam, dan keriput mulai terlihat jelas di wajahnya. Seakan wajahnya itu menunjukan jika ia punya banyak masalah.

WASIAT AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang